Dalam kehidupan masyarakat Jawa yang masih memegang budaya dan kepercayaan tradisional dikenal adanya istilah ‘hari baik’ dan ‘hari buruk’. Maksudnya, ada suatu kepercayaan bahwa hari-hari dalam kehidupan manusia mempunyai pengaruh kegaiban tertentu bagi manusia, ada yang pengaruhnya baik, ada yang pengaruhnya buruk, dan pengaruh tersebut dapat berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara jangka panjang. Dalam melakukan sesuatu perbuatan yang bersifat penting, biasanya orang jawa akan menyesuaikan waktu dan hari pelaksanaannya, supaya hasilnya baik seperti yang diharapkan dan tidak ada nasib buruk yang dialami di belakang hari. Misalnya, yang akan pindah rumah atau bepergian jauh akan menghindari hari Jum'at dan Sabtu, karena hari Jum'at banyak yang rusuh, banyak masalah, banyak perselisihan, dan hari Sabtu banyak naas, nasib buruk dan musibah.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan diri manusia. Petungan bukan dibuat atas dasar tahayul, tetapi karena titen, mengamati dan memahami alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca, yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan hari untuk rencana menanam padi dan panenan.
Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), dsb. Tetapi Penulis tidak akan menuliskan tentang pengaruh lainnya itu, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu. Kami juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini, misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari berikutnya. Berarti hari Senin dimulai pada hari Minggu pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin pk.5 sore.
Hari Senin pk.6 sore (mahgrib) berarti sudah masuk hari Selasa. Menurut penanggalan Jawa, hari Senin pk.6 sore, hari itu sudah masuk hari Selasa, karena sudah melewati hari Senin pk.5 sore.
Hitungan hari mulai berlakunya pengaruh hari menurut penanggalan jawa ini, tidak semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin yang mengsugesti orang-orang yang bersangkutan.
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang dagangan atau hari saat pertama membuka tokonya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkawinan, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkawinannya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi menjadi suami-istri.
Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan saat seseorang memindahkan barang-barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama dia tidur di rumahnya yang baru. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang, orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan orang Bali yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Kecuali mereka masih meyakininya di dalam hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka meng-sugesti dirinya begitu.
Watak Hari untuk memulai usaha :
Hari Senin : hari yang baik untuk semua keperluan.
Hari Selasa : awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak baik lebih panjang.
Hari Rabu : baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.
Hari Kamis : hari yang keras. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitannya.
Hari Jum’at : hari yang ‘panas’. Usaha dan perkawinan akan banyak gangguan dan keributan / pertengkaran.
Hari Sabtu : hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitan, penyakit, naas, kecelakaan, musibah, dsb.
Hari Minggu : hari yang netral untuk semua urusan.
Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding siang hari.
Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.
Bulan Maulid adalah bulan yang paling baik untuk ritual pembersihan diri, untuk ruwatan nasib / sengkolo, menjamas keris, mandi kembang, dsb.
Watak Hari Kelahiran :
Hari Senin : dibanding hari kelahiran lainnya, yang lahir pada hari Senin lebih mudah dan lebih lancar dalam
semua urusan-urusannya. Lebih banyak peruntungannya dan banyak hal-hal baik yang sifatnya
kebetulan.
Hari Selasa : banyak peruntungannya. Tetapi hal-hal yang baik dalam hidupnya pada mulanya banyak, lebih
banyak daripada orang lain, tetapi pada akhirnya banyak kemalangan atau nasib jelek. Banyak
susahnya daripada senangnya. Awalannya baik, tetapi semua yang baik waktunya pendek, yang
kurang baik lebih panjang. Kalau sedang bernasib baik, jangan sampai membuat tindakan yang
menyebabkan peruntungannya menjadi jelek.
Hari Rabu : lancar dalam semua urusan-urusannya, tetapi tidak sebaik kelahiran hari Senin. Lebih cocok bila
bekerjanya mengikut kepada orang lain (menjadi karyawan / pegawai).
Hari Kamis : yang lahir pada hari Kamis harus lebih banyak bekerja keras, supaya apa yang diusahakan dapat
mencapai hasil seperti yang diinginkan, karena banyak kesulitannya, terutama dari lingkungannya.
Hari Jum’at : berwatak ‘panas’, cerewet. Hidupnya banyak "urusan". Tetapi urusan rejeki juga banyak
peluangnya. Harus pintar menjaga hubungan dengan orang lain, karena akan dapat menjadi batu
sandungan.
