1)Keris
mengajarkan kita buat menyimpan atau mengesampingkan ego dan amarah.
Kita tentu sering melihat bahwa pada waktu kita jagongan temanten,atau
bhkn temanten sendiri atau bahkan keluarga keraton dan para abdi dalem
dalam mengenakan pusaka diletakkan dibelakang punggung,ini dimaksudkan
secara tersirat dan tersurat dalam ajaran leluhur kita,bahwa agar kita
dalam hal berfikir,berpendapat dan bertindak diharapkan dapat lebih
momong,bijaksana,serta perlunya menjaga akhlak dan tepo seliro kita
terhadap sesama. Karena dengan menaruh dibelakang posisi keris
diharapkan kita membelakangkan emosi,ego,amarah dalam
serawung,pertemanan ataupun persahabatan baik didunia nyata maupun dunia
maya. Tapi tetap dengan menunjukkan ketegasan dan kesantunan juga
keberanian pada tempatnya dan pada saatnya. Dan ini menunjukkan bahwa
kita memiliki dan mengedepankan etika,estetika dalam pergaulan,membuat
perasaan nyaman bagi rekan2 di sekitar kita.
2) Keris dan warangka sebagai filosofi dimensi spiritual.
Dan bila kita sudah berbicara keris maka tentu kita tdk luput buat
membicarakan warangka/sarung dari keris tsbt. Hubungan keris dengan
sarungnya secara khusus oleh masyarakat kita khususnya Jawa diartikan
secara filosofis sebagai hubungan yang cukup sinergis, menyatu untuk
mencapai tatanan kehidupan dunia yang harmonisan. Maka lahirlah filosofi
“manunggaling kawula-Gusti”, dekat dan bersatunya hamba dengan
rajanya,dekat dan bersatunya insan kamil dengan Sang Penciptanya,
bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman
damai, tentram, bahagia, sehat sejahtera. Karena masing sudah mengetahui
tugas dan kewajibannya. Dimana manusia, selain saling hormat
menghormati,tepo seliro,mawas diri antara yang satu dengan yang lainnya,
juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan fungsinya
masing-masing secara benar dan bertanggung jawab.
3)
Keris sendiri dalam kultur Jawa dipandang dan diperlakukan sebagai
simbol dan juga status bagi pemiliknya. Hampir setiap keluarga
aristokrat Jawa, dapat dipastikan mereka memiliki keris pusaka keluarga,
yang memiliki keampuhan-keampuhan yang khas atau keistimewaan khusus
dalam dapur,ricikan,maupun katiyasan atau sabda doanya.
4)Keris
juga kita akui sebagai bentuk senjata. Menurut Lord Abberton of Eaton,
keris pertama diciptakan oleh Raden Panji Inukertapati. Bentuk keris
pada relief candi penataran berbeda dengan bentuk keris yang biasa kita
jumpai, hal ini dikarenakan penyesuaian dengan perkembangan zaman. Namun
corak dan gayanya menandakan sebagai senjata tikam. Dan dalam cerita
purwacarita jaman pewayangan,empu yang pertama kali menciptakan keris
adalah empu Ramahadi dengan tiga buah pusaka belum memakai gelar kyai
tapi masih asli originalnya jadi menggunakan nama sang,3 buah karya empu
ramahadi adalah sang lar ngatap,sang pasopati dan sang cundrik arum.
5)
Keris dianggap sebagai peninggalan berharga dan istimewa atau bisa
dianggap sebagai pusaka wasiat. Dan ini terbukti lo kangmas mbakyu,coba
diingat2 kita pasti sering mendengar,apabila seseorang(orang tua
kita,kakek nenek kita atau eyang eyang kita) akan tiba ajalnya atau jauh
hari sebelumnya, banyak yang sudah mewasiatkan sesuatu peninggalan yang
dianggap berharga semisal tanah, sawah maupun rumah, begitu pula
sebilah keris, sesuatu yang paling membanggakan jika pewarisnya diberi
kepercayaan untuk memeliharanya. Dan biasanya untuk pusaka2 tertentu
akan dipilih keturunannya yg sekiranya orgnya sdh mantap dan matang
secara lahir dan batin,agar dapat dimanfaatkan dan disimpan sebagaimana
mestinya.
