Indonesia
sebagai suatu bangsa sebenarnya pernah mendapat anugerah surga. Hal itu
terwujud karena di Bumi Nusantara ini pernah terlahir 2 tokoh besar
yang hidup dalam jaman yang berkesinambungan. Yang satu menggantikan
yang lainnya. Ke 2 tokoh tersebut adalah SOEKARNO dan SOEHARTO. Dalam satu abad kedepan saya tidak yakin Indonesia mendapat pengganti ke 2 tokoh besar tersebut.
Berbicara hubungan antara Presiden
Soekarno dan Jend. Soeharto, pikiran kita akan langsung tertaut pada
peritiwa berdarah G30S PKI. Yang Nampak dalam pemikiran kita serta
berbagai analisa selama ini adalah : JENDERAL SOEHARTO melakukan KUDETA terselubung atas Presiden SOEKARNO. Adakah yang pernah berfikir bahwasanya Jend. Soeharto adalah Kader Terbaik Presiden Soekarno, atau dalam bahasa Poltik kita menyebut : JENDERAL SOEHARTO PUTERA MAHKOTA PRESIDEN SOEKARNO.
Untuk lebih menjelaskan permasalahan diatas maka kita harus kembali mengevaluasi Siapa Presiden Soekarno dan bagaimana faham Politik yang diyakini dan dijunjung tinggi oleh Soekarno sejak menginjakkan kaki dikancah Pergerakan Nasional.
Presiden Soekarno menjunjung tinggi
Nasionalisme, dan mengaplikasikan Faham Demokrasi dalam menjalankan
Pemerintahan. Salah satiu inti dari pemerintahan yang menganut faham
Demokrasi adalah : Jabatan Presiden bukan bersifat abadi. Tetapi terus
bergulir dengan berpedoman pada suara dan aspirasi rakyat. Membaca
penjelasan ini tentu akan mengundang pertanyaan : Mengapa Soekarno
mengangkat dirinya sebagai Presiden seumur hidup , yang berarti pula bahwa Presiden Soekarno telah mengangkat dirinya sebagai Raja di Indonesia.
Jawaban dari pertanyaan di atas adalah
TIDAK. Sekali lagi TIDAK. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup adalah merupakan strategi
politik Presiden Soekarno. Presiden Soekarno menyadari bahwa jabatan
sebagai Presiden RI merupakan incaran beberapa tokoh, baik tokoh politik
maupun tokoh militer. Dengan mengangkat diri sebagai Presiden seumur
hidup, Presiden Soekarno berharap dapat membunuh harapan orang-orang
yang mengincar kursi Kepresidenan. Presiden Soekarno membutuhkan waktu
untuk menggodok PUTRA MAHKOTA hingga siap menerima tongkat komando
sebagai Presiden RI.
Kita semua tahu bahwa Presiden Soekarno sejak masih muda sudah keranjingan untuk belajar berbagai teori politik yang ada.
Dan salah satu teori politik yang sedikit mempengaruhi pola pikir
Presiden Soekarno adalah teori Komunis. Hal ini bukan sebagai bukti
bahwa dia Komunis. Presiden Soekarno tetap Nasionalis. Salah satu
strategi Komunis yang digunakan Presiden Soekarno adalah menutup rapat
rahasia siapa sebenarnya Putra Mahkota yang tengah dipersiapkan untuk
menerima Komando Presiden RI ke 2.
Keberadaan Putera Mahkota hanya di ketahui oleh SEGITIGA EMAS, yakni
Presiden Soekarno, Jend. Soeharto dan Letkol Untung. Penempatan Letkol
Untung selaku salah satu Komandan Pasukan Cakra Bhirawa adalah hasil
kesepakatan Segitiga Emas. Dalam hal ini Letkol Untung berfungsi sebagai
pelindung Presiden Soekarno dan penghubung antara Presiden Soekarno dan
Jend. Soeharto. Yang tentu saja semua itu dilakukan secara diam-diam.
(Operasi Intelijen). Dengan kata lain Letkol Untung merupakan JEMBATAN
EMAS antara RAJA & PUTERA MAHKOTA. Kedekatan Untung dengan Jend.
Soeharto diawali saat Jend. Soeharto menjabat Pangdam Diponegoro. Dan
atas perintah Presiden Soekarno Lekol Untung mendampingi Jenderal
Soeharto dalam Operasi Mandala. Tugas utamanya adalah menyelamatkan sang
Putera Mahkota apabila terjadi kondisi darurat.
