.

27 Jun 2013

Mitos dan Misteri Menanam Ari-Ari Bayi Sewaktu Lahir

Mitos dan Misteri Menanam Ari-Ari Bayi Sewaktu Lahir

Tiap daerah di Nusantara mempunyai adat yang berbeda dalam merawat tembuni (ari-ari) sewaktu bayi lahir. Di Jawa sendiri terdapat beberapa variasi, ada yang ditanam sesegera mungkin di rumah orang tuanya, ada yang dihanyutkan ke sungai atau laut, ada juga setelah dimasukkan ke bejana tanah (kendil) kemudian digantung pada blandar (tiang melintang) di dapur atau ruang tengah (sentong).


Perbedaan ini tidak menjadikan masalah, seperti di daerah Jogja dan Solo kebanyakan tembuni diperlakukan dengan ditanam di tanah. Sementara disebagian wilayah Karesidenan Kedu, khususnya Wonosobo, Karesidenan Banyumas, serta di daerah sekitar Karanganyar dan Tawangmangu, para orang tua lebih suka menggantung tembuni yang dimasukkan ke dalam bejana tanah. Untuk sebagian daerah pesisir, cukup banyak orang yang lebih suka menghanyutkan (melabuh) tembuni tersebut.

Meski ada beberapa macam cara memperlakukan tembuni, namun ada satu kesamaan, yaitu setelah dicuci dan dibersihkan dengan hati-hati menggunakan air bersih, tembuni dimasukkan ke dalam bejana tanah. Kemudian disertakan juga beberapa ’uba-rampe’ ke dalamnya. Secara detail tata-cara tersebut diuraikan dalam baris-baris Kidungan di bawah ini:

KIDUNGAN PANGRUKTINING ARI-ARI

(1) Bebukane golong-galing kaki (utawa : nini), putu banteng Wulung.
Kaki Among Nini Among kiye, lah tunggunen gusti arsa guling, sira sun opahi striya mujung.

(2) Kakang Kawah Adi Ari-ari payo pada nglumpuk.
mBok Nirbiyah lan Diah den age, batok bolu lan uyah ywa kari, lan arta rong duwit, dome aja kantun.

(3) Beras abang lawan lenga wangi, miwah gantal loro.
Tetulisan Arab lan Jarwane, den lebokken ing kendil tumuli, nganggo lawon putih, karya lemek iku.

Tiga bait Kidungan di atas menerangkan secara gamblang perlengkapan apa saja yang harus dimasukkan ke dalam bejana tanah bersama tembuni Sang Bayi, yaitu: garam, uang sepasang, jarum yang tajam, beras merah, gantal (sirih yang digulung dana diikat) dua ikat, kertas yang bertuliskan huruf Arab, Latin dan Jawa. Sebelumnya dipersiapkan dahulu kain mori putih secukupnya sebagai alas tembuni dan berbagai perlengkapan yang menyertainya. Kemudian minyak wangi disiramkan secukupnya, kain putih dari ujung ke ujung ditangkupkan dengan rapi, terakhir kendil ditutup dengan tutupnya.

Garam merupakan simbol kehidupan, dan nantinya si anak jika besar akan mampu ’menggarami’ dunia, agar menjadi tempat yang nikmat dan enak bagi siapa saja bak rasa masakan yang lezat. Uang menggambarkan harapan, kelak nanti sang Anak tidak akan kekurangan dalam hal materi. Berjumlah sepasang, agar dalam mencari materi dia tetap menjaga hubungan baik dengan orang-orang disekelilingnya, tidak asal ’tabrak’ dan juga agar tidak lupa bersedekah jika lebih.


