Obyèk
wisata spiritual Sapta Tirta (7 macam air sendang) terdapat di desa
Pablengan Kecamatan Matésih Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah,
merupakan satu-satunya sendang paling unik di dunia. Dari keseluruhan 7
air sendang itu masing-masing dalam jarak 5 meter, dan yang paling jauh
berjarak hanya 15 meter antara satu sendang dengan sendang lainnya. Akan
tetapi uniknya masing-masing sendang mempunyai aroma dan rasa serta
khasiat yang berbeda-beda. Areal seluas 2 hektar ini pun menjadi salah
satu tempat yang cocok untuk relaksasi dengan mandi sekaligus untuk
mengusir berbagai macam penyakit. Hawa yang sejuk pun kental terasa di
sini karena Pemandian Sapta Tirta berada di kaki Gunung Lawu serta
dikelilingi oleh hutan pinus Argotiloso.
Menurut catatan sejarah Sapta Tirta
merupakan salah satu petilasan raja-raja Mangkunegaran Surakarta. Sapta
Tirta tidak terlepas dari sejarah perjuangan Raden Mas Said atau lebih
dikenal sebagai Pangeran Samber Nyowo alias KGPAA Mangkunegoro I atau
Kanjeng Adipati Mangkunegoro Senopati Ing Ayuda Lelono Joyo Wiseso yang
hidup di antara tahun 1725-1795 M. Beliau juga sangat terkenal akan
kesaktiannya yang terbukti saat melawan kolonial Belanda pada waktu itu.
Separoh usia Beliau, dijalani sebagai
pejuang yang berusaha mempersatukan Bumi Mataram, perjalanan dilakukan
dengan siasat Gerilya dengan sebuah semboyan terkenal Tiji Tibeh singkatan dari mati siji mati kabeh
(mati satu, matilah semuanya). Beliau adalah pejuang dari trah
keturunan Kerajaan Mataram yang menghendaki Bumi Mataram bebas dari
cengkeraman kompeni Belanda. Selama 16 tahun beliau berjuang dengan
sangat gigihnya.
Alkisah, Perjuangan Eyang Pangeran
Sambernyawa telah sampailah di desa Pablengan, di sinilah beliau
mendapat petunjuk (wisik) dari leluhur Beliau untuk melaksanakan ritual
menggunakan Air Sapta Tirta di desa Pablengan. Untuk pertama kalinya
beliau mandi di sumber Air Bleng, dengan tujuan ngeblengake tekad (menyatukan cipta rasa karsa) atau golong gilik
(bertekad bulad) menyatukan hati, ucapan, pikiran dan cita-cita agar
dapat mengusir kompeni Hindia Belanda dari bumi Mataram atau tanah Jawa.
Yang kedua, selanjutnya Beliau mandi di
air Urus-urus dengan maksud agar segala tujuannya dapat terurus,
terkelola, dimanajemen dengan sebaik-baiknya. Beliau melakukan mandi di
sumber Air Urus-Urus.
Selanjutnya yang ketiga Beliau mandi di air londo, atau
air yang berasa soda dan sedikit asam mirip minuman pocari sweet,
dengan tujuan agar mendapatkan kesegaran jasmani dan rohani. Beliau
dengan cara meminum air sendang berasa soda dan sedikit asam tersebut.
Yang ke empat dan ke lima beliau mandi di air hidup dan air mati secara bergantian dengan tujuan agar segala cita-cita perjuangannya, hidup dan matinya berguna untuk kehidupan, dan Beliau pasrahake kepada Sang Jagadnata.
Yang ke enam, kemudian beliau memandikan seluruh pasukan tentaranya di air sendang Kasekten
dengan maksud agar memperoleh kekuatan, kewibawaan, keberanian, dan
jiwa patriotisme agar dapat mengusir penjajah Belanda dari bumi Mataram.
Yang ke tujuh beliau mandi di sumber air
Kamulyan /air hangat agar segala cita-cita mengusir penjajah Belanda
mendapat ketentraman dan kamulyan bagi kawula/rakyat bumi Mataram.