Hari Sabtu : berwatak keras. Hidupnya berat dan keras dalam semua urusan.
Banyak kesulitan dan nasib jelek. Banyak hambatan dari lingkungan.
Harus lebih banyak bekerja keras. Kadangkala walaupun sudah bekerja keras, hasilnya tidak
sebaik yang diinginkan.
Hari Minggu : netral dalam semua urusan.
Kalau mau bekerja keras, hasil yang didapat akan sesuai dengan yang diinginkan.
Orang yang lahir pada pagi hari biasanya kehidupannya lebih lancar, tidak banyak mendapatkan halangan dan kesulitan dalam urusan-urusannya.
Orang yang lahir pada siang hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan halangan dan kesulitan, dibanding kelahiran pagi hari, terutama dari lingkungannya berada.
Orang yang lahir pada sore hari biasanya kehidupannya lebih banyak lagi mendapatkan halangan dan kesulitan, terutama dari lingkungannya berada. Harus lebih keras berusaha.
Orang yang lahir pada malam hari biasanya kehidupannya banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Harus bekerja lebih keras. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya. Tetapi yang lahir pada malam hari biasanya memiliki insting, intuisi dan kepekaan batin yang lebih, dibanding yang lahir pada waktu lain yang berbeda.
Latar Belakang Kegaiban Hari
Di dalam kehidupan mahluk halus, banyak di antara mereka yang hidup dalam suatu komunitas tertentu yang memiliki pemimpin sebagai raja atau sosok penguasa di dalam komunitas tersebut. Para penguasa itu memiliki rakyat atau bawahan yang harus melaksanakan semua perintah pemimpinnya. Bila perintah sang penguasa tidak dapat dilaksanakan, maka hukuman akan menanti mereka. Pancaran aura energi dari suasana batin para mahluk halus itulah yang mempengaruhi manusia secara fisik maupun psikologis dan pengaruhnya itu dapat berdampak jangka panjang, karena auranya akan menyatu dengan aura sukma manusia.
Biasanya aktivitas mereka dalam menjalankan tugasnya dimulai pada hari Senin pagi dan diakhiri pada hari Jum’at sore.
Pada hari Senin pagi mereka 'turun ke lapangan'. Mereka bersemangat. Mereka memancarkan aura yang baik bagi manusia.
Pada hari Selasa ada saja yang merasa kesal, mungkin karena pada hari Senin ada usaha mereka yang tidak berhasil. Ada di antara mereka yang memancarkan aura yang tidak baik bagi manusia.
Pada hari Rabu kondisi kembali tenang. Tetapi mereka mulai berhati-hati, karena batas waktu mereka semakin pendek.
Pada hari Kamis mereka sudah harus bergegas menyelesaikan tugasnya, karena waktunya semakin pendek. Mereka harus bisa mengatasi halangan dan hambatan pekerjaannya. Mereka memancarkan hawa aura yang keras secara psikologi manusia.
Pada hari Jum’at banyak di antara mereka yang marah dan panik, karena tugasnya belum selesai, sedangkan pada sore hari mereka harus kembali ke komunitasnya. Mereka memancarkan hawa yang panas bagi psikologi manusia, menyebabkan manusia mudah marah, benci dan bertengkar / rusuh.
Hari Sabtu adalah hari terakhir mereka di ‘lapangan’, selesai atau tidak selesai pekerjaan mereka, pada sore harinya mereka harus kembali ke komunitasnya. Hukuman sudah menunggu mereka, apalagi bila pekerjaannya belum selesai. Mereka diliputi rasa marah, putus asa, kebencian, ingin mengamuk, dsb, apalagi bila melihat ada mahluk halus lain atau manusia yang bersenang-senang, atau menyelenggarakan hajatan, bepergian, dsb. Pada hari Sabtu itu mereka memancarkan hawa yang berat secara psikologi manusia, hawa penyakit dan kematian, kesialan, nasib jelek, keputus-asaan, dsb. Bila bertemu dengan manusia yang sedang bepergian dengan berkendaraan, mungkin saja dengan sengaja mereka akan mencelakakannya.
Pada hari Minggu mereka sudah bebas dari semua urusan pekerjaan.