6).
Keris sebagai lambang identitas pribadi. Sebilah keris erat kaitannya
dengan identitas seseorang,terutama dalam cerita,hikayat maupun sejarah.
Sebagai contoh keris empu gandring adalah kerisnya ken arok,keris naga
sasra sabuk inten kerisnya mahesa jenar, keris jaka piturun sebagai
tanda Sultan di Yogyakarta, keris Kyai Setan Kober dengan Arya
Penangsang, keris Kyai Pulanggeni dengan Raden Harjuna, tombak Kyai Baru
dengan Ki Ageng Mangir,keris kyai carubuk kepunyaan kanjeng sunan
kalijaga,keris gajah dompu adlh keris kepunyaan raja2 sisingamangaraja
dan masih banyak tokoh-tokoh lain dalam legenda,cerita,hikayat,sejarah
negeri ini dgn keris sebagai identitas pribadi.
7)
Keris marupakan manifestasi doa dan sabda. Dalam dunia tosan aji,
manusia Jawa merumuskan doa yang diwujudkan dalam sebentuk pusaka keris.
Doa itu dilantunkan dalam laku, mulai tapa, matiraga, tapa bisu, dan
lainnya. “Jadi keris sesungguhnya dalam filosofinya sebagai media untuk
mengantarkan sugesti dari doa. Cita-cita dan harapan manusia Jawa
dimantramkan dan disimpan dalam keris,seolah olah sang empu merekam dan
menanam sabda dan doanya dalam sebilah keris. Yang dimana keris tsbt
tidak jarang mjd sebuah keyakinan dan buku hidup.
8)Wujud
keris yang lurus maupun ber-luk memiliki makna masing2,keris (berlekuk)
adalah simbol kebijaksanaan,dimana bila kita hidup maka kita harus
menghindari hal2 yg buruk yg bertentangan dgn hukum negara,hukum adat
dan hukum ketuhanan. sedangkan keris lurus adalah simbol keteguhan
prinsip,apbl kita melangkah harus mantap dan lurus dalam
fikiran,perkataan dan perbuatan. Kebijaksanaan dan tekad itu harus
seimbang dan akhirnya bermuara ke atas (Tuhan). Karena itu, keris
ujungnya lancip,” Dan secara singkatnya,masing2 luk melambangkan
filosofi sbb : Keris Lurus melambangkan kepercayaan diri dan mental yang
kuat.
Keris Luk 3 melambangkan keberhasilan cita-cita.
Keris Luk 5 melambangkan : dicintai oleh banyak orang.
Keris Luk 7 melambangkan kewibawaan.
Keris Luk 9 melambangkan kewibawaan, kharisme dan kepempiminan.
Keris Luk 11 melambangkan kemampuan untuk mencapai pangkat tinggi.
Keris Luk 13 melambangkan : kehidupan stabil dan tenang.
9).
Keris sebagai lambang kemapanan hidup. Bagi seorang lelaki masyarakat
Jawa, hidupnya akan dikatakan paripurna/mapan/sempurna, jika telah
memiliki hal2 sbb: Wisma/rumah, Wanita/istri, Turangga/kendaraan,
Kukila/hewan piaraan, dan Curiga/keris. Dan kolektor keris rata2
orangnya boleh dibilang ada budget yg bisa dianggarkan buat pemaharan
pusaka2 tsbt bahakan bial diseriusi maka biaya perawatan juga perlu
alokasi dana pada waktu tertentu.
10).
Keris sebagai lambang status sosial. Ini bisa kita lihat pada gambar
dari ukiran-tangkai keris yang mempunyai wanda atau istilah keren
sekarang sebagai profil atau screen saver atau chasing, misalnya: samba
keplayu, maraseba, mangkurat, yudawinatan, longok, pakubuwanan,
pakucumbring dan lainnya, dimana profil tersebut disesuaikan dengan
kepribadian dan kedudukan sosial sang pemakai. Begitu pula dari warna
pendok kemalon: merah untuk para sentana-minimal para bupati, hijau
untuk para mantri, coklat untuk para bekel, hitam untuk para abdi dalem
tingkat biasa (mohon dikoreksi apabila pendapat ini keliru).
