.

1 Des 2014

KERIS MPU SUPAGATI DIBURU PEJABAT DAERAH HINGGA PUSAT



Kayangan Api merupakan salah satu satu tempat wisata yang ada di Bojonegoro. Tempat wisata ini berada di Desa Sendang Harjo,  Kecamatan Ngasem yang berada di tengah-tengah hutan jati dan terletak sekitar 15 kilometer selatan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Memasuki lokasi Kayangan Api, terlihat  gapura, yang seolah menyambut pengujung. Lebih ke dalam tampak berdiri jajaran tiang. Di tengah tiang tersebut terdapat sebuah lingkaran batu. Dari lingkaran itu menguap gelombang panas, sementara api unggun berwarna kuning kemerahan menari-nari tertiup angin.
Sayangnya, cahaya api itu tidak terlalu terlihat jika pengunjung kebetulan mendatangi tempat ini pada siang hari. Lain lagi jika datang pada malam hari, tentu akan terlihat api yang  menari-nari seperti seorang tayub yang merupakan ciri khas kesenian rakyat Bojonegoro.
Pada siang hari, wisatawan banyak didominasi oleh kaun muda-mudi dan rombongan keluarga yang terdiri dari anak-anak hingga orangtua. Tak hanya ingin menikmati uniknya Kayangan Api, para wisatawan ada juga yang sampai nekad masuk ke dalam tungku api raksasa tersebut sampai beberapa lama. Mereka biasanya masuk dengan bertelanjang dada dan kakinya beralaskan sendal atau sepatu supaya tidak terbakar atau kepanasan.
Setelah beberapa menit berada di atas api, tubuh orang yang berada di atas Kayangan Api biasanya akan dipenuhi keringat. Tak cuma sekali, ada juga yang mengulangi hal itu sampai beberapa kali. Setelah selesai, rata-rata mereka mengaku badannya terasa segar. Konon, dari aksi ini ada yang percaya bisa menyembuhkan beberapa penyakit atau paling tidak badan terasa lebih enak dari sebelumnya.
Menurut sejarah dari masyarakat setempat, Kayangan Api merupakan petilasan seorang mpu pembuat keris pada zaman Kerajaan Majapahit. Karena suatu hal, mpu pembuat keris itu mengasingkan diri di sekitar tempat itu. Mpu yang bernama samaran Ki Kriya Kusuma yang bernama asli Mpu Supagati ini sebenarnya adalah seorang mpu pembuat keris yang terkenal di pusat Kerajaan Majapahit.
Di tempat pengasingannya inilah Ki Kriya Kusuma melakukan tapa sambil menekuni profesinya sebagai ahli pembuat keris. Di dalam pengasingannya, Mpu Supagati berhasil membuat sebuah keris yang terkenal dan diberi nama 'Dapur Jangkung Luk Telu Blong Pok Gonjo' yang kini menjadi pusaka Kabupaten Bojonegoro.
Konon, sebenarnya tak hanya sebilah keris yang berhasil dibuat oleh Mpu Supa. Namun, keris-keris itu jumlahnya ada beberapa buah dan belum semuanya diwariskan kepada orang-orang yang pernah mempunyai hubungan dengannya. Karena kepercayaan itulah maka tak heran bila ada pelaku spiritual yang rela bersusah-susah payah lelaku di tempat itu.
Salah satu tempat yang paling banyak digunakan untuk semedi adalah sebuah pohon yang letaknya hanya beberapa meter dari munculnya Kayangan Api. Sisa-sisa bekas dupa atau pembakaran kemenyan saat LIBERTY mengunjungi tempat itu masih terlihat dengan jelas.
“Ada yang berhasil, namun ada juga yang pulang dengan tangan hampa meski sudah berhari-hari lelaku di tempat ini,” ujar Mbah Juli, juru kunci Kayangan Api sudah menjadi perawat tempat ini sejak 1978.
Menurut Mbah Juli, mereka yang datang tak hanya orang biasa. Namun, ada pula pejabat, baik pejabat daerah atau yang datang dari Jakarta. Katanya, mereka sedang memburu keris yang dianggap cocok untuk memenangkan pemilihan.
Mbah Juli menambahkan bahwa tidak ada ritual khusus yang harus dilakukan seorang peziarah agar bisa mendapatkan keris buatannya Mpu Supo. Pelaku biasanya berpuasa sampai beberapa hari, tidak tidur, dan dalam hatinya tentu saja mengungkapkan keinginannya agar diberi piadel yang menjadi keinginannya.

Sembuhkan Penyakit
Selain terdapat sumber api abadi, di sekitar lokasi tersebut juga terdapat semburan air bercampur lumpur yang mengandung belerang. Namun, semburan tersebut tidak membahayakan masyarakat maupun daerah yang berada di sekitar lokasi.
"Air blukuthuk ini dulunya untuk mencuci atau merendam keris yang di buat Mpu Supagati", kata Juru kunci Kayangan Api, Pak Juli.
Bahkan oleh masyarakat sekitar maupun pengunjung lokasi wisata tersebut, dianggap membawa berkah. Karena selain dapat mengobati penyakit juga dianggap dapat membawa keberuntungan bagi mereka yang datang untuk meminta sesuatu. Untuk media penyembuhan, air blukhtuk tersebut cukup dioleskan ke bagian tubuh yang sakit, dengan cara seperti ini insaallah sakit yang diderita seseorang akan bisa disembuhkan.
Meski begitu, Mbah Juli mengatakan bahwa air blukhutuk tersebut jangan dianggap sebagai penyembuh, namun hanya sebagai perantara saja. Sebab, yang menyembuhkan menurut Mbah Juli tetap saja Tuhan Yang Maha Kuasa.
"Selain meminta kesembuhan dari air blukuthuk, masyarakat yang datang kesini juga melakukan tirakat dengan bertapa di dekat lokasi api abadi," ujar Pak Juli.
Hingga saat ini lokasi wisata yang berada di tengah hutan jati ini masih banyak meninggalkan berbagai misteri. Mbah Juli sering melihat harimau besar warna putih, namun kemunculannya cuma sekilas saja lalu menghilang. Konon, harimau putih tersebut adalah peliharaan Mpu Supagati. Beberapa kali, Mbah Juli juga pernah melihat lelaki tua berjanggut putih yang cukup panjang yang diyakini sebagai Mpu Supagati sendiri.