Setelah selayang pandang kita tampilkan
hubungan Segitiga Emas dalam rencana Suksesi Nasional, maka sebagian
kita pasti bertanya : Dimana posisi PKI dalam proses alih generasi ini.
PKI mendapat dukungan kuat dari RRC, hal
ini membuat Partai ini sempat melambung di kancah Politik Nasional.
Kekuatan dukungan dari RRC ini membuat Presiden Soekarno tidak gegabah
dalam menghadapi PKI. Tapi kita semua tahu bahwasanya Presiden Soekarno
adalah seorang Muslim yang taat menjalankan ibadah agamanya. Dalam hal
Keagamaan Presiden Soekarno berfaham Muhammadiyah. Dengan dasar sebagai
muslim yang taat ini sebenarnya Presiden Soekarno tidak menginginkan
keberadaan Partai Komunis di Indonesia. Dalam suatu percakapan dengan
beberapa tokoh Nasionalis Presiden Soekarno mengatakan “ Aku sekarang sedang Fokus dalam konfrontasi dengan Malaysia. Masalah PKI nanti akan tiba waktunya “
Menghadapi kondisi yang serba sulit ini
maka Presiden Soekarno dan Jend. Soeharto mengatur strategi agar dapat
menghancurkan Partai Komunis dengan cara MELEMPAR BOLA API LALU BAKAR.
Atau dengan kata lain MENGGIRING PARTAI KOMUNIS UNTUK MENGGALI KUBUR
SENDIRI. Suatu operasi Intelijen besar yang tumbuh dari 2 jenius
Indonesia.
Fakta-fakta dibawah ini akan menambah
keyakinan kita bagaimana sebenarnya hubungan antara Presiden Soekarno
dan Jenderal Soeharto.
- Saat Jenderal Soeharto di adili untuk kasus penyelindupan peralatan tempur TNI AD, Presiden Soekarno memerintahkan menghentingan proses hukum yang tengah berjalan. Hal ini menimbulkan kekecewaan dan pertanyaan besar bagi para Perwira yang menangani kasus tersebut.
- Jenderal Soeharto tidak masuk dalam daftar KANDIDAT calon Pangdam Diponegoro. Tetapi karena campur tangan Presiden Soekarno selaku Panglima tertinggi ABRI maka jabatan Pangdam Diponegoro di serahkan kepada Jenderal Soeharto.
- Pengangkatan Jenderal Soeharto sebagai PANGKOSTRAD juga tak lepas dari peran Presiden Soekarno. Presiden Soekarno memahami bahwa jabatan Pangkostrad merupakan jabatan Strategis di lingkungan TNI AD. Maka hanya seorang Putera Mahkota yang berhak mendudukinya.
- Rencana pengangkatan Jenderal Pranoto sebagai pengendali sementara TNI AD pasca terjadinya G30S PKI hanya sebuah sandiwara. Pada kenyataannya Jenderal Soeharto lah yang menduduki jabatan tersebut. Sandiwara perlu dilakukan untuk menutup kedekatan Presiden Soekarno dan Jenderal Soeharto.
- Tidak tercantumnya nama Jend. Soeharto dari daftar Jenderal yang di culik pada peristiwa G30S PKI pada awalnya menjadi sebuah misteri besar. Secara logika apabila operasi tersebut di tujukan untuk melenyapkan Jenderal yang berposisi strategis di lingkungan TNI AD , maka sebagai Pangkostrad seharusnya menduduki daftar teratas setelah Jenderal A. Yani. Tetapi bila kita lihat bahwa komandan operasi tersebut bagian dari Segitiga Emas maka wajar jika Jendral Soeharto tidak termasuk di dalamnya. Dan bila kita lebih jeli melihat nama para korban penculikan, Nampak disana sederet nama yang pernah terlibat dalam pengusutan Jend. Soeharto dalam kasus penyelundupan peralatan tempur TNI AD. Dan mereka mencium bau kurang sedap tentang kedekatan Jend. Soeharto dan Presiden Soekarno. Jadi pada dasarnya penculikan bebrapa Jenderal di jajaran TNI AD tersebut lebih terfokus untuk menghapus jejak adanya Putera Mahkota Presiden Soekarno.