Jarum yang tajam adalah gambaran pikiran yang tajam dari sang anak. Beras merah meyimpan harapan agar sang anak tidak pernah kekurangan pangan. Dipilih Beras Merah dengan maksud apa yang dimakan memberikan kekuatan dan kesehatan bagi sang bayi. Beras Merah juga menggambarkan kejujuran dalam berusaha, dan lambang keterikatan dengan keluarga. Sedang warna merah sendiri dalam budaya Jawa menggambarkan sisi keduniawian dari kehidupan. Kertas bertuliskan huruf Arab, Jawa dan Latin, dimaksudkan agar sang anak akan menjadi anak yang beragama, cerdas secara spiritual, emosi dan rasio. Gantal (sirih) menjadikan anak tumbuh sehat dan kuat, serta kelak akan mendapat jodoh yang ideal. Kesemuanya itu beserta tembuni dimasukkan kedalam mori putih, sebagai lambang kepasrahan kepada Yang Maha Esa atas segala doa dan harapan yang dibubungkan dan daya upaya yang telah dilakukan.

Selanjutnya kita simak lanjutan Kidungan di atas tersebut sebagai berikut:

(4) Kutu-kutu walang ataga sami, bareng laringong.
Kang gumremet kang kumelip kabeh, lah tunggunen gusti arsa guling sira sun opahi, jenang sungsum telu.

(5) Dandanane saking suwarga di, batok isi konyoh.
Batok tasik tapel lan pupuke, ana nggawa bokor lawan kendi, ana nggawa maning kebut wiyah payung.

(6) Widadari gumrubyung nekani pra samya amomong ana ngreksa in kanan kering.
Ana nggawa kasur lawan guling kajang sirah adi, kemul sutra alus.

(7) Benjang lamun bayi neka nangis, ingembana gupoh.
Marang latar pojok lor prenahe, pra leluhur rawuh anyuwuki, meneng aja nangis, jabang bayi turu.

Bait 4, menyatakan agar si Orang Tua membuat bubur sumsum sebagai sarana penolak segala penyakit dan bahaya. Kemudian di saat akan menananam kendil berisi tembuni, Bapak dan Ibu harus berdandan rapi seperti akan pergi ke pesta. Kendil di gendong menggunakan selendang, dan dilambari kasur kecil lengkap dengan bantal dan gulingnya, serta diselimuti sutra halus. Sang Ayah berdiri di sampingnya sambil memayungi Sang Ibu yang menggendong kendil berisi tembuni, di tangan satunya membawa kebutan.

Selanjutnya kendil tersebut dimasukkan ke dalam lubang tanah yang telah disiapkan dan ditimbun dengan rapi. Bila malam datang, tepat di atas timbunan itu diberi lampu minyak tanah (senthir), dan agar tidak mati tertiup angin ditutupi oleh kendil yang dibalik yang telah dilubangi dasarnya. Biasanya pemasangan senthir ini dilakukan minimal 35 hari (selapan) dan kadang sampai 3 bulan lamanya.

Dalam bait terakhir, dinyatakan apabila kelak sang bayi menangis terus. Maka orang tua harus menggendongnya ke pojok utara pekarangan rumahnya, dengan maksud agar para leluhur datang untuk menghibur bayi agar tenang.

20 Jun 2013

Candi ijo candi yg terlupakan di yogyakarta

yang mengaku suka jalan-jalan, saya sebenarnya malu karena masih banyak objek wisata alam maupun budaya yang belum pernah saya kunjungi di wilayah DIY dan Jawa Tengah. Maka dari itu, setiap mudik, saya selalu berusaha mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah saya jamah.

Telusur candi adalah salah satu aktivitas pilihan bila saya sedang mudik. Selain karena lokasi-lokasinya cukup menyenangkan batin ini objeknya juga tidak pernah mengecewakan. Belum lama ini saya akhirnya sampai juga ke Candi Ijo, candi dengan posisi tertinggi di Yogyakarta, yang berada di puncak bukit arah selatan Candi Prambanan. Lokasinya dekat dengan beberapa kompleks candi lain, yaitu Istana Ratu Boko dan Candi Banyunibo.
Reruntuhan candi yang belum dipugar.
Awalnya saya mengira di sini hanya ada satu atau dua buah candi kecil. Ternyata salah besar! Kompleks Candi Ijo cukup besar mencakup 17 struktur bangunan, sebagian besar telah dipugar sehingga tampak cantik.