Wanita Cantik
Tak jauh dari Air Blukhutuk, ada pula pohon yang langka dengan akar-akarnya membentuk atau menyerupai pintu gerbang. Pohon itu menurut Mbah Juli usianya sudah ratusan tahun.
Konon pula, di tempat itu berdiam dua orang putri cantik anak gadis Mpu Supo atau yang bernama lain Ki Kriya Kusuma yang bernama Sri Wulan dan Siti Sundari. Orang yang melakukan lelaku biasanya menyepi atau meditasi di sekitar pohon ini. Bekas-bekas orang yang melakukan ritual masih bisa terlihat dengan jelas dari sisa-sisa ubo rampe yang dibawanya.
Dalam meditasi, tak jarang Sri Wulan dan Siti Sundari, penampakan dirinya. Wujudnya bukan sebagai wanita cantik, namun macam-macam. Ia terkadang bisa berwujud sebagai dua ekor ular, wanita yang sangat menyeramkan, dan sebagainya. Ini dilakukan untuk menguji seberapa keseriusan orang yang melakukan meditasi.
Namun, jika memang niat peziarah sudah baik, ia langsung bisa ditemui kedua putri ini dalam wujud aslinya yang cantik sekali. Jika peziarah bisa ditemui putri ini dalam wujud aslinya, ada anggapan bahwa itu merupakan perlambang bahwa niat peziarah akan terkabulkan. Meski begitu, sekali lagi tidak semua orang bisa bertemu dengannya jika tidak memiliki niat yang tulus dan hati yang bersih dalam lelaku spiritualnya.
Mbah Juli mengatakan bahwa orang yang melakukan ritual di sekitar Kayangan Api tidak saja dari masyarakat sekitar Bojonegoro. Tapi, ada juga yang dari Semarang, Surabaya, Solo, Yogyakarta, dan Jakarta. Mereka juga terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, mulai kelas bawah hingga kelas atas.
“Paling ramai adalah beberapa hari sebelum pemilu legeslatif kemarin. Katanya sih untuk mencari pusaka sebagai bekal agar terpilih sebagai anggota DPR,” ucap Mbah Juli.
Kayangan Api sebenarnya tidak hanya sangat terkenal di Jawa Timur. Namun, juga sampai ke luar negeri. Tim geologi dari Inggris, misalnya, menyebutkan bahwa Kayangan Api merupakan sumber api yang terbesar di dunia. Karena itulah sayang sekali jika pontensi wisata yang langka ini tidak dikembangkan dan dijaga kelestariannya.

1 Nov 2014

keris tua luk 7 putut semedi tuban ( termaharkan)

KERIS LUK 7
DAPUR PUTUT
PAMOR KELENG
TANGGUH TUBAN
Maskawin RP 3.500.000 monggo dimusyawarahkan

kondisi
Tua,utuh,wingit,terawat
silakan disawang dan rasakan energinya
“Dengarlah suara bening dalam hatimu, biarlah nuranimu berbicara”.
                              


Bapak/ ibu berminat dengan keris ini monggo telpon / sms 02199977267

salam hormat dari saya
Terima kasih
















8 Okt 2014

Misteri Di balik Bulan Sura

mykoi1


MISTERI BULAN SURA



Bulan Sura adalah bulan pertama dalam kalender Jawa. . Secara lugas maknanya adalah merupakan tahun baru menurut penanggalan Jawa. Bagi pemegang tradisi Jawa  hingga kini masih memiliki pandangan bahwa bulan Sura merupakan bulan sakral. Berikut ini saya paparkan arti bulan Sura secara maknawi dan dimanakah letak kesakralannya.



MELURUSKAN BERITA “burung”

Tradisi dan kepercayaan Jawa melihat bulan Sura sebagai bulan sakral. Bagi yang memiliki talenta sensitifitas indera keenam (batin) sepanjang bulan Sura aura mistis dari alam gaib begitu kental melebihi bulan-bulan lainnya. Tetapi sangat tidak bijaksana apabila kita buru-buru menganggapnya sebagai bentuk paham syirik dan kemusrikan. Anggapan seperti itu timbul karena disebabkan kurangnya  pemahaman sebagian masyarakat akan makna yang mendalam di baliknya. Musrik atau syirik berkaitan erat dengan cara pandang batiniah dan suara hati, jadi sulit menilai hanya dengan melihat manifestasi perbuatannya saja.  Jika musrik dan syirik diartikan sebagai bentuk penyekutuan Tuhan, maka punishment terhadap tradisi bulan Sura itu  jauh dari kebenaran, alias tuduhan tanpa didasari pemahaman yang jelas dan beresiko tindakan pemfitnahan. Biasanya anggapan musrik dan sirik muncul karena mengikuti trend atau ikut-ikutan pada perkataan seseorang yang dinilai secara dangkal layak menjadi panutan. Padahal tuduhan itu jelas merupakan kesimpulan yang bersifat subyektif dan mengandung stigma, dan sikap menghakimi secara sepihak.

Masyarakat Jawa mempunyai kesadaran makrokosmos, bahwa Tuhan menciptakan kehidupan di alam semesta ini mencakup berbagai dimensi yang fisik (wadag) maupun metafisik (gaib). Seluruh penghuni masing-masing dimensi mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Interaksi antara dimensi alam fisik dengan dimensi metafisik merupakan interaksi yang bersimbiosis mutual, saling mengisi mewujudkan keselarasan dan keharmonisan alam semesta sebagai upaya memanifestasikan rasa sukur akan karunia terindah dari Tuhan YME. Sehingga manusia bukanlah segalanya di hadapan Tuhan, dan dibanding mahluk Tuhan lainnya. Manusia tidak seyogyanya mentang-mentang mengklaim dirinya sendiri sebagai mahluk paling sempurna dan mulia, hanya karena akal-budinya. Selain kesadaran makrokosmos, sebaliknya di sisi lain kesadaran mikrokosmos Javanisme bahwa akal-budi ibarat pisau bermata dua, di satu sisi dapat memuliakan  manusia tetapi di sisi lain justru sebaliknya akan menghinakan manusia, bahkan lebih hina dari binatang, maupun mahluk gaib jahat sekalipun.

Berdasarkan dua dimensi kesadaran itu, tradisi Jawa memiliki prinsip hidup yakni pentingnya untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta agar supaya kelestarian alam tetap terjaga sepanjang masa. Menjaga kelestarian alam merupakan perwujudan syukur tertinggi umat manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahkan bumi ini berikut seluruh isinya untuk dimanfaatkan umat manusia.

Dalam tradisi Jawa sekalipun yang dianggap paling klenik sekalipun, prinsip dasar yang sesungguhnya tetaplah  PERCAYA KEPADA TUHAN YME. Di awal atau di akhir setiap kalimat doa dan mantra selalu diikuti kalimat; saka kersaning Gusti, saka kersaning Allah. Semua media dalam ritual, hanya sebatas dipahami sebagai media dan kristalisasi dari simbol-simbol doa semata. Doa yang ditujukan hanya kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Prinsip tersebut memproyeksikan bahwa kaidah dan prinsip religiusitas ajaran Jawa tetap jauh dari kemusrikan maupun syirik yang menyekutukan Tuhan.

