Karma
Karma (Sanskerta: karma) berarti perbuatan. Karma merujuk pada
perbuatan berkehendak yang kita lakukan dengan tubuh, ucapan, dan
pikiran kita melalui berbuat, berkata, dan berpikir. Karma adalah kaidah
bahwa setiap perbuatan yang dilakukan, jika kondisinya sesuai, akan
menghasilkan akibat tertentu.
Bagaimana Karma Bekerja?
Semua perbuatan meninggalkan jejak atau benih pada kesadaran kita,
yang akan masak menjadi pengalaman-pengalaman kita ketika kondisi yang
sesuai muncul. Sebagai contoh, jika kita menolong seseorang dengan hati
yang tulus, perbuatan ini akan meninggalkan jejak-jejak positif dalam
arus pikiran kita. Ketika kondisinya memadai, jejak ini akan masak dalam
bentuk kita menerima pertolongan tatkala kita membutuhkannya.
Benih-benih Karma terus mengikuti kita dari satu kehidupan ke
kehidupan berikutnya. Bagaimanapun juga, jika kita tidak menciptakan
sebab-sebab atau Karma untuk terjadinya sesuatu, kita tidak akan
mengalami hasilnya. Jika kita tidak menanam benih tertentu, tanaman
tidak akan tumbuh. Buddha mengajarkan:
Sesuai benih yang ditabur,
begitulah buah yang dituai.
Pelaku kebaikan akan meraih hasil yang baik,
Pelaku keburukan akan memetik hasil yang buruk.
Jika engkau menanam benih yang baik,
engkau akan menikmati buah yang baik.
begitulah buah yang dituai.
Pelaku kebaikan akan meraih hasil yang baik,
Pelaku keburukan akan memetik hasil yang buruk.
Jika engkau menanam benih yang baik,
engkau akan menikmati buah yang baik.
Apakah Pengaruh Karma?
Karma mempengaruhi kelahiran kita yang akan datang dan mempengaruhi
apa yang kita alami selama hidup ini: bagaimana orang lain memperlakukan
kita, kekayaan kita, status sosial kita, dan sebagainya. Karma juga
mempengaruhi kepribadian dan watak kita, bakat kita, perilaku kita, dan
kebiasaan kita. Jenis lingkungan tempat kita dilahirkan juga dipengaruhi
oleh Karma.
Kita yang sekarang ini sesuai dengan apa yang telah kita lakukan.
Kita yang akan datang sesuai dengan apa yang tengah kita lakukan.
Ada Jenis Karma Apa Saja?
Jika suatu perbuatan membawa derita dan sengsara dalam jangka panjang
bagi diri sendiri dan makhluk lain, itu adalah Karma yang buruk atau
negatif. Sebaliknya, jika suatu perbuatan membawa kebahagiaan, itu
adalah Karma yang baik atau positif. Perbuatan pada hakikatnya bukanlah
baik atau buruk-mereka hanya sedemikian tergantung pada motivasi dan
konsekuensi yang dihasilkannya. Kebahagiaan dan keberuntungan apa pun
yang kita alami dalam hidup kita berasal dari tindakan-tindakan positif
kita sendiri, sementara masalah-masalah kita datang dari
tindakan-tindakan negatif kita sendiri.
Bagaimana Terjadinya Karma Buruk?
Ada sepuluh perbuatan negatif yang seharusnya dihindari jika kita tidak ingin menciptakan Karma buruk, yaitu:
- Membunuh
- Mencuri
- Berzinah
- Berbohong
- Memfitnah
- Berkata kasar
- Berbicara yang tak berguna
- Serakah
- Marah/Membenci
- Berpandangan salah
Bagaimana Terjadinya Karma Baik?
Ada sepuluh perbuatan bermanfaat yang seharusnya kita perjuangkan
untuk menciptakan Karma baik. Kesepuluh perbuatan baik ini juga termasuk
menghindari sepuluh perbuatan buruk. Adapun sepuluh perbuatan baik itu
antara lain:
- Bermurah hati
- Mengendalikan diri
- Bermeditasi
- Menghormat
- Melayani
- Melimpahkan jasa
- Berbahagia atas jasa pihak lain
- Mendengarkan Dharma
- Mengajarkan Dharma
- Meluruskan pandangan
Dapatkah Karma Diciptakan Secara Bersamaan?
Karma bisa kolektif maupun individual. Karma kolektif adalah
perbuatan yang dilakukan bersama-sama dalam sebuah kelompok. Contohnya,
sepasukan tentara bersama-sama membunuh. Hasil perbuatan ini dapat
dialami bersama-sama sebagai satu kelompok, seringnya dalam kehidupan
yang akan datang. Namun setiap anggota kelompok berpikir, berbicara, dan
bertindak secara berbeda-beda, hal ini juga menghasilkan karma
individual, yang akibatnya akan dialami oleh masing-masing pribadi.
Siapakah yang Mengendalikan Karma?