Layaknya sebuah candi Hindu, relief juga ditemukan di dinding candi maupun di gerbangnya. Candi ini juga terpengaruh arsitektur Buddha dengan adanya patung raksasa di gerbang. Beberapa candi lain di sekitar Prambanan juga memiliki gaya yang sama, yang pernah saya kunjungi yaitu Candi Sari dan Candi Plaosan.
Candi Ijo berada di atas bukit, merupakan candi dengan letak tertinggi di Yogya.
Candi Ijo dibangun pada abad 9 dengan tiga candi perwara yang dibangun sebagai penghormatan terhadap Brahma, Siwa, Wisnu. Di kompleks ini juga terdapat sebuah lokasi pembakaran api pengorbanan yang lazim disebut homa. Ini merupakan bukti bahwa pendiri candi ini menyembah Dewa Brahma.

Arca yang dapat dijumpai di sini adalah sepasang perempuan dan laki-laki yang sedang melayang ke arah yang berbeda. Makna arca ini adalah sebagai pengusir roh jahat. Selain itu, sepasang arca ini melambangkan persatuan antara Dewa Siwa dan Dewi Uma.
Salah satu candi perwara di Candi Ijo.
Kompleks Candi Ijo seolah-olah terbagi menjadi dua. Di bagian timur tempat parkir, adalah lokasi utama dengan candi-candi perwara. Saya harus menaiki anak tangga untuk sampai di lokasi tersebut. Di bagian barat, ada candi kecil yang berdiri, beberapa candi lain masih berupa reruntuhan yang belum dipugar.

Saya tidak melihat banyak pengunjung lainnya. Hanya ada sekelompok mahasiswa dan sepasang muda-mudi yang tampaknya sedang membuat foto-foto pranikah. Memang, Candi Ijo tidak terlalu dikenal. Selain itu, walaupun sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dari Prambanan, akses harus melalui jalan sempit naik bukit yang berlubang-lubang. Kalau istilah orang Jawa “mblusuk-mblusuk”.

Masuknya pun tidak dipungut bayaran. Anda hanya harus melapor pada penjaga yang rumahnya berada di ujung gerbang masuk parkiran. Meski begitu, pengunjung dapat memberikan sumbangan sekadarnya.

Candi Ijo ini sangat bagus sehingga saya rasa, amat sayang bila jarang dikunjungi. Lokasinya yang berada di atas bukit hijau (dikenal dengan nama Gumuk Ijo) membuat saya bisa melihat hijaunya sekeliling. Tiba-tiba saja terdengar suara pesawat terbang dari sebuah pesawat penumpang yang terbang rendah. Ternyata tepat di atas Candi Ijo merupakan jalur pesawat yang hendak mendarat di Bandara Internasional Adisutjipto. Saya bahkan bisa melihat langsung landasan bandara, melihat pesawat yang mendarat maupun yang terbang.

Kabarnya, keberadaan Gumuk Ijo inilah yang membuat landasan Adisutjipto tidak dapat diperpanjang ke arah timur.

3 Jun 2013

Pusaka milik Pemkab Kendal Pusaka telah ditemukan

Pusaka milik Pemkab Kendal Pusaka telah ditemukan

Pusaka Pemkab Kendal yangditemukan
KOMPAS.com - Paguyuban pecinta keris Kendal Jawa Tengah kembali menemukan pusaka peninggalan Adipati Bahurekso milik pemerintah Kabupaten Kendal. Pusaka itu, ditemukan di salah satu kolektor yang tinggal di Semarang. Jenis pusaka itu, bernama tombak Sigar Jantung yang mempunyai pamor Wengkon Ngisi.  Pusaka tersebut akan diserahkan bupati, tanggal 19 Juni 2012, saat pembukaan pameran Keris nasional di GOR Bahurekso Kendal.