Bila kekuatan aura batin manusia cukup kuat, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut hanya akan berdampak kecil. Sebaliknya, bila kekuatan aura batin manusia lemah, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut akan berdampak dominan dalam kehidupan manusia yang bersangkutan. Tetapi aura batin seseorang kuat ataupun lemah, seandainya dalam kehidupannya dia tidak dapat merubah pengaruh aura negatif menjadi aura positif, misalnya dia menjadi kesal, marah, stress, depresi, atau larut dalam permasalahan hidup, dsb, maka kekuatan aura batinnya itu justru akan memperparah ke-negatif-an dalam dirinya, sehingga jalan hidupnya akan semakin buruk dan terpuruk, sedikit peruntungannya, banyak kesulitan, dan sulit untuk memperbaiki derajat.
Pengaruh negatif dari pancaran aura batin dan aura mahluk halus tersebut dapat dicoba diakali dengan suatu laku untuk membersihkan aura batin. Misalnya diawali dengan mandi keramas, kemudian berendam / mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa. Dilakukan dengan guyuran dari atas kepala hingga basah seluruh tubuh. Dengan cara ini diupayakan supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif. Berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, dan membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh.
Ada juga dalam budaya Jawa konsep ilmu petungan (perhitungan), yang melibatkan alam pemikiran makro dan mikrokosmos, jagad gedhe dan cilik, alam semesta dan diri manusia. Petungan bukan dibuat atas dasar tahayul, tetapi karena titen, mengamati dan memahami alam, sehingga muncullah konsep pranata mangsa, ilmu tentang ramalan cuaca, yang sehari-harinya banyak digunakan sebagai patokan hari untuk rencana menanam padi dan panenan.
Sifat-sifat hari yang akan disebut di bawah ini bersifat tidak mutlak, karena dipengaruhi juga oleh hari pasaran (pon, pahing, wage, legi dan kliwon), jam (pagi, siang, malam), dan wukunya (mingguannya), dsb. Tetapi Penulis tidak akan menuliskan tentang pengaruh lainnya itu, karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang itu. Kami juga tidak akan membahas lebih daripada tulisan ini, misalnya tentang perjodohan, dsb.
Sebagai catatan, dalam penanggalan Jawa, hari dimulai pada pukul 5 sore dan akan berakhir pada pukul 5 sore hari berikutnya. Berarti hari Senin dimulai pada hari Minggu pk.5 sore dan berakhir pada hari Senin pk.5 sore.
Hari Senin pk.6 sore (mahgrib) berarti sudah masuk hari Selasa. Menurut penanggalan Jawa, hari Senin pk.6 sore, hari itu sudah masuk hari Selasa, karena sudah melewati hari Senin pk.5 sore.
Hitungan hari mulai berlakunya pengaruh hari menurut penanggalan jawa ini, tidak semata-mata secara formal ditentukan oleh hari atau tanggal di dalam penanggalan jawa, tetapi terutama ditentukan oleh suasana batin yang mengsugesti orang-orang yang bersangkutan.
Misalnya, hari seseorang memulai usaha warung / toko tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang mengisi tokonya dengan barang-barang dagangan atau hari saat pertama membuka tokonya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa mulai berdagang atau berjualan.
Begitu juga dengan perkawinan, tidak semata-mata ditentukan oleh hari saat seseorang melamar, ijab kabul atau hari resepsi perkawinannya. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang-orang tersebut merasa telah resmi menjadi suami-istri.
Hari seseorang pindah rumah tidak ditentukan saat seseorang memindahkan barang-barang lamanya ke rumahnya yang baru atau hari saat pertama dia tidur di rumahnya yang baru. Tetapi lebih ditentukan oleh suasana batin kapan orang tersebut merasa sudah pindah ke rumahnya yang baru. Biasanya dimulai saat perlengkapan tidur sudah dipindahkan, sudah tidur di rumahnya yang baru, sudah merasa pindah ke rumah yang baru dan tidak lagi memikirkan rumah yang lama.
Pengaruh hitungan hari menurut penanggalan jawa ini berlaku untuk orang Jawa di Jawa Tengah dan Jawa Timur dan orang Bali di pulau Bali. Untuk masa sekarang, orang Jawa yang sudah tidak tinggal di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan orang Bali yang sudah tidak tinggal di Bali, pengaruhnya terhadap mereka sedikit (masih berpengaruh tetapi kadarnya kecil). Kecuali mereka masih meyakininya di dalam hatinya, maka pengaruhnya terhadap mereka tetap besar, karena mereka meng-sugesti dirinya begitu.
Watak Hari untuk memulai usaha :
Hari Senin : hari yang baik untuk semua keperluan.
Hari Selasa : awalnya baik, tetapi hal-hal yang baik waktunya pendek, yang tidak baik lebih panjang.