Nah, di dalam kompleks Sapta Tirta juga terdapat sendang atau Pemandian Keputren.
Sendang keputren merupakan peninggalan dari RM Surono atau KGPAA
Mangkunegoro ke VI yang terdiri dari bilik kamar mandi dan merupakan
peninggalan satu-satunya yang tersisa dari peninggalan Mangkunegoro di
Sapta Tirta yang masih asli (tanpa renovasi).
Sapta Tirta di desa Pablengan menjadi salah satu tempat untuk panyuwunan
/permohonan kepada tuhan dengan berbagai tujuan agar terkabul dengan
melakukan prosesi ritual sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kita
sebagai generasi penerus bangsa dapat turut nguri-uri, melestarikan Sapta Tirta desa Pablengan yang mempunyai nilai sejarah perjuangan ini. Semoga dapat memayu hayuning bawana lan memayu hayuning sesami, gemah ripah loh jinawi, tentrem kerta raharja.
URUTAN SENDANG & MAKNA KEHIDUPAN
Menikmati
sumber mata air dengan kandungan mineral yang berbeda-beda dapat anda
rasakan saat mengunjungi tempat pemandian ini, Pemandian Sapta Tirta.
Tempat ini menjadi tempat favorit yang didatangi oleh pengunjung yang
ingin mencoba khasiat air yang ada disana untuk mengobati berbagai
penyakit. Beberapa orang yang pernah berkunjung ke pemandian ini berujar
bahwa air yang ada disana dapat digunakan untuk mengusir berbagai macam
penyakit, misalnya penyakit ginjal, diabetes, liver, TBC, serta baik
untuk mereka yang ingin terlihat awet muda. Maka kami pun perlu
membuktikan kebenarannya. Satu persatu kami coba untuk mengambil air,
sekedar cuci muka, dan meminumnya, bahkan sendang air mati sekalipun
tapi cukup sedikit saja.
Ditempat ini juga terdapat bangunan yang dulu digunakan Pangeran Sambernyawa untuk olah batin dengan cara mesu budi dan manekung.
Tempat tersebut tampak terawat dengan bersih. Penjaga kompleks ini pun
mengingatkan kalau tempat ini dulunya adalah tempat bangsawan sakti
untuk berjuang dan sekarang para pengunjung pun disarankan untuk
menghormati keberadaan Pemandian Sapta Tirta sebagai peninggalan nyata
dari Pangeran Sambernyawa. Di pemandian Sapta Tirta, terdapat larangan
yang harus diperhatikan oleh pengunjung. Anda harus menjaga perilaku dan
bersikap sopan ditempat dan tentu saja dilarang untuk buang air kecil
sembarangan. Bagi yang sedang menstruasi tidak diperkenankan mandi,
cukup cuci muka dan membasuh tangan, serta meminum air sendnag
secukupnya.
Untuk merasakan dan diharapkan mendapatkan hasil maksimal, para pengunjung hendaknya memperhatikan urutan sendang sebagai berikut.
1. Banyu Bleng
Sumber air Bleng artinya air garam.
Sumber mata air ini tidak hangat, tetapi mempunyai rasa asin dan
sebagian orang dapat memanfaatkan mata air ini untuk membuat karak, atau
sejenis kerupuk yang dibuat dari nasi. Sampai sekarang, sumber mata air
ini tidak pernah kering dan anda pun tidak dipungut biaya bila ingin
membawa sumber air Bleng ini.
Selain manfaat di atas. Dalam laku spiritual, Bleng berasal dari kata ngebleng atau puasa tidak makan dan tidak minum dalam beberapa hari, biasanya antara 3 sampai 40 hari. Bleng juga berarti gem-bleng.
Atau tempat penggemblengan, yakni menempa diri. Kehidupan dirasakan
pahit getir asin. Kata pepatah, agar mudah mencapai kesuksesan dan
kemuliaan hidup, setiap orang haruslah banyak makan “asam” dan “garam“
kehidupan di jagad ini. Arti secara general adalah laku prihatin dijadikan dasar panggemblengan diri agar kita lahir kembali sebagai pribadi yang berkualitas.