Menurut Ketua Panitia Pameran Keris, Jupriyanto, pusaka berbentuk tombak itu ditemukan di Semarang, di tangan salah satu kolektor keris besar. Ia berharap, dengan ditemukannya pusaka milik pemerintah Kabupaten Kendal tersebut, bisa mengembalikan kejayaan Kendal, seperti pada massa jaman Adipati Bahurekso.

"Dengan kembalinya pusaka peninggalan Bahurekso itu, bisa menambah kewibawaan pemerintah," kata Jupri, Senin (11/6/2012).

Jupri menambahkan, sebelum tombak Sigar jantung, pihaknya juga pernah menemukan dua keris milik Bahurekso milik Pemkab Kendal yang lama hilang. Dua keris itu adalah, Dapur Kanaca dan Dapur Kudup Cempaka. "Sekarang sudah tersimpan di ruang kerja Bupati," tambahnya.

Jupri mengaku, saat ini pihaknya juga sudah mengetahui dua pusaka milik Pemkab yang berada di tangan kolektor. Pusaka itu bernama Tombak Ronggo lok lima dan tombak Suasda Hasto lok limo. Kedua pusaka itu berada di kolektor besar yang ada di Semarang.

Terkait dengan hal itu, Bupati Widya Kandi Susanti, mengaku senang, sebab benda-benda itu, adalah peninggalan nenek moyang yang perlu dijaga. Widya mengaku, dari belasan pusaka milik Pemkab, kini hanya tinggal empat pusaka yang tersisa. Lainnya, sudah belasan tahun lalu hilang tanpa sebab yang jelas. "Saya meminta kepada masyarakat yang mengoleksi pusaka milik Pemkab Kendal, supaya dikembalikan," kata Widya. 
Pameran Pusaka di Kendal