Hari Rabu : baik untuk semua keperluan, tetapi tidak sebaik hari Senin.
Hari Kamis : hari yang keras. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitannya.
Hari Jum’at : hari yang ‘panas’. Usaha dan perkawinan akan banyak gangguan dan keributan / pertengkaran.
Hari Sabtu : hari yang berat untuk semua urusan. Usaha dan perkawinan akan banyak kesulitan, penyakit, naas, kecelakaan, musibah, dsb.
Hari Minggu : hari yang netral untuk semua urusan.
Sebaiknya memulai usaha tidak dilakukan pada malam hari, karena banyak pengaruh jeleknya. Hari masih malam, belum waktunya bekerja. Akan banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya.
Sebaiknya memulai usaha dilakukan pada pagi hari, karena banyak pengaruh energi positif, sehingga usaha dan pekerjaan dapat berjalan lebih lancar.
Usaha yang dimulai pada siang hari akan lebih banyak mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding pagi hari.
Usaha yang dimulai pada sore hari akan lebih banyak lagi mendapatkan kesulitan dan halangan dibanding siang hari.
Bulan Besar atau Bulan Haji adalah bulan yang paling baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan.
Bulan Sura (Suro) adalah bulan yang paling tidak baik untuk semua keperluan, untuk memulai usaha, pindah rumah atau pun perkawinan. Paling baik digunakan untuk upaya bersih diri dan lingkungan.
Bulan Maulid adalah bulan yang paling baik untuk ritual pembersihan diri, untuk ruwatan nasib / sengkolo, menjamas keris, mandi kembang, dsb.
Watak Hari Kelahiran :
Hari Senin : dibanding hari kelahiran lainnya, yang lahir pada hari Senin lebih mudah dan lebih lancar dalam
semua urusan-urusannya. Lebih banyak peruntungannya dan banyak hal-hal baik yang sifatnya
kebetulan.
Hari Selasa : banyak peruntungannya. Tetapi hal-hal yang baik dalam hidupnya pada mulanya banyak, lebih
banyak daripada orang lain, tetapi pada akhirnya banyak kemalangan atau nasib jelek. Banyak
susahnya daripada senangnya. Awalannya baik, tetapi semua yang baik waktunya pendek, yang
kurang baik lebih panjang. Kalau sedang bernasib baik, jangan sampai membuat tindakan yang
menyebabkan peruntungannya menjadi jelek.
Hari Rabu : lancar dalam semua urusan-urusannya, tetapi tidak sebaik kelahiran hari Senin. Lebih cocok bila
bekerjanya mengikut kepada orang lain (menjadi karyawan / pegawai).
Hari Kamis : yang lahir pada hari Kamis harus lebih banyak bekerja keras, supaya apa yang diusahakan dapat
mencapai hasil seperti yang diinginkan, karena banyak kesulitannya, terutama dari lingkungannya.
Hari Jum’at : berwatak ‘panas’, cerewet. Hidupnya banyak "urusan". Tetapi urusan rejeki juga banyak
peluangnya. Harus pintar menjaga hubungan dengan orang lain, karena akan dapat menjadi batu
sandungan.
Hari Sabtu : berwatak keras. Hidupnya berat dan keras dalam semua urusan.
Banyak kesulitan dan nasib jelek. Banyak hambatan dari lingkungan.
Harus lebih banyak bekerja keras. Kadangkala walaupun sudah bekerja keras, hasilnya tidak
sebaik yang diinginkan.
Hari Minggu : netral dalam semua urusan.
Kalau mau bekerja keras, hasil yang didapat akan sesuai dengan yang diinginkan.
Orang yang lahir pada pagi hari biasanya kehidupannya lebih lancar, tidak banyak mendapatkan halangan dan kesulitan dalam urusan-urusannya.
Orang yang lahir pada siang hari biasanya kehidupannya lebih banyak mendapatkan halangan dan kesulitan, dibanding kelahiran pagi hari, terutama dari lingkungannya berada.
Orang yang lahir pada sore hari biasanya kehidupannya lebih banyak lagi mendapatkan halangan dan kesulitan, terutama dari lingkungannya berada. Harus lebih keras berusaha.
Orang yang lahir pada malam hari biasanya kehidupannya banyak mendapatkan halangan dan kesulitan. Harus bekerja lebih keras. Seringkali walaupun sudah berusaha keras, hasil yang didapat tidak sebanding dengan kerasnya usahanya. Tetapi yang lahir pada malam hari biasanya memiliki insting, intuisi dan kepekaan batin yang lebih, dibanding yang lahir pada waktu lain yang berbeda.
