WARGA di Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan
Selatan mengenal kota gaib yang mereka sebut Kota Saranjana. Mengapa
disebut kota gaib? Ya, kota ini
secara fisik tidak ada dalam peta wilayah Kabupaten Kotabaru.
Keberadaan Kota Saranjana diketahui melalui cerita dari mulut ke mulut
warga yang berlangsung sejak dulu hingga sekarang.
Dari sedikit orang yang pernah masuk ke Kota Saranjana, disebutkan bahwa kota ini sangat teratur dengan jalan raya
yang lebar dan rumah-rumah yang megah. Ada yang menyebutkan bahwa kota
ini dihuni oleh mayoritas jin muslim dengan sistem ketatanegaraan
lengkap dengan kerajaan dan sitem pemerintahan berupa monarkhi
konstitusi, yaitu pemerintahan raja yang dibatasi oleh undang-undang.
Meskipun belum pernah melihatnya, namun masyarakat Kotabaru
mempercayai keberadaan Kota Saranjana. Soal letak kota ini, masyarakat
menyebutnya di sebuah pulau bernama Pulau Halimun atau juga dikenal
sebagai Pulau Laut yang masuk wilayah Kabupaten Kotabaru.
Keberadaan Kota Saranjana diselimuti cerita-cerita mistis. Konon, penduduk Kota Saranjana sangat makmur, layaknya kota metropolitan. Hal ini dikuatkan oleh cerita beberapa dealer motor di Kabupaten Kotabaru, yang mendapatkan pemesanan motor, mobil,
dan beberapa alat berat. Pemesan membayar kontan dan meminta barang
dikirim di suatu tempat dan tiba-tiba saja barang-barang itu menghilang.
Pada pertengahan tahun 80-an, Pemeritan Kabupaten Kotabaru sempat menerima tamu dari Jakarta
yang akan mengantarkan pesanan alat berat dengan tujuan Kota
Saranjana-Kotabaru. Namun, di alamat pengiriman tidak disebutkan dengan
jelas tempat yang dituju. Pemkab Kotabaru yang tidak merasa memesan alat
berat yang sudah dibayar lunas itu, langsung memakluminya bahwa alat
berat tersebut pesanan penduduk Kota Saranjana.
Masih banyak cerita-cerita mistis terkait Kota Saranjana, kota
yang penduduknya cantik-cantik dan tampan-tampan. Seorang ibu yang
bertempat tinggal di Lontar (bagian wilayah Pulau Laut) bercerita bahwa
pada saat malam hari terdengar suara ramai deretan mobil lewat di depan
rumahnya.
Setelah dilihat ternyata tidak nampak satupun kendaraan tersebut.
Kendaraan yang lewat pada waktu itu diyakininya berasal dari penduduk
Saranjana yang kebetulan melewati depan rumahnya.
Lain lagi dengan cerita Sulaiman, seorang bekas kepala desa di
Teluk Tamiang. Menurutnya, kakeknya sudah lama hilang dan diambil oleh
orang-orang Saranjana untuk dijadikan imam masjid di sana.
Sama halnya dengan Sulaiman, Bedi, seorang nelayan yang tinggal
di Teluk Tamiang bagian timur, mengaku neneknya hilang di laut. Menurut
penerawangan orang alim, sekarang neneknya masih hidup dan tinggal di
Saranjana.
Sementara itu, seorang pria yang enggan disebutkan namanya
mengaku, saat di dalam kapal ferry dalam perjalanan menuju Pelabuhan
Batu Licin, kapal seperti padat dengan penumpang. “Namun, begitu kapal
merapat ke dermaga, dalam sekejap tiba-tiba kapal menjadi sepi dan hanya
terlihat sedikit saja orang. Kata penumpang kapal, orang-orang yang
ramai di dalam kapal tadi, sebagian orang-orang dari Kota Saranjana,”
ujarnya.
Itulah cerita tentang Kota Saranjana yang keberadaannya dipercayai sebagian besar penduduk Kotabaru, Kalimantan Selatan.*