Ruwatan Kesejahtraan
Terapi Tradisi Mistik untuk membuang kesialan hidup
Banyak
orang yang mengaku bisa meruwat, membuka aura atau cakra agar seseorang
meraih kesuksesan hidup. Benarkah bisa berhasil? Atau hanya sugesti
saja?
Bodoh sekali jika Anda masih tertarik dengan iklan dukun yang
menawarkan hal semacam itu. Percayalah, nasib Anda sepenuhnya ditangan
Anda. Anda harus mengubahnya sendiri. Jangan terlalu mengandalkan
paranormal. Bisa-bisa, Anda tertipu!
Dalam kehidupan ini, kita sering
mengalami pasang surut. Keberuntungan hidup menjadi hal yang misterius.
Layaknya kupu-kupu yang terbang menjauh ketika kita
mengejar-menangkapnya, dan justru hinggap di taman rumah disaat kita
diam tak mengejarnya. Menurut orang bijak, rezeki tak dapat diburu,
melainkan manusialah yang diburu rezeki.
Mengapa? Andaikan rezeki itu
dapat diburu, maka di dunia ini tidak ada orang yang miskin, karena
pada hakekatnya tidak ada orang yang ingin hidup miskin. Keberhasilan
hidup ditentukan oleh sebab-sebab yang amat kompleks. Ada orang kaya
karena sifat licik dan bakhil, ada pula yang kaya karena jujur dan
dermawan.
Terlepas dari urusan takdir, keberhasilan lebih berpihak
pada orang yang didekati keberuntungan. Karena itu, orang yang merasa
dirinya kurang beruntung, berupaya menempuh berbagai cara, termasuk
diantaranya adalah ikhtiar batin. Misalnya, dengan berdoa, berpuasa dan
melakukan ruwatan yang diyakini mampu menghilangkan banyak hal yang
menyebabkan keberuntungan tidak berpihak padanya.
Menghilangkan
kesialan hidup dan mengundang keberuntungan harus dilakukan dengan
sesuatu yang diyakini. Orang Jawa menghilangkan energi negatif atau
kesialan, sukerta dan sengkala dengan menyelenggarakan pagelaran wayang
kulit dan memotong rambut. Sedangkan para santri lebih yakin dengan
ritual semacam puasa, berdoa dan bersedekah, bahkan dalam upaya membuang
sial dan meraih keberuntungan itu ada juga orang yang memilih cara
merubah posisi rumah atau tempat usahanya yang diyakininya dapat membawa
hoki/keberuntungan.
Tulisan ini membahas cara-cara batin, yaitu,
bagaimana mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan hidup.
Dengan demikian, seseorang dapat menempuh hidup dengan sejahtera.
Cara-cara ruwatan ini sengaja saya tulis di website agar mempermudah
siapa saja yang merasa perlu ruwatan dan tidak ingin tertipu oleh
paranormal yang mengaku bisa meruwat tapi malah membuat Anda melarat
karena untuk ritual ruwatan sang paranormal meminta mahar yang
memberatkan.
Berikut ini adalah cara-cara meruwat diri sendiri tanpa
bantuan orang lain. Beberapa pembaca website ini melaporkan setelah 40
hari menjalankan salah satu Terapi Ruwatan dari saya ini, kesejahtraan
meningkat, rezeki lancar dan keberuntungan selalu memihak.
Terapi Ruwatan I
Bagi
yang meyakini ajaran para leluhur (kejawen) melakukan puasa pada hari
weton, diyakini mampu mendekatkan pada keberuntungan dan menjaukan
kesialan. Yang dimaksud dengan puasa weton adalah puasa 1 hari pada hari
dan pasaran kelahirannya berdasarkan kalender Jawa. Misalnya, orang
yang lahir pada hari Senin Pon, maka setiap datang hari Senin Pon dia
melakukan puasa.
Bagi yang mampu, puasa weton dapat ditingkatkan
dengan puasa “Apit Weton”. Yaitu, puasa selama 3 hari. Menjelang hari
kelahiran, tepat pada hari kelahiran, dan setelah hari kelahirannya.