1 Jun 2013

legenda telaga warna


Legenda Telaga Warna
Legenda Telaga Warna
Legenda Telaga Warna
Legenda Telaga Warna –Berikut adalah Legenda Telaga Warna yang patut di baca. Asal usul Legenda Telaga Warna di Jawa Barat, dulu ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Kutatangeuhan. Rakyat kerajaan ini hidup tenang, makmur, dan sejahtera. Karena, Raja Kutatangeuhan, yaitu Prabu Suwartalaya dan Ratu Purbamanah, sangatlah bijaksana. Semuanya, berjalan dalam damai, tanpa kurang suatu apapun.
Sayangnya hanya satu. Raja dan ratu belum dikaruniai seorang anak. Sehingga, ini menjadi kegelisahan keduanya. Penasihat raja menyarankan agar mereka mengangkat anak. Namun, raja dan ratu Kutatangeuhan tidak menyetujuinya.
“Kami merasa lebih baik memiliki anak sendiri daripada memiliki anak angkat,” jawab mereka mengenai usulan sang penasihat.
Kegelisahan ini membuat ratu sering menangis sendirian. Sang raja pun ikutan sedih melihat istrinya menangis terus-menerus. Karena itu, dia memutuskan pergi ke hutan untuk bertapa untuk berdoa supaya dikaruniai anak. Berbulan-bulan lamanya sang raja berdoa. Pada akhirnya, doa itu dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta. Ratu pun hamil.
Tak hanya keluarga istana yang berbahagia, rakyat Ketatangeuhan turut berbahagia mendengar kabar tersebut. Mereka membanjiri istana dengan hadiah-hadiah untuk menyambut kedatangan anak pemimpin mereka. Ketika lahir, anak itu diberi nama Gilang Rukmini. Bocah perempuan itu lahir sebagai anak yang lucu, manis, dan menggemaskan.
Sayangnya, Gilang Rukmini tidak diasuh secara baik oleh raja dan ratu. Gilang pun tumbuh menjadi gadis yang manja dengan sifat-sifat yang kurang baik. Dia tak segan berkata kasar untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Walaupun begitu, baik raja, ratu, dan rakyat sangat mencintainya.  Pada usianya 17 tahun, Prabu Suwartalaya hendak menghadiahi putrinya kalung. Dia mengambil emas dan permata ke pandai perhiasan.
Pada hari ulang tahun sang putri, Prabu Suwartalaya pun berkata, “Putriku tercinta, hari ini adalah ulang tahunmu yang ke-17. Aku akan  memberikan kalung ini untukmu. Pakailah kalung ini, Nak.”
Gilang Rukmini melihat kalung itu sekilas, lalu menampiknya. Kalung yang dibuat dengan cinta itu terburai ke mana-mana di lantai. “Kalung apa ini? Kalung jelek!” seru Gilang Rukmini.
Penolakan itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menduga putri raja akan berbuat seperti itu. Semua hening. Tiba-tiba Ratu Purbamanah menangis melihat perilaku putrinya. Rakyatnya pun mengikuti menangis melihat ratunya menangis. Akhirnya, semua pun  meneteskan air mata, hingga istana basah oleh air mata mereka.
Dari dalam tanah keluar juga air deras yang makin lama makin banyak. Kerajaan Ketatangeuhan pun tenggelam. Kemudian, terciptalah sebuah danau yang sangat indah (Telaga Warna).
Nama telaga itu kini dikenal orang: Telaga Warna. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun, orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri Gilang Rukmini yang tersebar di dasar telaga.
Demikian artikel tentang sejarah asal usul Legenda Telaga Warna, semoga bermanfaat bagi info sejarah Anda lebih banyak lagi. Penelusuran yang terkait dengan Legenda Telaga Warna
telaga warna dieng, sejarah telaga warna, telaga warna gunung dieng, misteri telaga warna, cerita rakyat telaga warna, kawah telaga warna, sejarah telaga warna wonosobo, asal usul telaga warna

Legenda Telaga Warna

cerita rakyat asal usul bunga bangkai, peta jalan telaga warna cibubur, cerita rakyat sulawesi bahasa inggris dan terjemahannya, air terjun di utara nganjuk telaga, legenda telaga warna dalam bahasa inggris dan artinya, legenda telaga warna dalam bhs inggris dan artinya, makam kermat di telaga mejer wonosobo, naskah drama cerita rakyat, primbon: kejayaan ayam menurut warna, rangkuman cerpen, Sejarah pariwisata Tlaga menjer wonosobo, talaga warna versi sunda, tarif masuk telaga warna(puncak bogor), Telaga bidadari bogor, telaga warna bandung, telaga warna jawa barat, tempat wisata telaga warna jawa timur, jam buka telaga warna cibubur, harga tiket telaga warna, gambar-gambar cerita talaga wArna, cerita bahasa singkat inggris pergi, cerita dewasa misteri hotel utara, cerita legenda di daerah sleman, cerita legenda telaga wurung, cerita legenda telaga wurung magetan, cerita pendek telaga warna, cerita rakyat asal usul telaga biru, cerita rakyat dalam bahasa terjemahan batak toba, Cerita rakyat telaga warna dalam bentuk dialog, cerita rakyat telaga warna versi basa jawa