Cara pandang tersebut membuat masyarakat Jawa memiliki tradisi yang unik dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tipikal tradisi Jawa kental akan penjelajahan wilayah gaib sebagai konsekuensi adanya interaksi manusia terhadap lingkungan alam dan seluruh isinya. Lingkungan alam dilihat memiliki dua dimensi, yakni fana/wadag atau fisik, dan lingkungan dimensi gaib atau metafisik. Lingkungan alam tidak sebatas apa yang tampak oleh mata, melainkan meliputi pula lingkungan yang tidak tampak oleh mata (gaib). Boleh dikatakan pemahaman masyarakat Jawa akan lingkungan atau dimensi gaib sebagai bentuk “keimanan“ (percaya) kepada yang gaib. Bahkan oleh sebagian masyarakat Jawa, unsur kegaiban tidak hanya sebatas diyakini atau diimani saja, tetapi lebih dari itu seseorang dapat membuktikannya dengan bersinggungan atau berinteraksi secara langsung dengan yang gaib sebagai bentuk pengalaman gaib. Oleh karena itu, bagi masyarakat Jawa dimensi gaib merupakan sebuah realitas konkrit. Hanya saja konkrit dalam arti tidak selalu dilihat oleh mata kasar, melainkan konkrit dalam arti Jawa yakni termasuk hal-hal yang dapat dibuktikan melalui indera penglihatan  maupun indera batiniah. Meskipun demikian penjelasan ini mungkin masih sulit dipahami bagi pihak-pihak yang belum pernah samasekali bersinggungan dengan hal-hal gaib. Sehingga cerita-cerita maupun kisah-kisah gaib dirasakan menjadi tidak masuk akal, sebagai hal yang mustahal, dan menganggap pepesan kosong belaka. Pendapat demikian sah-sah saja, sebab tataran pemahaman gaib memang tidak semua orang dapat mencapainya. Yang merasa mampu memahamipun belum tentu tapat dengan realitas gaib yang sesungguhnya. Sedangkan agama sebatas memaparkan yang bersifat universal, garis besar, dan tidak secara rinci. Perincian mendetail tentang eksistensi alam gaib merupakan rahasia ilmu Tuhan Yang Maha Luas, tetapi Tuhan Maha Adil tetap memberikan kesempatan kepada umat manusia untuk mengetahuinya walaupun sedikit namun dengan sarat-sarat yang berat dan tataran yang tidak mudah dicapai.



MISTERI BULAN SURA

     Bulan Sura adalah bulan baru yang digunakan dalam tradisi penanggalan Jawa.  Di samping itu bagi masyarakat Jawa adalah realitas pengalaman gaib bahwa dalam jagad makhluk halus pun mengikuti sistem penanggalan sedemikian rupa.  Sehingga bulan Sura juga merupakan bulan baru yang berlaku di jagad gaib. Alam gaib yang dimaksudkan adalah; jagad makhluk halus ; jin, setan (dalam konotasi Jawa; hantu), siluman, benatang gaib, serta jagad leluhur ; alam arwah, dan bidadari. Antara jagad fana manusia (Jawa), jagad leluhur, dan jagad mahluk halus berbeda-beda dimensinya.  Tetapi dalam berinteraksi antara jagad leluhur dan jagad mahluk halus di satu sisi, dengan jagad manusia  di sisi lain, selalu menggunakan penghitungan waktu penanggalan Jawa. Misalnya; malam Jum’at Kliwon (Jawa; Jemuah) dilihat sebagai malam suci paling agung yang biasa digunakan para leluhur “turun ke bumi” untuk njangkung dan njampangai (membimbing) bagi anak turunnya yang menghargai dan menjaga hubungan dengan para leluhurnya. Demikian pula, dalam bulan Sura juga merupakan bulan paling sakral bagi jagad makhluk halus. Mereka bahkan mendapat “dispensasi” untuk melakukan seleksi alam. Bagi siapapun yang hidupnya tidak eling dan waspada, dapat terkena dampaknya.

Dalam siklus hitungan waktu tertentu yang merupakan rahasia besar Tuhan, terdapat suatu bulan Sura yang bernama Sura Duraka.  Disebut sebagai bulan Sura Duraka karena merupakan bulan di mana terjadi tundan dhemit. Tundan dhemit maksudnya adalah suatu waktu di mana terjadi akumulasi para dedemit yang mencari “korban” para manusia yang tidak eling dan waspadha. Karena pada bulan-bulan Sura biasa para dedhemit yang keluar tidak sebanyak pada saat bulan Sura Duraka. Sehingga pada bulan Sura Duraka biasanya ditandai banyak sekali musibah dan bencana melanda jagad manusia. Bulan Sura Duraka ini pernah terjadi sepanjang bulan Januari s/d Februari 2007.  Musibah banyak terjadi di seantero negeri ini. 1) Di awali tenggelamnya KM Senopati di laut Banda yang terkenal sebagai palung laut terdalam di wilayah perairan Indonesia. Kecelakaan ini memakan korban ratusan jiwa. 2) Kecelakaan Pesawat Adam Air hilang tertelan di palung laut dekat teluk Mandar, posisi di 40 mil barat laut Majene. 3) Kereta api mengalami anjlok dan terguling sampai 3 kali kasus selama sebulan. 4) Tabrakan bus di pantura, bus menyeruduk rumah penduduk. 5) Kecelakaan pesawat garuda di Yogyakarta. 6) Beberapa maskapai penerbangan mengalami gagal take off, gagal landing, mesin error dsb. 7) Jakarta dilanda banjir terbesar sepanjang masa. 8) Kapal terbakar di Sulawesi dan maluku. 9) Kapal laut di selat Karimun terbakar lalu tenggelam memakan ratusan korban berikut wartawan TV peliput berita. 10) Banjir besar di Jawa Tengah, Angin puting beliung sepanjang Pulau Jawa-Sumatra. Dan masih  banyak lagi kecelakaan pribadi yang waktu itu Kapolri sempat menyatakan sebagai bulan kecelakaan terbanyak meliputi darat, laut dan udara.

