Hidup Sederhana? Kenapa Tidak! (Sangat Inspiratif) - Semburat surya mulai menyilaukan mata Nikmatul Tasriyah. Pagi itu, gadis manis (22 tahun) yang juga mahasiswi semester 4 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, mengayuh sepedanya menuju kampusnya di daerah Gamping (3 km dari Wirobrajan, Yogyakarta)
Begitulah
sekelumit gambaran kesederhanaan hidup mahasiswa di era modern. Ketika
uang telah menjadi sesuatu yang harus ada untuk memenuhi segala
kebutuhan, maka yang muncul adalah pemborosan. Mulai dari makan, bayar
kos, beli bensin, jajan, dan bayar kuliah, semuanya harus diselesaikan
dengan uang.
Di sisi lain, gambaran umum kehidupan mahasiswa di tengah masyarakat adalah mereka yang selalu mondar -
mandir naik motor, senang hang out, menghamburkan uang untuk
kesenangan dan nongkrong hingga larut malam. Lalu, masih adakah hidup
sederhana di kalangan mahasiswa?
Mungkin
hidup ala kadarnya adalah kata yang tepat untuk mengambarkan hidup
sederhana. Ala kadarnya dalam artian seperlunya, sebab hidup sederhana
bukan berarti miskin, pelit atau menyiksa diri sendiri dengan alibi
"ngirit" melainkan bisa memilah - milah antara kebutuhan penting,
kurang penting dan tidak penting. Justru dengan hidup sederhana kita
kaya hati dan bisa berpikir jernih untuk melihat dunia sekitar secara
jeli, termasuk memutuskan sesuatu yang baik dan buruk, perlu dan tidak
perlu.
Hidup
sederhana juga bisa menjadi sarana menahan nafsu untuk tidak tergiur
hidup hedon atau glamour. Hidup sederhana bukan hanya fokus pada
financial yang menjadi sorotan utama. Salah satu contohnya adalah
Nikmatul Tasriyah yang setiap hari mengayuh sepeda menempuh jarak 10 km
untuk menuntut ilmu bagi masa depan.
Harus
diakui, mobilitas pelajar dan mahasiswa sedang menjadi sorotan. Hampir
90% mahasiswa mengendarai sepeda motor. Dengan demikian, asumsi yang
muncul adalah orang tua mereka tergolong mampu. Kenyataan lainnya,
banyak pula mahasiswa yang punya HP lebih dari satu, atau juga tergiur
membeli busana model terbaru dan menikmati gaya hidup modern yang
cenderung mengedepankan kesenangan.
Kendati
demikian, tak semua mahasiswa seperti itu. Ada pula yang justru
memilih bersepeda atau jalan kaki sebagaimana Nikmatul, mahasiswi yang
ber IP cumloude 4,00 asli Banjarnegara. Kecuali kuliah ia juga bekerja
sebagai guru privat beberapa siswa Sekolah Dasar, SMP, SMA serta
beberapa Mahasiswa. Hasil keringat yang diperolehnya digunakan untuk
membantu orang tua demi membayar kebutuhan hidup.