Dalam berpuasa weton atau apit weton itu masih ada tambahan ritual yang
apabila dlakukan akan menambah manfaat dari puasa tersebut, yaitu :
• Tidak tidur sore. Tidurlah setelah tengah malam.
• Sahur dan buka dengan makan dan minuman yang tidak mengandung bahan dari binatang (daging, susu, keju, dll).
• Mengasingkan diri untuk lebih memusatkan perhatiannya kepada ibadah (dzikir/wirid) memohon kepada Allah SWT.
Menurut
para leluhur jawa, segala hajat insya Allah dapat diraih dengan rajin
melakukan puasa weton maupun apit weton ini, baik hajat yang berkaitan
dengan ilmu, harta, jodoh, ketentraman batin, derajat dan sebagainya
Terapi Ruwatan II
Cara
kedua ini lebih dekat dengan puasa yang dianjuran oleh agama islam.
Yaitu, menjalankan puasa sunnah Senin – Kamis atau puasa pada
pertengahan bulan, tanggal 13, 14, dan 15 berdasarkan kalender hijriyah.
Puasa
Senin–Kamis lebih berat dilakukan karena dalam 1 bulan melakukan puasa 9
hari. Puasa pada pertengahan bulan lebih ringan karena hanya puasa 3
hari dalam sebulan. Ini sebanding dengan puasa apit weton. Sedangkan
yang paling ringan adalah puasa weton karena hanya puasa 1 hari dalam 36
hari.
Para leluhur kita sering menasihati anak cucunya untuk tetap
bertahan dengan laku prihatin. Karena mereka yakin, dengan laku prihatin
itu, seseorang akan ditempatkan oleh Tuhan pada tempat yang terpuji.
Tradisi berpuasa untuk mencapai derajat yang lebih mulia adalah tradisi
semua makhluk.
Misalnya, ulat, hewan yang gatal dan menjijikkan,
ketika ingin merubah nasibnya menjadi kupu-kupu, juga bertapa dalam
kepompong. Maka, ulat yang semula berjalan merangkak, gatal dan
menjijikkan bahkan makannya pun dari dedaunan, lalu diangkat derajatnya
menjadi kupu-kupu yang indah bentuknya, dapat terbang tinggi dan
makannya pun dari nektar atau sari bunga. Seharusnya hal ini menjadi
pelajaran bagi kita agar kita tidak terbuai oleh impian cepat menjadi
kaya tanpa mau bekerja keras.
Nah, manusia yang ingin merubah
nasibnya, dari yang semula dibawah hingga dapat terbang tinggi, dari
yang semula hanya makan daun berubah makan yang lebih enak, dari yang
semula membuat takut (jijik) orang yang memandangnya menjadi yang sedap
dipandang, hendaknya rajin berpuasa. Dan ingat hakekat puasa bukanlah
sekedar tidak makan dan minum, melainkan mengendalikan segala gejolak
emosi, nafsu dan niat jahat yang kadang menyelimuti diri.
Terapi Ruwatan III
Kesialan
terjadi karena adanya hijab atau dinding yang menyelimuti hati manusia.
Hati yang terdindingi menyebabkan pancaran aura gaibnya tertahan. Dan
karena dinding itu pula, potensi alamiah yang ada dalam jiwa manusia itu
kurang atau bahkan tidak berfungsi.
Agar hati selalu memancarkan nur
atau cahaya yang mengantarkan manusia pada posisi yang baik dan selalu
beruntung, dapat diupayakan dengan segala aktivitas yang bertujuan untuk
membersihkan hati. Diantara cara itu adalah laku prihatin, semisal
puasa sebagaimana sudah dijelaskan pada bab diatas. Namun ada juga
ajaran para leluhur untuk menggugah (membangunkan) hati melalui “mantra”
sebagai berikut.
Bismillahir rahmaanir rahiim
Ati–ati siro tangi
Amoco layang puspo kati
Sanyang surya sanyang sasi
Byar padhang badan jasmani
Padang saking kersaning Allah
La ilaha illallah Muhammadar rasulullah.