Atas beberapa uraian pandangan masyarakat Jawa tersebut kemudian muncul kearifan yang kemudian mengkristal menjadi tradisi masyarakat Jawa selama bulan Sura.  Sedikitnya ada 5 macam ritual yang dilakukan menjelang dan selama bulan Sura seperti berikut ini;

1.  Siraman malam 1 Sura; mandi besar dengan menggunakan air serta dicampur kembang setaman. Sebagai bentuk “sembah raga” (sariat) dengan tujuan mensucikan badan, sebagai acara seremonial pertanda dimulainya tirakat sepanjang bulan Sura; lantara lain lebih ketat dalam menjaga dan mensucikan hati, fikiran, serta menjaga panca indera dari hal-hal negatif. Pada saat dilakukan siraman diharuskan sambil berdoa memohon keselamatan kepada Tuhan YME agar senantiasa menjaga kita dari segala bencana, musibah, kecelakaan. Doanya dalam satu fokus yakni memohon keselamatan diri dan keluarga, serta kerabat handai taulan. Doa tersirat dalam setiap langkah ritual mandi. Misalnya, mengguyur badan dari ujung kepala hingga sekujur badan sebanyak 7 kali siraman gayung (7 dalam bahasa Jawa; pitu, merupakan doa agar Tuhan memberikan pitulungan atau pertolongan). Atau 11 kali (11 dalam bahasa Jawa; sewelas, merupakan doa agar Tuhan memberikan kawelasan; belaskasih). Atau 17 kali (17 dalam bahasa Jawa; pitulas; agar supaya Tuhan memberikan pitulungan dan kawelasan). Mandi lebih bagus dilakukan tidak di bawah atap rumah; langsung “beratap langit”; maksudnya adalah kita secara langsung menyatukan jiwa raga ke dalam gelombang harmonisasi alam semesta.

2.  Tapa Mbisu (membisu); tirakat sepanjang bulan Sura berupa sikap selalu mengontrol ucapan mulut agar mengucapkan hal-hal yang baik saja. Sebab dalam bulan Sura yang penuh tirakat, doa-doa lebih mudah terwujud. Bahkan ucapan atau umpatan jelek yang keluar dari mulut dapat “numusi” atau terwujud. Sehingga ucapan buruk dapat benar-benar mencelakai diri sendiri maupun  orang lain.

3.  Lebih Menggiatkan Ziarah; pada bulan Sura masyarakat Jawa lebih menggiatkan ziarah ke makam para leluhurnya masing-masing, atau makam para leluhur yang yang dahulu telah berjasa untuk kita, bagi masyarakat, bangsa, sehingga negeri nusantara ini ada. Selain mendoakan, ziarah sebagai tindakan konkrit generasi penerus untuk menghormati para leluhurnya (menjadi pepunden). Cara menghormati dan menghargai jasa para leluhur kita selain mendoakan, tentunya dengan merawat makam beliau. Sebab makam merupakan monumen sejarah yang dapat dijadikan media mengenang jasa-jasa para leluhur; mengenang dan mencontoh amal kebaikan beliau semasa hidupnya. Di samping itu kita akan selalu ingat akan sangkan paraning dumadi. Asal-usul kita ada di dunia ini adalah dari turunan beliau-beliau. Dan suatu saat nanti kita semua pasti akan berpulang ke haribaan Tuhan Yang maha Kuasa. Mengapa harus datang ke makam, tentunya atas kesadaran bahwa semua warisan para leluhur baik berupa ilmu, kebahagiannya, tanah kemerdekaan, maupun hartanya masih bisa dinikmati hingga sekarang, dan dinikmati oleh semua anak turunnya hingga kini. Apakah sebagai keturunannya kita masih tega hanya dengan mendoakan saja dari rumah ? Jika direnungkan secara mendalam menggunakan hati nurani, sikap demikian tidak lebih dari sekedar menuruti egoisme pribadi (hawa nafsu negatif) saja. Anak turun yang mau enaknya sendiri enggan datang susah-payah ke makam para leluhurnya, apalagi terpencil nun jauh harus pergi ke pelosok desa mendoakan dan merawat seonggok makam yang sudah tertimbun semak belukar. Betapa teganya hati kita, bahkan dengan mudahnya mencari-cari alasan pembenar untuk kemalasannya sendiri, bisa saja menggunakan alasan supaya menjauhi kemusyrikan. Padahal kita semua tahu, kemusyrikan bukan lah berhubungan dengan perbuatan, tetapi berkaitan erat dengan hati. Jangan-jangan sudah menjadi prinsip bawah sadar sebagian masyarakat kita, bahwa lebih enak menjadi orang bodoh, ketimbang menjadi orang winasis dan prayitna tetapi konsekuensinya tidak ringan.

4.  Menyiapkan sesaji bunga setaman dalam wadah berisi air bening. Diletakkan di dalam rumah. Selain sebagai sikap menghargai para leluhur yang njangkung dan njampangi anak turun, ritual ini penuh dengan makna yang dilambangkan dalam uborampe. Bunga mawar merah, mawar putih, melati, kantil, kenanga. Masing-masing bunga memiliki makna doa-doa agung kepada Tuhan YME yang tersirat di dalamnya (silahkan dibaca dalam forum tanya jawab). Bunga-bungaan juga ditaburkan ke pusara para leluhur, agar supaya terdapat perbedaan antara makam seseorang yang kita hargai dan hormati, dengan kuburan seekor kucing yang berupa gundukan tanah tak berarti dan tidak pernah ditaburi bunga, serta-merta dilupakan begitu saja oleh pemiliknya berikut anak turunnya si kucing.

5.  Jamasan pusaka; tradisi ini dilakukan dalam rangka merawat atau memetri warisan dan kenang-kenangan dari para leluhurnya. Pusaka memiliki segudang makna di balik wujud fisik bendanya. Pusaka merupakan buah hasil karya cipta dalam bidang seni dan ketrampilan para leluhur kita di masa silam. Karya seni yang memiliki falsafah hidup yang begitu tinggi. Selain itu pusaka menjadi situs dan monumen sejarah, dan memudahkan kita simpati dan berimpati oleh kemajuan teknologi dan kearifan lokal para perintis bangsa terdahulu. Dari sikap menghargai lalu tumbuh menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi generasi penerus bangsa agar berbuat lebih baik dan maju di banding prestasi yang telah diraih para leluhur kita di masa lalu. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para leluhurnya, para pahlawannya, dan para perintisnya. Karena mereka semua menjadi sumber inspirasi, motivasi dan tolok ukur atas apa yang telah kita perbuat dan kita gapai sekarang ini. Dengan demikian generasi penerus bangsa tidak akan mudah tercerabut (disembeded) dari “akarnya”. Tumbuh berkembang menjadi bangsa yang kokoh, tidak menjadi kacung dan bulan-bulanan budaya, tradisi, ekonomi, dan politik bangsa asing. Kita sadari atau tidak, tampaknya telah lahir megatrend terbaru abad ini, sekaligus paling berbahaya, yakni merebaknya bentuk the newest imperialism melalui cara-cara politisasi agama.

