Bagaimana mungkin seseorang yang sudah terlatih dalam bertempur dapat menyia-nyiakan target yang jaraknya hanya lima meter dari selongsong pistolnya. Hal ini dibenarkan pula oleh pengakuan si penembak saat persidangan bahwa yang menyebabkan dirinya meleset saat menembak adalah karena dia melihat Bung Karno ada lima orang. Ada banyak pendapat mengenai kesaksian ini. Namun analisa terbanyak mengatakan bahwa Bung Karno memiliki sebuah ilmu sakti yang dapat membelah dirinya menjadi lima orang.
Kesaktian Bung Karno disebut dengan kesaktian tiban. Tiban adalah sebuah istilah di Jawa yang berarti kesaktian yang dapat dipelajari.
Saat lahir Soekarno bernama Kusno, namun dikarnakan beliau sakit keras sehingga namanya diganti dengan nama Soekarno. Setelah Soekarno sehat, Soekarno dikunjungi oleh kakeknya yang bernama Hardjodikromo. Hardjodikromo berasal dari Tulungagung. Kakek Soekarno melihat sesuatu yang spesial dalam diri Soekarno kecil.
Kakek Soekoarno adalah seorang sakti, dikabarkan dia mempunyai kemampuan untuk menjilat bara api pada besi yang sedang menyala. Rupanya Soekarno juga memiliki kesaktian pada lidahnya. Soekarno dapat menyembuhkan bagian yang sakit dengan cara menjilatnya.
Kakek Soekarno tidak melihat kemampuan menyembuhkan Soekarno sebagai kesempatan untuk menjadikan cucunya seorang dukun. Hardjodikromo ingin merubah Soekarno menjadi orang yang lebih berguna untuk bangsanya.
Hardjodikromo adalah seorang pelarian dari Jawa Tengah yang menolak sistem tanam paksa Cultuurstelsel Van Den Bosch. Ia lalu ke Tulungagung dan memulai usahanya sebagai seorang saudagar batik.
Bung Karno ternyata memiliki hubungan dengan Pangeran Diponegoro. Leluhur Bung Karno dari pihak Bapaknya adalah seorang perwira perang Diponegoro wilayang Solo. Leluhur Bung Karno tersebut bernama Raden Mangundiwirjo yang berperang melawan Belanda. Mangundiwirjo sendiri adalah seorang kepercayaan Raden Mas Prawirodigdojo yang merupakan salah seorang panglima besar Diponegoro.
Raden Mas Prawirodigdojo adalah salah seorang yang membangun benteng benteng perlawanan antara Boyolali sampai dengan Merbabu. Setelah Perang Diponegoro selesai, Raden Mangundiwirjo diburu oleh intel Belanda sehingga memaksanya untuk menyamar menjadi rakyat biasa di sekitar Purwodadi.
Akar inilah yang mungkin membuat ikatan batin antara Jawa Tengah dan Bung Karno. Seperti yang sudah diketahui oleh kita semua, Jawa Tengah dikenal sebagai basis Soekarnois terbesar di Indonesia.
Mangundiwirjo sendiri memiliki kesaktian berupa ucapan yang jadi kenyataan yang biasa disebut sebagai idu geni. Hal ini juga menurun pada Bung Karno. Melihat kemampuan idu geni yang dimiliki oleh Bung Karno, Kakeknya yang bernama Hardjodikromo berpuasa siang dan malam agar cucunya memiliki kekuatan batin.
Pada suatu hari Hardjodikromo, kakek dari Soekarno, bermimpi rumahnya kedatangan seseorang yang misterius denga pakaian bangsawan keraton Mataram dan membisikkan pada Hardjodikromo bahwa cucunya suatu saat akan menjadi seorang Raja namun bukan hanya di tanah Jawa melainkan seluruh Nusantara. Hardjodikromo memperkirakan bahwa sosok misterius dalam mimpinya adalah perwujudan dari Ki Juru Martani, seorang bangsawan tercerdas dari Mataram.
Sejak mimpi itu, kemampuan menyembuhkan Bung Karno dengan lidahnya menghilang. Namun kemampuan itu berganti menjadi kemampuan berbicara yang luar biasa hebat.
Menurut buku yang ditulis oleh Giebbels seorang sejarawan asal Belanda, sejak kecil Soekarno sudah diramalkan akan terbunuh dengan benda tajam. Oleh karena itulah, Soekarno sangat takut dengan jarum suntik dan benda tajam lainnya. Saat menderita penyakit ginjal parah, Soekarno menolak untuk berobat ke Swiss untuk melakukan operasi, sebagai gantinya beliau memilih untuk mengkonsumsi obat obatan herbal dari Cina.
Artikel panjang mengenai kesaktian Bung Karno yang tim Review Bagus, Review mengenai misteri dunia merupakan sebuah artikel yang bersumber dari kisah yang beredar di dunia maya. Mempercayainya atau tidak, itu semua terserah pada diri para pembaca masing masing.
Dunia ini memang penuh misteri, sejarah adalah sesuatu yang bias. Sehingga perlu itelejensia pembaca masing masing untuk menyerap dan menilai sebuah ulasan sejarah seperti yang tim review bagus beberkan dalam tiga buah artikel ini. Anda percaya?