Doa
ini dibaca pagi hari di depan rumah sembari menanti terbitnya matahari
dan sore hari sambil menanti datangnya waktu mahrib. Dan orang-orang tua
zaman dulu yang mengamalkan Doa Padhang Ati ini mengawalinya dengan
puasa mutih selama 7 hari. Mutih adalah tidak makan makanan yang berasal
dari mahluk bernyawa/binatang.
Dengan mendahuluinya dengan laku
prihatin, sama halnya dengan mempersiapkan dan memebersihkan wadah atau
tempat, dengan harapan isi yang akan masuk itu menjadi lebih bersih.
Terapi Ruwatan IV
Cara
membuang sial yang ke-empat ini adalah buang terapi ala santri. Caranya
jauh lebih sederhana, namun terkadang berat jika mengamalkannya secara
rutin, yaitu, melakukan perbuatan yang baik secara istikomah, walau itu
perbuatan yang kecil.
Semisal, pada hari Jum’at bersedekah. Walau
jumlahnya hanya Rp. 1.000,- Ada yang rutin membaca Surat Yasin, Waqiah,
melakukan puasa sunnah Senin–Kamis, bershalawat kepada Nabi, dan itu
dilakukan setiap hari, dengan tetap menjaga kerutinan dan keutuhannya,
termasuk dalam jumlah yang harus diselesaikannya.
Melakukan kebajikan
secara rutin atau istiqomah mencerminkan kesungguhan hati dan dapat
mengantarkan seseorang pada tingkat karomah (kemuliaan). Perbuatan itu
termasuk yang disukai oleh Allah SWT.
Dalam hadis Nabi SAW bersabda:
Allah sangat senang kepada seorang hamba yang bila bekerja ia
melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dan amal perbuatan yang disenangi
Allah adalah yang dilakukan terus-menerus sekalipun kecil (sedikit).”
Banyak
orang mencapai keberkahan hidup dan ketika ditanya apakah rahasia
sukses yang dipegangnya, ia menjawab: Aku melakukan suatu amalan secara
istiqomah. Nah, jika Anda ingin didekati keberuntungan dan dijauhi
kesialan, silakan penjelasan ini dikembangkan sendiri. Apakah anda
(hanya) mengamalkan sedekah, walau sedikit namun rutin, membaca shalawat
Nabi dengan jumlah yang rutin, atau kebajikan lain yang anda yakin
dapat merutinkannya.
Terapi Ruwatan V
Cara Ke–5 ini bersumber dari
penemuan yang dilakukan oleh para ahli mistik Barat. Menurut penelitian
yang dilakukan, ada energi alam yang terdapat dalam bunga-bungaan yang
sangat bagus untuk mencerahkan energi batin manusia.
Penelitian
dengan foto aura bahwa orang yang melakukan mandi bunga, cakra-cakra
sebagai pusat energi menunjukkan adanya perubahan yang positif. Yaitu,
yang semula cakra itu acak-acakan, berubah menjadi sempurna (bundar).
Mandi
bunga yang benar dilakukan setelah mandi air garam. Bedanya dengan
mandi bunga ala tradisional yang lebih menjolkan unsur mistisnya, mandi
bunga secara modern diawali dengan aktivitas melayukan bunga itu pada
air. Yaitu, memasukkan berbagai bunga dan menjemurnya pada panas
matahari minimal 3 jam. Setelah airnya dingin baru digunakan untuk
mandi.
Bunga yang layu itu, energinya akan menyatu dengan air. Nah,
energi itulah yang difungsikan untuk penenangan dan mencerahkan
cakra-cakra. Karena itu, mitos tentang mandi bunga yang diyakini mampu
mendatangkan keberuntungan pun dapat diterima menurut versi ini.
Berdasarkan
penelitian, mandi air garam yang secara metafisika diyakini mampu
membuang energi negatif dan secara biologis dapat mematikan virus dan
bakteri, dilanjutkan dengan mandi bunga, sangat bermanfaat bagi orang
yang jiwanya terhalangi oleh energi-energi negatif yang menyebabkan
auranya tertutup.