6.  Larung sesaji; larung sesaji merupakan ritual sedekah alam. Uborampe ritual disajikan (dilarung) ke laut, gunung, atau ke tempat-tempat tertentu. Tradisi budaya ini yang paling riskan dianggap musrik. Betapa tidak, jikalau kita hanya melihat apa yang tampak oleh mata saja tanpa ada pemahaman makna esensial dari ritual larung sesaji. Baiklah, berikut saya tulis tentang konsep pemahaman atau prinsip hati maupun pola fikir mengenai tradisi ini. Pertama; dalam melaksanakan ritual hati kita tetap teguh pada keyakinan bahwa Tuhan adalah Maha Tunggal, dan tetap mengimani bahwa Tuhan Maha Kuasa menjadi satu-satunya penentu kodrat. Kedua; adalah nilai filosofi, bahwa ritual larung sesaji merupakan simbol kesadaran makrokosmos yang bersifat horisontal, yakni penghargaan manusia terhadap alam. Disadari bahwa alam semesta merupakan sumber penghidupan manusia, sehingga untuk melangsungkan kehidupan generasi penerus atau anak turun kita, sudah seharusnya kita menjaga dan melestarikan alam. Kelestarian alam merupakan warisan paling berharga untuk generasi penerus. Ketiga; selain kedua hal di atas, larung sesaji merupakan bentuk interaksi harmonis antara manusia dengan seluruh unsur alam semesta. Disadari pula bahwa manusia hidup di dunia berada di tengah-tengah lingkungan bersifat kasat mata atau jagad fisik, maupun  gaib atau jagad metafisik. Kedua dimensi jagad tersebut saling bertetanggaan, dan keadaannya pun sangat kompleks. Manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan seyogyanya menjaga keharmonisan dalam bertetangga, sama-sama menjalani kehidupan sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebaliknya,  bilamana dalam hubungan bertetangga (dengan alam) tidak harmonis, akan mengakibatkan situasi dan kondisi yang destruktif dan merugikan semua pihak. Maka seyogyanya jalinan keharmonisan sampai kapanpun tetap harus dijaga.

POHON BERKHASIAT MAGIS


Bedasarkan kepercayaan nenek moyang kita pohon - pohon langka seperti di bawah ini dianggap mempunyai khasiat magis. Kepercayaan ini terutama terdapat di masyarakat jawa sampai sekarang. dan pohon - pohon langgka tersebut biasa di tanam di kompleks keraton, baik Surakarta maupun Yogyakarta.

*Pohon Kepel
Untuk menghilangkan bau keringat yang tidak sedap, terutama bagi wanita. dan juga jika di tanam di pekarangan , bisa memberikan wibawa si pemilik rumah
*Jambu Darsono
Punya khasiat dikasihani oleh sesama manusia
*Jambu Tlampok Arum
Memancarkan nama harum bagi si pemilik rumah yang pekarangannya di tanami pohon itu
*Sawo Kecik
Dipercayai bila ditanam dipekarangan rumah sipemilik rumah akan selalu dihormati oleh orang lain
*Jeruk Klingkit
Mempunyai arti sipemilik rumah akan panjang umur, dan rejekinya akan terus menerus
*Gayam
Mampu mendangkalkan mata air, sehingga menyejukan hawa
*Kemuning
Bermakna menolak santet atau tenung,. Juga untuk mempelai, biasanya kemuning dipakai sebagai bedak untuk mengolesi mempelai supaya tidak terkenan kekuatan hitam
*Tanjung
Untuk penolak ular, dan biasanya ditanam di jalan menuju rumah
*Belimbing wuluh
Untuk kompres dan juga untuk penderita demam tinggi

1 Okt 2014

21 Rahasia Hidup Lebih Bahagia

21 Rahasia Hidup Lebih Bahagia 

 


Pada dasarnya setiap manusia yang hidup dimuka bumi ini mengharapkan kehidupan yang layak dan bahagia. Banyak orang yang hidup berlimpah harta tapi merasa hidupnya sepi, hampa dan tidak bahagia. Namun sebaliknya ada juga orang yang hidupnya hanya beralaskan rumah kardus, tapi hatinya kaya akan kebahagiaan. Melihat fenomena seperti ini, maka munculah versi kebahagiaan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah rahasia hidup bahagia .
 Bagi kalian yang merasa kehidupan ini begitu kejam dan tidak adil, sehingga jauh dari rasa bahagia, mungkin beberapa rahasia untuk hidup lebih bahagia versi suku Indian ini bisa menjadi solusi kebahagiaan kalian. Berikut point-pointnya :


1. Bangun pagi bersama terbitnya matahari. Doa dalam hening. Doa sering-sering karna Tuhan mendengarkan jika kita bicara Pada-NYA.

2. Sabar dan toleran terhadap orang-orang yang tersesat. Kebodohan, keangkuhan, kemarahan, kecemburuan dan keserakahan berasal dari jiwa yang tersesat. Doakan agar mereka mendapat bimbingan.

3. Jangan ambil sesuatu yang bukan milik kalian, entah itu dari seseorang, komunitas, alam atau budaya karna itu bukan milik dan hasil kalian, juga tidak diberikan untuk kalian jadi itu bukanlah milik kalian. 

4. Hormati segala sesuatu yang ditempatkan di bumi ini. Manusia, tumbuhan maupun hewan.

5. Hargai pemikiran, harapan dan kata-kata orang lain.

6. Selalu jujur setiap saat karena kejujuran adalah tes dari itikad kita dalam hidup di dunia.

7. Hormati agama dan kepercayaan orang lain. Jangan memaksakan kepercayaan kalian pada siapapun.

8. Berbagi keberuntungan dengan orang lain. Ikut beramal.

9. Buat keputusan-keputusan secara sadar dan tetapkan bagaimana kalian akan bereaksi. Bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatan sendiri.

10. Rawat dan bantu diri sendiri dulu, karena kalian tidak bisa merawat dan membantu orang lain jika kalian tidak terlebih dulu merawat dan membantu diri sendiri.

11. Jaga keseimbangan diri. Mental, spiritual, emosional, fisik, semuanya harus kuat, murni dan sehat. Olah tubuh untuk menguatkan pikiran. Tumbuh kaya dalam spiritual untuk menyembuhkan penyakit-penyakit emosional.

12. Temukan jati diri dengan mencari sendiri. Jangan membiarkan orang lain yang mencarikan jalan untuk kalian karena jalan itu adalah jalan kalian sendiri.

13. Jangan memotong, mengolok-olok atau meniru secara kasar saat seseorang sedang bicara. Hargai setiap orang untuk menyatakan pendapat.

14.  Jangan pernah mengatakan atau menceritakan keburukan atau kejelekan orang lain. Energi negatif yang kalian keluarkan ke alam semesta akan menggandakan diri ketika kembali kepada kalian.