Tidak ada siapa pun yang menentukan "imbalan dan hukuman" untuk apa
yang kita lakukan. Kita menciptakan penyebab-penyebab dari tindakan
kita, dan kita akan mengalami akibat-akibatnya. Kitalah yang bertanggung
jawab atas pengalaman kita sendiri. Buddha menemukan hukum Karma-Ia
tidak menciptakannya (tidak ada satu makhluk pun yang menciptakannya).
Dengan mengajarkan hukum Karma kepada kita, Buddha menunjukkan kepada
kita bagaimana seharusnya kita bertindak di dalam fungsi sebab dan
akibat agar kita mencapai Kebahagiaan Sejati dan terhindar dari
penderitaan.
Apakah Segala Sesuatu Terjadi Karena Karma?
Hukum Karma tidak berlaku untuk perbuatan-perbuatan "tanpa kesadaran"
seperti berjalan, duduk, atau tidur. Perbuatan-perbuatan seperti itu
tidak menghasilkan akibat-akibat selain dari perbuatan itu sendiri
(bagaimanapun juga, Karma berlaku pada gagasan-gagasan kita yang
didasari kehendak). Begitu juga, kecelakaan dianggap Karma netral karena
hal itu tidak disengaja. Bagaimanapun, kita seharusnya selalu berusaha
meningkatkan kewaspadaan kita agar kecelakaan tidak terjadi.
Dapatkah Karma Berubah?
Karma bukanlah kartu mati-karma bukan berarti nasib atau takdir.
Perbuatan-perbuatan berkehendak pada suatu waktu tertentu akan
menghasilkan akibatnya ketika berada dalam kondisi yang sesuai. Walaupun
pada kehidupan sekarang kita mengalami akibat-akibat dari perbuatan
(Karma) yang silam, kita masih mungkin untuk mengubah, mengurangi atau
menambah akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan lampau ini melalui
perbuatan-perbuatan saat ini, yang akan mempengaruhi masa depan maupun
kehidupan yang akan datang. Memahami hukum Karma membantu kita menyadari
bahwa kita sendirilah yang menentukan kita akan menjadi seperti apa.
Kita sepenuhnya bertanggung jawab atas nasib kita sendiri.
Bagaimana Kita Mengetahui Karma Kita?
Buddha memberikan
kepada kita panduan umum mengenai akibat dari berbagai jenis perbuatan.
Sebagai contoh, Buddha mengajarkan kepada kita bahwa membunuh akan
mengakibatkan umur pendek dan kemurahan hati akan membawa kekayaan.
Bagaimanapun juga, hanya pikiran mahatahu Buddha-lah yang mampu memahami
bekerjanya Karma secara lengkap.
Ada kelenturan dalam berfungsinya perbuatan dan akibatnya. Sekalipun
kita tahu bahwa jika kita terus-menerus menyakiti makhluk lain,
contohnya, akan membawa kita pada kelahiran kembali yang kurang
menguntungkan, tetap saja kita tidak tahu secara pasti dalam bentuk
apakah nantinya kita dilahirkan. Jika tindakan kita sangat
berat-misalnya, dengan kemurkaan besar kita terus-menerus menganiaya
banyak orang dan merasa puas bahwa kita telah menyakiti orang itu,
akibat yang akan kita terima tentu akan lebih tidak menyenangkan
dibandingkan jika kita sekadar sembrono mengejek orang lain lalu
menyesali kekurangpekaan kita. Berbagai keadaan yang hadir pada saat
buah Karma masak, juga mempengaruhi akibat spesifik apakah yang akan
terjadi.
Apakah Karma Selalu Adil?
Ketika kita melihat orang yang tidak jujur hidup kaya, atau orang
kejam yang penuh kuasa, atau orang baik yang mati muda, kita mungkin
jadi meragukan hukum Karma. Namun, banyak sekali akibat yang kita alami
pada kehidupan ini merupakan akibat dari tindakan-tindakan kita pada
kehidupan lampau kita; dan banyak tindakan-tindakan yang kita lakukan
dalam kehidupan sekarang ini hanya akan masak dalam kelahiran yang akan
datang-inilah yang disebut Karma jangka panjang (Karma jangka pendek
adalah Karma yang berbuah dalam waktu yang relatif singkat). Kekayaan
orang yang tidak jujur mungkin saja akibat kedermawanan orang itu dalam
kehidupan lampaunya. Bagaimanapun juga, ketidakjujuran orang itu saat
ini, meninggalkan benih-benih Karma bagi mereka untuk mengalami
kemiskinan dalam kehidupan mendatang. Demikian pula, penghargaan dan
kewenangan yang dimiliki oleh orang-orang yang kejam merupakan hasil
perbuatan positif yang mereka lakukan pada kehidupan lampau. Pada
kehidupan sekarang, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk hal-hal yang
tidak baik, hal ini menciptakan sebab bagi penderitaan masa depan.
Mereka yang mati muda sedang mengalami akibat perbuatan-perbuatan
negatif seperti pembunuhan yang dilakukannya pada kehidupan lampau.
Bagaimanapun, kebaikan mereka pada kehidupan saat ini akan menanamkan
benih-benih atau jejak-jejak dalam arus kesadaran mereka untuk mengalami
kebahagiaan pada masa yang akan datang.