Menurut ilmu metafisika, ibarat tubuh manusia itu
besi yang mulai berkarat, mandi air garam berfungsi untuk melarutkan
kerak atau karat itu. Sedangkan mandi bunga berfungsi untuk
mengkilatkannya. Karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal,
keduanya harus dilakukan. Untuk sebuah terapi, mandi bunga dan garam
dilakukan minimal 3 kali dalam 1 Minggu.
Terapi Ruwatan VI
Orang
yang hidup jauh dari keberuntungan, selalu dirudung kesialan, berdagang
bangkrut, bertani diserang hama, jadi nelayan tidak dapat ikan, buka
praktek tidak ada pasien, dan segala yang tidak menyenangkan itu, agar
dapat keluar dari kesialan itu, hendaknya banyak mawas diri.
Kesialan
terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Selain faktor jatah atau
ketentuan dari Tuhan, ada juga karena kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan pada masa yang lalu. Menurut kepercayaan, orang yang didekati
kesialan adalah orang yang menjalani hidup secara tidak normal.
Diantaranya:
• Durhaka kepada orang tua dan guru.
• Memakan harta anak yatim.
• Merusak ketentraman rumah tangga orang lain.
• Memanfaatkan barang milik umum untuk kepentingan pribadi.
• Menarik harta yang sudah diwakafkan, dan
• Segala hal yang keluar dari garis agama.
Sedangkan
hal yang menyebabkan dekatnya seseorang dengan keberuntungan adalah
apabila ia melakukan perbuatan yang serba baik. Diantaranya: Berbakti
kepada orang tua dan guru, menyantuni anak yatim, menjaga kehormatan dan
hak orang lain, berderma bagi kepentingan umum, ikhlas dengan harta
yang sudah diwakafkan dan sebagainya.
Idealnya, pembersihan diri
hendaknya dilakukan bersamaan antara upaya batin (berupa amalan) dan
upaya lahir (tindakan). Dengan demikian, selain rajin puasa, berdoa,
harus disertai berbuat yang baik dan menjauhi segala yang dilarang oleh
agama. Ritual batin yang tidak diimbangi keinginan merobah prilaku,
ibarat baju yang selalu dicuci, namun setiap saat baju itu dikotori
dengan tanah.
Konsep apapun, posisinya seperti pil/tablet, yang
memberiakan reaksi positif jika disertai dengan keinginan untuk merubah
pola hidup lebih baik dan sehat. Ritual apapun jika dilakukan tanpa
adanya keinginan untuk memperbaiki diri, ibarat anda mengkonsumsi madu
murni, namun jika bersamaan dengan itu anda suka melakukan begadang dan
menggunakan obat-obat terlarang, maka madu itu pun tidak ada manfaatnya
bagi kesehatan anda.
Rahasia 40 hari
Dalam sebuah hadis, Nabi
Muhammad SAW bersabda bahwa barangsiapa membersihkan dirinya kepada
Allah SAW selama 40 hari maka akan memancar dari hati dan lisannya
sumber-sumber hikmah.
Cara membuang sial dan meraih keberuntungan
dapat dilakukan dengan laku 40 hari, yaitu setiap usai shalat subuh dan
isyak membaca wirid, sebagai berikut.
• Ya Allah Ya karim, ya rahman ya rahim, ya qawiyyu ya matin x 41.
• Allahumma shalli ‘alaa Muhammad x 41 x.
• Membaca Alfatihah sekali. Khusus pada kalimat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in diulang 41 kali.
• Hasbunallahu wa ni’mal wakil x 125.
• La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adziim. x 41.
• Ya Allah, hamba mohon segala persoalan saya beres dan berkah. Amin.
Selama
mengamalkan wirid ini disertai dengan menjalani prilaku yang bersih.
Selama 40 hari harus banyak berbuat baik, bertobat dan menjauhkan diri
dari maksiat. Jika memungkinkan lakukanlah selalu salat berjamah selama
40 hari itu. Insya Allah apa yang anda kehendaki akan berhasil.