15. Jangan menyakiti hati orang lain karena racun dari rasa sakit yang kalian timbulkan, akan kembali kepada kalian.

16. Perlakukan tamu dirumah kalian secara baik. Sajikan makanan terbaik, siapkan tempat tidur terbaik. Perlakukan mereka secara hormat dan sopan.

17. Semua orang melakukan kesalahan dan semua kesalahan dapat dimaafkan.

18. Pemikiran buruk menyebabkan penyakit mental, tubuh dan roh. Coba latihan optimistik.

19. Alam tidak diperuntukan kepada kita, tapi bagian dari kita. Alam adalah bagian dari semua bangsa di dunia.

20. Anak-anak adalah benih dari masa depan. Tanamkan cinta di dalam hati mereka, sirami dengan kebijakan dan pelajaran kehidupan. Ketika mereka tumbuh, beri ruang untuk berkembang.

21. Hargai privasi dan ruang personal orang lain. Jangan menyentuh properti orang lain terutama benda-benda keramat dan suci.

Menyingkap Misteri Kehidupan Alam Gaib di Bulan Suro

Halo juragan... Bulan suro (bulan sura) adalah sebuah kalender jawa yang bertepatan dengan bulan muharam tahun hijriyah, dimana bulan ini dianggap bulan keramat oleh masyarkat jawa. Orang-orang jawa selalu menghindari menyelenggarakan hajat di bulan suro karena dianggap akan membawa musibah.

Oleh karena itu masyarakat jawa menunggu masa bulan suro berlalu jika ingin menyelenggarakan hajatan. Namun disisi lain, para spiritualis dan paranormal melakukan aktivitas ritual pembelajaran dan pengasahan ilmu gaib serta aji kesaktian di bulan suro.

Apa sebenarnya yang terjadi dibalik misteri bulan suro ini? Berikut ini penjelasan singkat seorang paranormal asal babadan rukun, surabaya, sebut saja Gus Agus.


Menurut pandangan mata batin paranormal, di jagat alam gaib sedang menyelenggarakan hajatan secara besar-besaran selama bulan suro. Masyarakat gaib, terutama makhluk halus bangsa setan sedang mencari korban manusia untuk pesta mereka.

Manusia menghindari hajatan dibulan suro agar tidak terjadi konfrontasi dengan jagat gaib atau jagatnya makhluk halus. Karena dipercaya bahwa segala aktivitas yang terjadi di alam gaib selalu berhubungan dengan alam manusia. Bahkan ribuan alam gaib yang berada di jagat gaib saling berhubungan antara satu sama lain dan pada akhirnya akan berimbas ke alam manusia.

Sebenarnya letak alam manusia berada menjadi satu dengan alam gaib, hanya saja kedua alam ini berbeda ruang atau dimensi saja. Jagat manusia dan jagat gaib selalu bersentuhan sehingga kedua jagat akan sama-sama merasakan dampak tertentu jika di salah satu jagat sedang terjadi suatu peristiwa.

Misalnya, jika di alam gaib sedang ada acara pesta besar maka di alam manusia akan terjadi musibah besar atau bencana. Begitu pula sebaliknya, jika di alam manusia sedang terjadi suatu peristiwa besar maka dampaknya akan terasa di alam gaib.

Pada bulan suro banyak "orang-orang lelaku" belajar ilmu gaib atau mengasah ilmu kadigdayan/kesaktian, karena bulan suro dianggap sebagai bulan keramat. Pada saat itu pintu alam gaib terbuka lebar bagi manusia yang ingin masuk kesana. Manusia menembus alam gaib untuk tujuan mencari ilmu kesaktian, karena aji kesaktian sebenarnya adalah kerjasama manusia dengan makhluk halus belaka.

Pada dasarnya manusia terlahir tidak ada yang sakti. Manusia bisa sakti setelah bekerja sama dengan makhluk halus penghuni jagat gaib. Kedua makhluk ini akan melakukan suatu perjanjian dan perjanjian tersebut tetap berlaku sampai si manusia meninggal dunia kelak. Hal-hal semacam ini seringkali dilakukan oleh manusia dan makhluk halus di bulan suro.

^^ Demikian pandangan beberapa paranormal di kalangan masyarakat jawa tentang misteri di balik bulan suro. Benarkah pandangan mereka? Allahualam, hanya Tuhan semesta alam yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Keris Berhawa Aura Panas


" Apakah yang dimaksud dengan hawa panas pusaka terhadap pemiliknya, seperti apa contohnya, apa akibatnya dan bagaimana langkah penanganannya untuk mengatasi hal itu ? "


Ulasannya sebagai berikut :

Hawa panas pada pusaka maksudnya adalah hawa panas dari aura yang ditimbulkan oleh sebuah pusaka.

Dalam pembuatan keris dan pusaka-pusaka lainnya seringkali memang disengaja supaya hawa panas tersebut muncul. Secara fisik keris hawa panas pusaka sengaja dimunculkan dengan cara menambahkan bahan meteorit dalam logam campuran keris. Selain itu hawa panas itu juga bisa berasal dari sosok gaibnya yang memang berhawa aura panas. Jadi hawa panas ini juga bisa ada pada benda-benda gaib lain selain jenis-jenis keris, seperti batu akik tapak jalak, misalnya. Ada juga sosok bangsa jin yang auranya panas, yang membuat orang tidak betah tinggal di rumah, warung dan toko sepi pengunjung, dsb. Jadi selain berasal dari jenis campuran logamnya, hawa panas ini juga berasal dari karakter sosok gaib keris yang berwatak keras dan berwibawa.

Dalam pembuatan keris, hawa panas ini memang ada, kadarnya saja yang tidak sama pada setiap keris. Hawa panas ini lebih terasa pada jenis-jenis pusaka yang bertuah untuk kesaktian, penjagaan gaib dan kewibawaan. Pada keris-keris bertuah kerejekian dan kesepuhan hawa panas ini kadarnya lebih rendah, sehingga terkesan teduh, malah banyak yang terkesan dingin / anyeb seperti keris kosong.

Hawa panas ini dimaksudkan supaya kerisnya dan pemiliknya berkesan berwibawa (dan tampak angker). Cocok untuk orang-orang yang menjadi penguasa atau pemimpin / pejabat. Hawa panas ini juga erat kaitannya dengan penyatuan keris dengan kesaktian kebatinan dan kanuragan pemiliknya, yang akan membuat pemiliknya lebih bersemangat, lebih mantap dalam bersikap, lebih bertenaga dan tidak cepat lelah, dan tajam instingnya. Tetapi hawa panas ini juga dapat mempengaruhi temperamen, menyebabkan orang menjadi mudah marah, berangasan atau mudah terpancing emosinya.