11). Keris sebagai tanda jasa/satya lencana/penghormatan pengakuan
terhadap orang atau keahlian tertentu. Dalam dunia perkerisan, kita
mengenal keris berganja kinatah gajah singa, keris ini merupakan satya
lencana yang diberikan kepada para perwira/prajurit Mataram yang telah
berjasa menumpas pemberontakan kadipaten pati atas kerajaan Mataram
(Sultan Agung). Dan ada keris diatas luk 13,krn idealnya dan umumnya
keris maximal adlh13,tp ternyata ada luk 15,17,19,21,25,27,29,31 bahkan
dengar2 ada luk 37 dan luk 41. Luk diatas 13 tsbt diberikan sebagai
penghargaan dan penghormatan kepada org2 yg memiliki ke ahlian khusus
dalam lingkungan istana,msl ahli tari,ahli ukir,ahli pengobatan/tabib
dsb.
12). Keris sebagai atribut duta. Sewaktu resepsi pernikahan Pangeran
Bernard dengan Putri Juliana dari negeri Belanda, Raja Paku Buwana X
(Surakarta) mengutus puteranya G.P.H Suryohamidjojo agar menghadiri
resepsi tersebut, maka sang putera diberi izin memakai keris Kanjeng
Kyai Pakumpulan. Atau pada jaman dahulu pernikahan dianggap sah,bila
laki2 berhalalangan hadir cukup memasrahkan pusakanya sebagai wakil
dirinya dalam acara resepsi pernikahan tsbt. Dan itu dianggap sah karena
sdh terwakilkan oleh pusaka/ageman pribadi tsbt.
13). Keris sebagai lambang persahabatan. Pada zaman dahulu, tanda mata
yang paling tinggi martabatnya adalah keris, ini dibuktikan dengan
istilah “kancing gelung” atau “cundhuk ukel” yaitu pemberian sebilah
keris lengkap dari orang tua kepada anak perempuannya yang baru saja
menikah, yang pada akhirnya tanggung jawab pemeliharaan keris tersebut
dipegang menantu lelaki. Sering kita dengar bahwa raja2 nusantara
memberikan keris dgn garap yg indah dan cukup mewah kepada raja2
lainnya. Misal keris taming sari kepunyaan hang tuah adlh beliau peroleh
dr sang taming sari utusan raja majapahit. Kmdn raja solo pernah
memberikan pusakanya tombak kepada pangeran diponegoro sebagai bentuk
dukungan kepada pangeran diponegoro atas perjuangandan perlawanan beliau
thdp penjajajah belanda. Keris Si Ginje adalah keris kesultanan jambi
yg dlm kisah sejarah mrpkn tanda persahabatan dr sultan agung
hanyakrakusuma.
14). Keris sebagai falsafah. Bentuk dhapur dan corak pamor yang beraneka
ragam memiliki nilai falsafah, dhapur brojol= penggapaian cita-cita,
pamor pedaringan kebak= harapan sukses akan material, dan lain
sebagainya. Luk 11,contoh Dapur Sabuk Inten, merupakan salah satu dapur
keris yang melambangkan kemakmuran dan atau kemewahan. Dari aspek
filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan dan kemewahan yang
dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha, atau pedagang pada zaman
dahulu.
Luk 13,contoh Dapur Sengkelat mengandung makna nyala (kehidupan) hati,
maksudnya adalah perilaku yang luhur, dimana setiap siang dan malam kita
selalu waspada dalam keadaan apapun. Dan juga keris2 yg lain memiliki
makna dan filosofi masing2.
16).
Keris sebagai medium sengkalan(chronogram). Terkenal istilah sirna
ilang kertaning bumi (sirna=0, ilang=0, kerta=4, bumi=1), sengkalan
tersebut menggambarkan tahun 1400 saka, begitupula ganja berkinatah
gajah singa= gajah singa keris siji= berarti tahun 1558 saka, tahun
runtuhnya kadipaten Pati oleh prajurit Mataram.
15).
Keris sebagai pelengkap busana. Ini sering dijumpai pada saat resepsi
pernikahan umpamanya, sehingga kita dengar istilah disengkelit, dianggar
dan lainnya yang kesemuanya ditentukan oleh macam upacara yang akan
diikuti.