Pastikah Kita Akan Mengalami Karma Buruk?
Ketika benih sekecil apa pun ditanam di tanah, pada akhirnya mereka
akan berkembang-kecuali mereka tidak mendapatkan kondisi-kondisi yang
diperlukan bagi pertumbuhan, seperti air, sinar matahari, dan pupuk.
Jalan pamungkas untuk mencabut jejak atau benih Karma adalah dengan
bermeditasi pada Kesunyaan (kekosongan) keberadaan. Inilah jalan untuk
memurnikan kecenderungan dan jejak-jejak Karma yang merugikan. Pada
tataran spiritual seperti kita, hal ini mungkin cukup sulit, tetapi kita
tetap dapat menghentikan masaknya jejak-jejak merugikan dengan cara
memurnikan mereka. Hal ini seperti mencegah benih untuk menerima air,
sinar matahari, dan pupuk. Banyak melakukan kebajikan juga dapat
"melarutkan" dampak merugikan dari Karma buruk.
Bagaimanakah Kita Memurnikan Karma Buruk?
Pemurnian sangatlah penting karena hal ini mencegah penderitaan pada
masa mendatang dan meredakan perasaan bersalah. Dengan memurnikan
pikiran, kita akan mampu untuk menjadi lebih tenang dan memahami Dharma
dengan lebih baik. Empat kekuatan penangkal yang digunakan untuk
memurnikan jejak atau benih negatif adalah:
- Penyesalan.
- Tekad untuk tidak mengulangi tindakan merugikan itu lagi.
- Mengambil Tiga Pernaungan dan membangkitkan Welas Asih kepada semua makhluk.
- Melakukan latihan-latihan penyembuhan sebenarnya (perbuatan baik apa pun-termasuk meditasi dan menguncar Sutta/Mantra).
Keempat kekuatan ini harus dilakukan berulang-ulang. Karena kita
telah melakukan banyak sekali perbuatan negatif, kita tidak bisa
berharap dapat memurnikan Karma-Karma buruk itu sekaligus. Semakin besar
kekuatan empat komponen itu, semakin kuat tekad kita untuk tidak
mengulangi perbuatan itu lagi, semakin kuatlah pemurnian kita.
Apakah Karma Mempengaruhi Siapa yang Kita Jumpai?
Ya, tetapi ini bukan berarti bahwa semua hubungan telah ditakdirkan.
Kita mungkin punya kecenderungan Karma tertentu untuk merasa dekat atau
merasa kurang pas dengan orang-orang tertentu. Akan tetapi, hal ini
tidak berarti bahwa hubungan kita dengan mereka harus berlanjut terus
seperti itu. Jika kita berbaik hati kepada mereka yang menyakiti kita
dan mencoba untuk berkomunikasi dengan mereka, hubungan ini akan
berubah, menciptakan Karma positif yang akan membawa kebahagiaan pada
masa yang akan datang.
Kita tidak terikat kepada orang lain secara Karma-tidak ada orang
tertentu yang khusus hanya untuk kita. Karena kita memiliki banyak
kehidupan lampau, kita telah berhubungan dengan semua makhluk pada suatu
waktu sebelumnya. Hubungan kita dengan orang tertentu juga terus
berubah-ubah. Bagaimanapun juga, hubungan Karma lampau dapat
mempengaruhi hubungan kita sekarang. Contohnya, jika seseorang telah
menjadi guru spiritual kita pada suatu kehidupan lampau, kita mungkin
akan bersua kembali dengan orang itu dalam kehidupan sekarang, dan
ketika orang tersebut mengajarkan Dharma kepada kita, hal itu mungkin
berpengaruh kuat bagi kita.
Jika Makhluk Lain Menderita Akibat Karma Buruknya, Dapatkah Kita Menolongnya?
Kita semua tahu bagaimana rasanya menderita, dan itu pulalah yang
dirasakan makhluk lain ketika mereka mengalami akibat perbuatan buruk
mereka. Didasarkan empati dan Welas Asih, sudah semestinya kita menolong
mereka! Walaupun mereka menciptakan sendiri sebab-sebab bagi
penderitaan mereka, mungkin mereka juga menciptakan sebab-sebab untuk
menerima pertolongan dari kita! Kita semua adalah sama dalam hal
mengharapkan kebahagiaan dan berusaha menghindari penderitaan. Tanpa
pandang penderitaan atau masalah siapakah itu, kita seharusnya mencoba
meringankannya. Sebagai contoh, berpikir bahwa "orang miskin itu miskin
karena perbuatan lampau mereka sendiri-karena kikir; jika aku menolong
mereka, aku akan ketularan miskin", ini merupakan pandangan salah yang
kejam. Kita tidak seharusnya merasionalisasi kemalasan, sikap apatis,
dan keangkuhan kita dengan salah mengartikan kaidah sebab dan akibat.
Welas Asih dan tanggung jawab universal sangatlah penting untuk
perkembangan spiritual kita sendiri dan kedamaian dunia.