Philosofi Keris Dapur Gumbeng


Adalah salah satu dapur Keris yang sangat sederhana. Memiliki ricikan seperti Kebo Lajer, tetapi bilahnya lebih lebar. Gandik panjang dan umumnya berasal dari tangguh sepuh seperti era Pajajaran atau Tuban.
Istilah Gumbeng, selain untuk menyebut dapur Keris, juga merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat Jogjakarta, terutama di wilayah Gunung Kidul, juga pernah berkembang di daerah Banyumas. Disebut rinding Gumbeng. Di Ponorogo juga dikenal istilah Gong Gumbeng. Keseluruhan kesenian tradisional ini memanfaatkan bambu sebagai alat instrumen. Pelaksanaan kesenian rinding Gumbeng ini bernuansa sakral dan sering dilakukan untuk berharap panen yang baik. Inti dari kesenian ini adalah ekspresi dari kesederhanaan, keluguan masyarakat yang bersahaja. Lebih jauh, melalui tradisi Gumbeng ini, manusia diharapkan mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan ulet, sederhana dan penuh kearifan baik dalam konteks vertikal (keTuhanan) dan horizontal (alam dan manusia) untuk mencapai suatu kemakmuran hidup bagi masyarakat (sosial-ekologis- kultural) .

Rupanya tidak jauh berbeda dengan kesenian Gumbeng yang telah berkembang di masyarakat semenjak ratusan tahun lalu, keris dapur GUMBENG juga menunjukkan bentuk yang sederhana, lugu dan memiliki muatan sakral serta magis dan ada kaitannya dengan keselarasan manusia dengan alam. Dalam budaya keris, Gumbeng secara harfiah bermakna "tingkat kesadaran tertentu pada saat bersemedi".
Semedi (meditasi, red), adalah salah satu bentuk meditasi yang dilakukan oleh manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan alam semesta. Berusaha mencapai keselarasan pikir, hasrat dan daya-rasa-cipta pada diri manusia dengan Tuhan dan alam. Dalam tataran tertentu, ketika bersemedi, manusia akan melalui suatu batas antara kesadaran pikir dalam tataran manusia dengan kesadaran hakiki atas makna keTuhanan dan alam semesta. Semedi, juga menjadi semacam metode penyucian batin (tazkiyatun nafs) serta berusaha mengelola energi alam.

Dalam bersemedi, manusia bisa jadi akan mengalami seperti apa yang dialami oleh Bima ketika berusaha menjalankan titah mencari Tirta Pawitra dalam cerita Dewa Ruci. Melalui sebuah batas dari tataran syariat, tarekat, hakikat dan makrifat yang disimbolkan dengan beberapa warna cahaya sampai pada batas pencapaian (Kala Bintulu). Atau dalam budaya Jawa dikenal sebagai laku raga, laku budi, laku manah, dan laku rasa. Atau menurut ajaran Mangkunegara IV seperti disebutkan dalam Wedhatama, empat tahap laku ini disebut : sembah raga, sembah cipta, sembah jiwa, dan sembah rasa.
Daya dorong kearah positif dan negatif harus, diselaraskan, diharmoniskan dan selalu dijaga keseimbangannya. Jika daya nafsu bisa kita kendalikan dengan baik, akan sama artinya kita telah bergerak untuk menyatukan diri dengan Tuhan, Hyang Moho Tunggal. Menyatukan disini dalam pengertian ini bukan menyatunya dzat manusia dengan Dzat Tuhan. Manusia tidak perlu menyatukan dirinya dengan Dzat Tuhan, karena Tuhan keberadaan-Nya sudah meliputi segala sesuatu. Yang perlu disatukan adalah “Sifat, Asma dan Af’al “ manusia, agar selaras dengan sifat, asma dan af’al Tuhan yang telah diberikan kepada semua manusia sebagai Kodrad dan Irodad yang sudah ada dalam diri setiap manusia. Jadi tugas manusia hanyalah “menyelaraskan dan menyerasikan“ dengan Kodrad dan Irodad Tuhan. Inilah batas yang ada dalam semedi. Semedi tanpa menyadari adanya batasan diri akan menyebabkan manusia menjadi "owah". Berubah cara pikir dan perasaan terhadap lakuning urip lan kesejatian.
Untuk bisa menyatukan diri dengan Tuhan, manusia dalam berbagai cara melakukan diantaranya adalah dengan cara Semedi yang dalam hal ini manusia harus bisa menyatukan segenap perasaan dan pikiran dengan nafasnya dalam bermeditasi. Puncak dari adanya penyatuan ini biasanya dalam ukuran minim yang bisa terasa adalah timbulnya “ketenangan Jiwa“ dan tentramnya Qalbu. Hanya dengan “mengingat“ Tuhan lah qalbu/hati bisa menjadi tenang.

Salah satu "semedi" dalam situasi, ajaran dan bentuk yang lain adalah Puasa. Puasa atau Poso diserap dari dua kata Sansekerta, yaitu “upa” = dekat dan “wasa” = berkuasa. Jadi “upawasa” biasa dilafalkan sebagai Poso atau puasa, merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bahasa Arabnya shaum atau shiam. Dalam bahasa Inggris “fasting” yang diserap dari kata Jerman kuno “fastan” = menggengam. Puasa dalam bahasa Ibrani tsum, tsom dan “inna nafsyo” yang berarti merendahkan diri dengan berpuasa, sedangkan dalam bahasa Yunani = nesteuo, nestis atau asitia/asitos.

Orang melakukan puasa, bukan hanya karena kewajiban atau karena ketentuan agama saja, bisa juga untuk tujuan politik, seperti yang dilakukan oleh Mahatma Gandhi ataupun Martin Luther King Jr dengan demontrasi mogok makan. Begitu juga kita sering diwajibkan puasa demi kesehatan misalnya sebelum melakukan test laboratorium atau pada saat melakukan detoksifikasi ataupun para penderita diabetes. Begitu juga banyak orang melakukan puasa karena diet, hal ini banyak dilakukan oleh para teenager. Orang berpuasa juga untuk menyatakan rasa duka ataupun karena ingin meraih satu tujuan tertentu. Ada juga orang yang berpuasa sebagai persiapan diri menghadapi suatu tugas khusus misalnya merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu.
Puasa dapat disebut doa dengan tubuh, karena menyangkut seluruh orang dan tingkah laku rohaninya. Puasa dapat memberikan kemantapan dan intensitas pada doa, karena dapat mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendak-Nya dan dapat bermakna mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dan dengan Puasa menolong orang untuk menghindari keserakahan dan bisa merupakan tanda penyesalan, pertobatan. Puasa juga mempunyai akar psikologis yang mendalam, yakni sebagai usaha pemurnian dan sebagai prasyarat mempermudah pemusatan perhatian waktu semedi dan berdoa.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari puasa. Sekurang-kurangnya, kita diingatkan kembali oleh Sang Pencipta arti penting hidup bersama dengan manusia lainnya. Dengan kata lain, makhluk sosial ini tidak akan bisa hidup tanpa ada hubungan baik dengan sesamanya. Ketika puasa, kita dapat merasakan pahit getir menahan lapar dan dahaga. Padahal penderitaan ini hanya sesaat, yaitu sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari. Buat fakir miskin kesengsaraan ini dijalani sepanjang hayatnya. Melalui cara ini, mata batin kita akan peka, naluri ingin menolong akan semakin sensitif dan kepedulian kita kepada semua manusia akan semakin baik. Semoga, dengan Puasa, kita bisa terlahir kembali menjadi sesosok insan yang memahami adanya “batas”. Batas pencapaian tujuan, batas hidup, batas kemampuan dan batas diri lainnya. Juga memahami bahwa hidup di dunia ini hanya sesaat karena kesejatian hidup adalah ketenangan jiwa yang mengarah pada pendekatan diri terhadap Sang Khaliq.