Latar Belakang Kegaiban Hari
Di dalam kehidupan mahluk halus, banyak di antara mereka yang hidup dalam suatu komunitas tertentu yang memiliki pemimpin sebagai raja atau sosok penguasa di dalam komunitas tersebut. Para penguasa itu memiliki rakyat atau bawahan yang harus melaksanakan semua perintah pemimpinnya. Bila perintah sang penguasa tidak dapat dilaksanakan, maka hukuman akan menanti mereka. Pancaran aura energi dari suasana batin para mahluk halus itulah yang mempengaruhi manusia secara fisik maupun psikologis dan pengaruhnya itu dapat berdampak jangka panjang, karena auranya akan menyatu dengan aura sukma manusia.
Biasanya aktivitas mereka dalam menjalankan tugasnya dimulai pada hari Senin pagi dan diakhiri pada hari Jum’at sore.
Pada hari Senin pagi mereka 'turun ke lapangan'. Mereka bersemangat. Mereka memancarkan aura yang baik bagi manusia.
Pada hari Selasa ada saja yang merasa kesal, mungkin karena pada hari Senin ada usaha mereka yang tidak berhasil. Ada di antara mereka yang memancarkan aura yang tidak baik bagi manusia.
Pada hari Rabu kondisi kembali tenang. Tetapi mereka mulai berhati-hati, karena batas waktu mereka semakin pendek.
Pada hari Kamis mereka sudah harus bergegas menyelesaikan tugasnya, karena waktunya semakin pendek. Mereka harus bisa mengatasi halangan dan hambatan pekerjaannya. Mereka memancarkan hawa aura yang keras secara psikologi manusia.
Pada hari Jum’at banyak di antara mereka yang marah dan panik, karena tugasnya belum selesai, sedangkan pada sore hari mereka harus kembali ke komunitasnya. Mereka memancarkan hawa yang panas bagi psikologi manusia, menyebabkan manusia mudah marah, benci dan bertengkar / rusuh.
Hari Sabtu adalah hari terakhir mereka di ‘lapangan’, selesai atau tidak selesai pekerjaan mereka, pada sore harinya mereka harus kembali ke komunitasnya. Hukuman sudah menunggu mereka, apalagi bila pekerjaannya belum selesai. Mereka diliputi rasa marah, putus asa, kebencian, ingin mengamuk, dsb, apalagi bila melihat ada mahluk halus lain atau manusia yang bersenang-senang, atau menyelenggarakan hajatan, bepergian, dsb. Pada hari Sabtu itu mereka memancarkan hawa yang berat secara psikologi manusia, hawa penyakit dan kematian, kesialan, nasib jelek, keputus-asaan, dsb. Bila bertemu dengan manusia yang sedang bepergian dengan berkendaraan, mungkin saja dengan sengaja mereka akan mencelakakannya.
Pada hari Minggu mereka sudah bebas dari semua urusan pekerjaan.
Bila kekuatan aura batin manusia cukup kuat, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut hanya akan berdampak kecil. Sebaliknya, bila kekuatan aura batin manusia lemah, maka pengaruh pancaran aura para mahluk halus tersebut akan berdampak dominan dalam kehidupan manusia yang bersangkutan. Tetapi aura batin seseorang kuat ataupun lemah, seandainya dalam kehidupannya dia tidak dapat merubah pengaruh aura negatif menjadi aura positif, misalnya dia menjadi kesal, marah, stress, depresi, atau larut dalam permasalahan hidup, dsb, maka kekuatan aura batinnya itu justru akan memperparah ke-negatif-an dalam dirinya, sehingga jalan hidupnya akan semakin buruk dan terpuruk, sedikit peruntungannya, banyak kesulitan, dan sulit untuk memperbaiki derajat.
Pengaruh negatif dari pancaran aura batin dan aura mahluk halus tersebut dapat dicoba diakali dengan suatu laku untuk membersihkan aura batin. Misalnya diawali dengan mandi keramas, kemudian berendam / mandi kembang setaman / kembang tujuh rupa. Dilakukan dengan guyuran dari atas kepala hingga basah seluruh tubuh. Dengan cara ini diupayakan supaya aura dari kembang-kembang tersebut menyelaraskan aura-aura negatif di dalam tubuh agar menjadi positif. Berguna untuk membantu mempermudah jalan hidup, dan membuang kesulitan-kesulitan yang berasal dari aura negatif di dalam tubuh.