16). Keris sebagai medium. Medium= media perantara, Keris pusaka
dianggap mempunyai angsar/ kekuatan untuk memperlancar komunikasi dua
arah antara alam nyata dengan alam ghaib, fungsi inilah sampai kapanpun
akan dianggap paling menarik untuk diperbincangkan,karena banyak hal yg
cukup misterius,unik dan terasa istimewa bagi kalangan tertentu. Dan
tidak jarang keris dijadikan sarana memperkuat atma sang supranaturalis
dlm berkomunikasi maupun membuka alam gaib.
17). Keris sebagai dekorasi. Umumnya keris yang ditempel ditembok atau
media lainnya adalah hanya keris semacam souvenir tanpa kandungan
aura/yoni/isi, karena dianggap kurang etis bila menempatkan keris pusaka
hanya dari sisi estetika saja.
18). Keris sebagai obyek hobby. Kalangan yang menempatkan keris sebagai
hobby adalah mereka yang mengumpulkan banyak keris pusaka hanya untuk kesenanggan batin,
19). Keris sebagai sipat kandel / piandel. Sipat kandel adalah: suatu
sarana yang membuat pemiliknya lebih percaya diri untuk meraih nasib
baik, terlindung, selamat dan maksud lain yang sejenis. Kalangan pecinta
keris pusaka semacam ini menjadikannya sebagai “jimat”. Contoh
konkretnya adalah keris Jendral Sudirman, Keris Bung Tomo, Keris Bung
Karno,karena dlm perjuangan mrk selalu menyertakan keris dlm menyertai
perjuangan dan pengobar semangat juang keberanian mrk dlm menghadapi
penjajah belanda. serta nama-nama besar lain negeri ini, disamping para
beliau adalah para bijak cendekia namun ada sesuatu yang diharapkan dari
keris pusaka, terutama pada saat kritis, hal tersebut adalah hal yang
wajar sebagaimana kita membutuhkan sesuatu harus menggunakan alat-alat
tertentu untuk mempermudah kerja usaha kita.
20)
. Spirit KerisMenurut Mpu Brojoningrat dari Surakarta dalam makalahnya,
menuliskan keris merupakan visualisasi dari simbol-simbol dapur/bentuk,
pamor, bahan/guru bakal guru dadi dan ukuran (anatomi antara lain,
sanyari, sakilan dan lain-lain). Keris adalah kaca benggala pola tatanan
hidup, falsafah, hingga pemahaman ketuhanan (konsepsi Lingga Yoni).
Terciptanya Keris pusaka sebagai titik temu kemanunggalan antara Yang
tinemu ing nalar (sesuatu yang dapat dinalar) dan Yang tan tinemu ing
nalar (sesuatu yang tidak dapat dinalar). Heneng (konsentrasi), hening
(tenang), awas (waspada) dan eling (ingat). Keris merupakan perpaduan
unsur material ibu bumi bopo akoso, baja, besi dan pamor (meteorid).
Yang diasuh/ditempa ribuan kali hingga sampai pada tataran wesi
‘tapisane gebagan’. Diharapkan manusia juga sampai pada tataran tapisane
gebagan. Mpu dalam membabar keris pusaka tansah hateteken kasukcen
apepayung budi rahayu (dituntun kesucian dan dilindungi budi luhur),
jumbuhing kawulo gusti (anugerah Yang Kuasa), warongko majing curigo
(perlindungan dari kecurigaan), rorohing atunggil (roh Yang Maha Esa).
Keris punya konsep netes, nitis dan natas. Purwo, madyo, wusono, miwiti,
nengahi, mungkasi, pathet 6, pathet 9 dan pathet menyuro. Tri loka
lekere kongsi. Pada besalen dalam bangunan limasan apitan, relief candi
sukuh terdapat ububan/lamusan. Susuh angin ngendi nggone, tapake kuntul
ngalayang, kusumo njrah ing tawang.
Demikian yang bisa kami sampaikan filosofi keris yang bisa kami
samapaikan,agar bagi kita pemilik keris akan semakin mengerti dan
menghargai budaya adiluhung peradaban besar nenek moyang dan leluhur
kita yg perlu kita jaga dan kita lestariakan keberadaannya. Semoga
bermanfaat.