- Pemberian SUPERSEMAR dari Presiden Soekarno kepada Jend. Soeharto merupakan titik puncak rencana Presiden Soekarno dan Jend. Soeharto untuk melenyapkan PKI dari Indonesia. Dan hal ini dipandang oleh dunia luar sebagai dampak percobaan Kudeta yang dilakukan oleh PKI dengan bantuan beberapa Jenderal TNI AD yang tergabung dalam Dewan Jenderal. Dan tugas penumpasan PKI dianggap sebagai tugas yang sangat besar, sehingga hanya layak dilakukan oleh seorang Putera Mahkota. Dalam hal ini Jenderal Soeharto. Jelas Nampak disini bahwasanya pemberian SUPER SEMAR bukan bersifat paksaan apalagi dibawah todongan senjata Basuki Rahmat, dan M. Yusup, seperti kabar yang beredar saat ini. Perlu diingat bahwa Pemberian Super Semar dilakukan oleh Presiden Soekarno saat dia masih menjabat Presiden RI/Pemimpin Besar Revolusi dan Panglima Tertinggi ABRI. Dengan Jabatan tersebut alangkah mudahnya Presiden Soekarno menggunakan kekuatan TNI AU, TNI AL dan POLRI untuk menghancurkan kekuatan Jenderal Soeharto, serta menghukum gantung Basuki Rahmat dan M.Yusup, atas kelancangannya mengancam seorang Presiden.
Proses Suksesi kepemimpinan Nasional
mulai bergulir. Dengan Super Semar di tangan perlahan Jenderal Soeharto
menerima tongkat estafet kepemimpinan nasional.
Dan pada posisi inilah sejarah berputar
180 derajat. Tanpa diduga sebelumnya, CIA melancarkan operasi anti
Soekarno. Berbagai elemen masyarakat dimasuki oleh CIA. Sehingga dalam
waktu singkat berkobarlah api anti Soekarno. Para Mahasiswa juga ambil
bagian dalam gerakan anti Soekarno. Dalam situasi ini, siapapun yang
dipandang memiliki hubungan dekat dengan Presiden Soekarno akan di
hancurkan.
Kondisi yang sangat sulit ini menyebabkan
Jenderal Soeharto segera merubah strategi yang dijalankan. Dari seorang
Putera Mahkota berbalik berdiri di belakang Mahasiswa mengobarkan api
anti Soekarno. Sehingga dalam waktu singkat Jenderal Soeharto berhasil
mendapat simpati elemen masyarakat , mahasiswa dan CIA. Mereka
menganggap Jenderal Soeharto sebagai calon pemimpin masa depan dan layak
mendapat dukungan.
Ganjalan satu-satunya tinggal Letkol
Untung , hanya dia yang tahu bahwa Jenderal Soeharto merupakan Putera
Mahkota Presiden Soekarno. Sebelum semuanya terbongkar, maka
disingkirkanlah Letkol Untung oleh Jenderal Soeharto. Disini nampak
bahwa pembunuhan Letkol Untung bukan karena menjadi Komandan Penculikan
Jenderal Angkatan Darat, tetapi karena Letkol Untung mengetehui siapa
sebenarnya Jenderal Soeharto.
Untuk lebih meyakinkan perannya sebagai
Jenderal yang anti Soekarno, maka mulailah Jenderal Soeharto melakukan
terror kepada Presiden Soekarno dan keluarganya serta para pengikut
setia Presiden Soekarno.
Bukan suatu hal yang aneh apabila dokumen
bersejarah Super Semar yanga asli sampai saat ini tidak ditemukan.
Karena susunan kata yang ada dalam Super Semar yang asli, Presiden
Soekarno mulai mengungkapkan tentang keberadaan Putera Mahkota. Dan
apabila hal ini sampai di ketahui kalangan luar, maka Jenderal Soeharto
lah yang akan di buru oleh berbagai elemen masyarakat. Karena ternyata
Jenderal Soeharto lah orang yang paling dekat dengan Presiden Soekarno.
Puncak pertanyaan besar dalam permasalahan diatas adalah : Mengapa Presiden Soekarno membiarkan dirinya menjadi korban arus Revolusi
. Jawabannya adalah Presiden Soekarno tidak sepenuhnya merasa kalah.
Walau kenyataan pahit yang harus di telannya, tetapi paling tidak
Presiden Soekarno merasa puas karena Putera Mahkota nya berhasil menjadi
Presiden RI ke 2 menggantikannya.