Sejarah Prabu siliwangi

Sejarah prabu Siliwangi
Sejarah prabu Siliwangi
Sejarah prabu Siliwangi
Sejarah prabu Siliwangi – Kisah Prabu Siliwangi sangat dikenal dalam sejarah Sunda sebagai Raja Pajajaran. Salah satu naskah kuno yang menjelaskan tentang perjalanan Prabu Siliwangi adalah kitab Suwasit. Kitab tersebut berisi 22 bab perjalanan Sejarah prabu Siliwangi dimulai dari ayahnya, Prabu Anggararang Raja Kerajaan Gajah. Setelah Prabu Anggararang merasa puteranya layak memangku jabatan raja, akhirnya kerajaan diserahkan kepada Pangeran Pamanah Rasa (sebelum bergelar Siliwangi).
Sejarah prabu Siliwangi menjadi nama Siliwangi
Mengenai sejarah nama Siliwangi, dijelaskan bahwa nama tersebut adalah gelar setelah Pangeran Pamanah Rasa masuk Islam sebagai salah satu syarat mempersunting murid Syaikh Quro, yakni Nyi Ratu Subanglarang. Dari isteri ketiga ini, kemudian melahirkan Kian Santang yang bergelar Pangeran Cakrabuana di Cirebon dan Rara Santang, ibunda Sunan Gunung Jati.

Bersamaan Sejarah prabu Siliwangi dengan luasnya wilayah Gajah, kemudian Prabu Siliwangi menciptakan senjata Kujang, berbentuk melengkung dengan ukiran harimau di tangkainya. Senjata tersebut kemudian menjadi lambang Jawa Barat. Nama kerajaan Gajah pun diganti menjadi kerajaan Pajajaran, karena menjajarkan (menggabung) kerajaan Gajah dengan kerajaan Harimau Putih. Kisah dalam Kitab Suwasit diakhiri dengan mokhsa (menghilang) dan dipindahkannya kerajaan Pajajaran ke alam Gaib bersama Harimau Putih.
Pada kitab yang sudah diterbitkan oleh Jelajah Nusa, dikisahkan dalam bab keempat bahwa setelah menjadi kerajaan Gajah, Pangeran Pamanah Rasa melakukan pengembaraan hingga di sebuah hutan di wilayah Majalengka. Ketika hendak meminum air dari curug (air terjun), Pangeran Pamanah Rasa dihadang oleh siluman Harimau Putih sehingga terjadi pertarungan hebat hingga setengah hari. Namun berkat kesaktian Pangeran Pamanah Rasa, siluman Harimau itu bisa dikalahkan dan tunduk padanya.
bukti Sejarah prabu Siliwangi
bukti Sejarah prabu Siliwangi
Sejarah prabu Siliwangi ditemukan adanya sebuah Kitab yang diterbitkan dengan sambutan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan kemudian mengisahkan bahwa Harimau Putih berubah wujud menjadi manusia untuk mendampingi pengembaraan Pangeran Pamanah Rasa hingga menaklukkan kerajaan Galuh dengan bantuan Harimauu Putih. Bahkan disebutkan, ketika terjadi penyerangan oleh kerajaan Mongol (mungkin masa Kubilai Khan), kerajaan Gajah dibantu pasukan Harimau Putih.
Tentunya, meskipun kental dengan unsur mitos, kitab tersebut merupakan sumber Sejarah prabu Siliwangi yang sangat penting.
Demikian artikel tentang Sejarah prabu Siliwangi semoga menjadi pembelajaran sejarah bagi kawula muda untuk mengenang sejarah bangsa Indonesia


Sejarah prabu Siliwangi

asal usul kujang siliwangi, sejarah prabu siliwangi, kujang kembar prabu siliwangi, kesaktian hayam wuruk, kitab suwasit, siliwangi waterpark bandung, kujang kembar, raja siliwangi, prabu siliwangi, legenda prabu siliwangi, isi kitab suwasit, cerita kujang kembar, sejarah berdirinya pkl, pusaka kujang kembar, sejarah siliwangi, kisah prabu siliwangi lengkap, asal usul prabu siliwangi, asal usul kujang kembar, Kujang kembar siliwangi, Lukisan kian santang pada waktu kecil, prabu hayam wuruk, legenda kujang kembar, prabu siliwangi dan kian santang, prabu siliwangi wallpaper, legenda ilmu prabu siliwangi, poto macam macam kujang kembar prabu siliwangi, PLTA BESAI, Pandan sari sili wangi, Pamungkas prabu siliwangi, Naskah kitab suwasit