Pasrah dengan Nasib atau Berusaha Mengubahnya?
Seringkali
kita mendengar banyak orang mengeluh dengan berkata “ya..inilah
nasib..harus dijalani”, seolah-olah sudah menerima saja bahwa nasibnya
yang seperti itu. Terkadang ketika menerima sesuatu masalah yang berat
juga berkata, inilah nasib…mau gimana lagi. Nasib…nasib…dan nasib…apa
memang betul jika itu nasib yang sudah Tuhan tuliskan buat kita? Dan
kita seringkali mengeluh jika peristiwa yang kita alami adalah negatif
atau kesusahan, artinya saat seolah-olah nasib kita jelek maka kita
mengeluh. Namun saat nasib kita sedang baik, apakah kita juga berkata?
“enak juga ya nasibku?” , “wah ternyata nasibku baik juga”…pernahkah
kita seperti itu saat menerima peristiwa yang baik?
Apakah sebenarnya NASIB itu? apakah
sesuatu yang jelek saja atau yang baik juga? NASIB lebih disamakan
dengan TAKDIR yang Tuhan berikan kepada kita, tapi apakah iya Tuhan
menakdirkan kita sesuatu yang jelek?atukah kejelekan atau hal negatif
itu hanya sebuah proses untuk menuju sebuah takdir yang baik. Semua
kembali kepada persepsi kita kepada peristiwa yang terjadi dalam hidup
kita sehari-hari. Jika kita menganggap itu adalah nasib yang sudah harga
mati sebuah nasib jelek maka akan terasa jelek terus semakin jelek maka
hidup kita benar-benar dikelilingi oleh kesusahan. Tetapi jika kita
berusaha mengubah persepsi tentang peristiwa yang terlihat jelek menjadi
hal yang positif maka tanpa disadari perlahan akan mengalami hal-hal
yang berubah menjadi positif dan hidup kita akan berubah dikelilingi
oleh kebahagiaan.
Berarti jika kita mengalami sebuah
peristiwa yang terkesan negatif atau terkesan jelek, sikap awal yang
harus kita lakukan bukan mengeluh atau terus menghayati sisi negatif.
Bahkan kita, seringkali malah berdoa dengan mengeluhkan kepada Tuhan
atas peristiwa yang jelek ini, kita lebih menghayati dan kita meresapi
begitu dalam peristiwa jelek akibatnya yang kita rasakan hanyalah sebuah
ketenangan semu. Mengapa saya katakan ketenangan semu, karena
ketenangan yang dirasakan dalam hati mereka yang selalu mengeluh atas
peristiwa negatif hanya kelegaan karena sudah mengeluarkan semua
uneg-uneg dalam diri. Tapi yang tersimpan dihati tetap sebuah pandangan
negatif terhadap peristiwa tersebut, coba kita pikir bersama, saat kita
menganggap bahwa sebuah peristiwa yang terjadi adalah hal negatif bagi
diri sendiri berarti kita juga menganggap Tuhan sedang berbuat jelek
kepada kita, benar kan? Bukankah itu kita berprasangka buruk kepada
Tuhan?
Mari kita renungkan melalui hati, Tuhan
adalah sosok yang Maha Baik, yang Maha Positif dan yang Maha Pengasih.
Kalau begitu, apakah begitu pantas jika kita berprasangka buruk kepada
Tuhan? Sebagai makhluk ciptaan-Nya maka kita sebenarnya hanya pantas
untuk berprasangka positif kepada Tuhan. Artinya, saat kita mendapat
sesuatu yang orang umum mengatakan itu semua musibah atau kejelekan maka
itu hanyalah persepsi manusia saja. Ketika kita menganggapnya sebuah
musibah artinya kita membiarkan saja musibah itu terus terjadi dalam
kehidupan ini, solusi tercepat untuk mengubahnya adalah dengan mencoba
membalikkan persepsi kita saat mengalami peristiwa itu.
Teknik dasar untuk membalikkan persepsi
terhadap sebuah musibah atau sesuatu yang kita anggap nasib buruk adalah
dengan mencari 1001 alasan POSITIF tentang peristiwa itu? Berpikir
berarti menyibukkan diri untuk mencari hal-hal yang positif dan memenuhi
pikiran dan hati tentang hal yang positif maka itu artinya kita
berusaha berprasangka positif kepada Tuhan. Anda tahu apa dampaknya jika
kita melakukan hal itu? Jika ingin tahu, maka cobalah dan rasakan bahwa
hidup kita akan dikelilingi dengan segala sesuatu yang POSITIF, bahkan
disaat semua orang mengganggap keadaan yang kita alami adalah keburukan
hati kita akan tetap mengatakan bahwa “ini adalah proses Tuhan untuk
menuju sebuah kebaikan dan pasti BAIK karena Tuhan adalah MAHA BAIK”