2. Banyu Urus-urus
Mata air ini mempunyai suhu yang hangat
dan pengunjung biasanya memanfaatkan airnya untuk mandi dengan harapan
dapat mengusir penyakit kulit seperti gatal dan juga rematik. Air
urus-urus bermanfaat juga seperti fungsi pil B Kompleks, untuk cuci
perut. Jika anda meminum segelas atau lebih ar urus-urus, biasanya tidak
sampai 1 jam perut Anda akan membuang seluruh kotorannya. Urus-urus
adalah istilah Jawa yang berarti menguras. Dalam hal ini, menguras atau
membersihkan diri pribadi dari segala macam nafsu angkara dan
keserakahan. Setelah seseorang melakoni topo ngebleng, diharapkan
dapat meraih kebeningan hati dan kejernihan fikiran. Bersih atau suci
lahir dan batin guna melandasi langkah berikutnya dalam meraih cita-cita
luhur.
3. Banyu Panguripan
Sumber air hidup. Air yang keluar dari
kaki gunung Lawu ini selalu bergolak dapat diibaratkan bergolaknya
kehidupan. Namun air hidup tidak terasa hangat. Dapat digunakan untuk
mencuci muka atau mandi. Sumber air hidup dipercaya bahwa dapat
membuat wajah akan terlihat awet muda. Selain itu, sumber mata air ini
juga sering digunakan untuk ritual pernikahan yang ada di sekitar lokasi
Pemandian Sapta Tirta. Makna spiritual air kehidupan bahwa setelah
seseorang mampu mensucikan lahir batinnya, barulah dapat disebut sudah
hidup dan siap melakoni perjalanan hidup agar berguna bagi seluruh
kehidupan di planet bumi ini.
4. Banyu Mati
Nah, hanya berjarak sekitar 3 meter,
persis di samping sumber air hidup, terdapat sumber air mati. Disebut
air mati karena terdapat kandungan mengandung mineral berbahaya jika
terlalu banyak masuk ke dalam tubuh dapat membahayakan kesehatan dan
jiwa. Namun jika dimanfaatkan sedikit saja atau sekedar untuk mandi,
justru akan memberikan manfaat besar untuk kesehatan dan kekuatan fisik.
Makna yang terkandung di dalam air mati ini, bahwa dalam kehidupan di
dunia ini ada hidup dan ada mati. Di dalam kehidupan ada kematian, namun
begitu juga di dalam kematian ada kehidupan. Keduanya menjadi pepeling
kita dalam menjalani kehidupan ini. Dalam spiritual Jawa dikenal laku mati sajroning urip atau mati di dalam hidup. Agar kelak dapat nggayuh urip sajroning pati,
atau meraih kemuliaan hidup di alam kematian raga. Untuk meraih
kemuliaan hidup di dimensi wadag maupun dimensi keabadian, seseorang
harus mampu dan mau “mematikan” atau lebih tepatnya mengendalikan segala
sifat buruk, nafsu angkara dan keserakahan yang ada di dalam diri.
5. Banyu Soda
Sumber air soda. Air yang dihasilkan dari
mata air ini memiliki rasa mirip soda atau lebih tepatnya minuman
pocari sweet. Air Soda dapat digunakan untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit seperti diabetes, paru-paru seperti TBC, bronchitis, dan
penyakit lever serta ginjal. Makna yang tersirat di dalam mata air Soda
ini adalah, di dalam kehidupan ini pasti ada pahit getir, ada sakit,
ada pula kekalahan. Air soda adalah “obat” untuk menawarkan segala macam
aral kehidupan seperti kesialan dan sebagainya. Berguna untuk
membangkitkan kesadaran, memulihkan semangat perjuangan dan meraih
kembali kebugaran lahir dan batin.
6. Banyu Kasekten
Sumber air kasekten tidak berasa asin
maupun asam. Namun berasa ada kandungan seperti besi baja atau metal.