Kudeta Cuci Tangan ( Bag 1): Preman Jadi Rezim

Kitab Pararaton dan Nagarakertagama adalah naskah yang paling banyak menjadi rujukan ahli sejarah dalam menggali lebih jauh tentang situasi social politik Kerajaan Jawa masa itu. Diantaranya Singasari dan Majapahit.

" Nabok nyilih tangan" (menampar dengan cara pinjam tangan) sepertinya sudah menjadi tradisi perpolitikan Indonesia sejak jaman raja-raja hingga kini. Tujuannya tentu saja agar mereka yang terlibat seakan-akan tidak berdosa dan terhindar dari effect negative. Bahkan celakanya,  tidak jarang para penampar dianggap berprestasi dan layak mendapatkan  apresiasi .

Berikut ini secuplik strategi cuci tangan yang pernah terjadi dan cukup populer di dasarkan kitab Pararaton dan Nagara Kertagama :

Ken Arok : Preman Yang Jadi  Rezim.

Ken Arok awalnya hanya seorang begundal dan pimpinan bandit pinggiran desa. Bosan menjadi begal, Ken Arok lantas merantau ke kota dan berhasil masuk dalam seleksi prajurit Kadipaten Tumapel. Karir sebagai penjaga kraton adipati sangat memungkinkan pemuda yang sejak bayi dibuang di pekuburan ini menjadi tahu banyak tentang jeroan kraton, termasuk kecantikan Ken Dedes, istri sang Akuwu (Adipati).

Niat banditnya muncul kembali gara-gara angin keras menempis kain Ken Dedes.  Kontan paha mulus  anak Mpu Purwa itu jadi santapan jalang mata Ken Arok.  Akibatnya bisa di duga, hampir tiap malam Ken Arok terpaksa bekerja keras menahan birahinya teringat erotisme itu.

Pada satu titik yang tak lagi tertahan, Ken Arok berangkat ke desa Lulumbang  ( sekarang Wlingi – Blitar) untuk bertemu seorang pembuat keris tersohor kenalan ayah angkatnya Bango Samparan . Mpu Gandring di order membuat keris super sakti yang akan digunakannya untuk membunuh Tunggul Ametung, suami Ken Dedes sekaligus merebut kekuasaan kadipaten.

Mpu Gandring kemudian menjanjikan waktu 7 bulan produksi karena keris yang akan dibuatnya berbahan dasar bijih batu meteor. Ken Arok menyepakati hal tersebut.

5 bulan kemudian Ken Arok diangkat menjadi komandan kompi yang punya akses lebih dekat pada kediaman inti Tunggul Ametung. Posisi ini makin membuat Ken Arok bisa lebih sering secara diam-diam, memandangi tubuh Ken Dedes yang mulai bahenol karena hamil muda.   Tak tahan menunggu waktu yang telah disepakati, Ken Arok menemui Mpu Gandring untuk meminta keris. Namun karena belum 100 persen jadi, Ken Arok malah marah dan membunuh  sang empu. Sebelum tewas, Empu Gandring mengeluarkan kutukan bahwa 7 orang akan mati oleh keris tersebut.

Strategi cantik mulai dilakukan oleh Ken Arok setibanya di asrama prajurit. Keris Mpu Gandring ditunjukkan pada teman  dinasnya yang bernama Kebo Ijo. Sebagai fans berat benda-benda pusaka, Kebo Ijo nampak  takjub meski bentuknya menyeramkan karena belum jadi benar. Belakangan Kebo Ijo bahkan meminta ijin pada Ken Arok untuk meminjamnya dengan alasan agar struktur keris bisa dipelajari lebih jauh. Menyadari umpannya telah termakan, Ken Arok dengan senang hati mempersilahkan.

Berhari-hari Keris Mpu Gandring tidak berusaha diminta kembali oleh Ken Arok.  Sebaliknya, Kebo Ijo malah berasumsi bahwa keris tersebut diberikan secara cuma-cuma  atas nama perkawanan. Maka dengan percaya diri,  Kebo Ijo memperkenalkan keris Empu Gandring sebagai miliknya kepada kolega maupun mereka yang tergabung dalam kompi kawal dimana dirinya berdinas.

Hingga tibalah suatu hari dimana Tunggul Ametung baru saja pulang dari menghadap atasanya, Prabu Kertajaya di Kadiri.  Karena kelelahan selepas menempuh perjalanan jauh, Tunggul Ametung lelap tertidur, demikian juga pasukan pengawalnya yang saat itu dipimpin oleh Kebo Ijo.  Dengan gesit Ken Arok mencabut keris Empu Gandring di pinggang Kebo  Ijo lalu menyusup ke kamar adipati. Sekali tusuk, Keris Empu Gandring bersarang di tubuh Tunggul Ametung tanpa suara. Keris lalu dibiarkan tetap menancap  begitu saja. 

Dini hari pagi seluruh kadipaten gempar.  Sejumlah sesepuh menganggap pembunuhan telah dilakukan oleh Kebo Ijo berdasarkan bukti keris yang menancap. Maka Ken Arok yang mendapat piket pagi langsung bertindak cepat mencabut keris di dada Tunggul Ametung. Kebo IJo yang masih terkantuk-kantuk dan belum menyadari apa yang terjadi langsung dihujami tusukan.

Dengan demikian,salah satu politik cuci tangan telah berlangsung di Nusantara. Karena dianggap berjasa, Ken Arok lantas diangkat menggantikan kedudukan Tunggul Ametung sekaligus memperistri Ken Dedes.

Kelak, di tahun 1222, Ken Arok memberontak kepada Kadiri dan mendirikan Kerajaan bernama Singasari.