Warnanya juga sedikit kekuningan seperti larutan baja. Di lokasi ini
terasa sekali energinya begitu kuat, bahkan walau sekedar membasuh wajah
dan ubun-ubun terasa ada kekuatan yang sungguh menakjubkan. Sendang
kasekten, bermakna bahwa berbagai rintangan, keprihatinan, yang
tergambar di beberapa sendang sebelumnya, semuanya kita jadikan sebagai
arena untuk menguji diri. Jika lolos, berarti seseorang akan meraih ngelmu sejati.
Yakni kesaktian yang diperoleh bukan lewat cara mahar, mejik, instan
dan sejenisnya, melainkan konsekuensi logis (baca : berkah alam) dari
perjalanan “laku prihatin” yang tidak ringan. Jika alam semesta menilai perjalanan atau laku prihatin
Anda telah layak, maka alam semesta ini akan selalu berpihak kepada
Anda. Di sendang ini Anda akan mudah mendapatkan kekuatan lahir dan
batin, dan kemampuan lebih di atas rata-rata orang.
7. Banyu Kamulyan
Pada akhirnya, setelah perjalanan melalui
6 tahap tersebut, seseorang akan sampai pada tahap meraih kamulyaning
gesang. Kemuliaan hidup adalah buah atau konsekuensi logis atas apa yang
Anda tanam sebelumnya. Banyak orang merasa tlah melakukan prihatin
tetapi motivasinya kadang sudang melenceng atau malah terlampau jauh
dari kemampuan diri. Gegayuhan yang menjadi ilusi karena tidak lain
hanyalah seonggok utopia. Maka dalam berusaha meraih cita-cita hendaknya
kita benar-benar pandai memantaskan diri, kita harus pandai mengukur
diri, harus pandai bercermin. Sudahkah pantas diri kita menerima anugrah
dan berkah yang kita cita-citakan itu ? Untuk dapat mengukur dan
mencermati diri sendiri, maka tanyakan pada diri kita sendiri, apa yang
sudah kita lakukan untuk keluarga, untuk orang-orang terdekat, untuk
masyarakat, untuk bangsa dan Negara ini ? Jangan terbalik melulu
bertanya dan menuntut apa yang seharusnya anda miliki dan terima. Jika
Anda belum meberi maka alam semesta ini akan pelit kepada diri Anda.
Berikan yang paling berharga kepada seluruh mahluk dengan rasa welas
asih, tulus dan tanpa pilih kasih. Lalu lihatlah, saksikan, dan rasakan
buktinya.
SASANA PAMELENGAN
Di dalam areal sumber air Sapta Tirta
terdapat Sasana Pamelengan, merupakan tempat pasamaden, mesu budi, atau
pamelengan. Di tempat inilah dahulu kala Pangeran Sambernyawa melakukan
olah pasamaden untuk maneges agar segala cita-cita dan harapan luhurnya
mengusir penjajah Belanda dan menyatukan bumi Mataram dapat terwujud.
Pada saat melakukan olah Pasamaden, ada
bait mantra berupa tembang yang terdapat di dalam Serat Wedhatama Pupuh
Pangkur Podo kaping 13 liriknya sebagai berikut :
Tan samar pamoring suksma
Sinuksmaya winahya ing asepi
Sinimpen telenging kalbu
Pambukaning warana
Tarlen saking liyep layaping aluyup
Pindha pesating sumpena
Sumusuping rasa jati
Artinya :
Tidaklah samar-samar saat sukma menyatu,
meresap terpatri dalam keheningan samadi, diendapkan di kedalaman lubuk
hati, itu menjadi sarana pembuka tabir rahasia hidup, tanda-tandanya
berawal dari keadaan antara sadar dan tiada, serasa bagaikan mimpi,
tetapi di situlah rahsa yang sejati.
Lihat lokasi :
7°37’54″S 111°3’26″E
Semoga bermanfaat. Salam asah asih asuh, rahayu sagung dumadi.