.

8 Sep 2011

Istana eropa di jawa

KERATON MANGKUNEGARAN: ISTANA EROPA YANG NYASAR DI JAWA




100_0481

Solo punya dua keraton yang ciamik banget, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Keraton Kasunanan terkenal karena sejarahnya yang panjang dan kemistisannya, sementara Keraton Mangkunegaran terkenal karena keindahan arsitekturnya. Kali ini aku menyambangi Keraton Mangkunegaran 
 Dan harus kuakui, kunjunganku ini sama sekali nggak mengecewakan (walaupun ada beberapa tempat yang nggak dibolehin difoto).



Istana Mangkunegaran dibangun pada tahun oleh Raden Mas Said atau yang juga dikenal dengan nama Pangeran Sambernyowo pada tahun 1757 M. Konon julukan Pangeran Sambernyowo diberikan oleh Belanda karena musuh2 yang dihadapi oleh RM Said selalu keok. Sejak masih berumur 16 tahun, RM Said emang udah gigih melawan penjajah. Akhirnya untuk meredam pemberontakan, Belanda pun mengadakan Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 dan mengangkat RM Saidmenjadi Sultan Mangkunegaran I. Raja atau sultan yang menjabat saat ini adalah KGPAA (Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati) Mangkunegaran IX.

Tiket masuknya 10K IDR saja plus tips buat guide. Kalo buat bule, tiketnya 15 K IDR alias sekitar 1 euro (cailah, gayanya hehehe). Perhatiin jam bukanya ya. Keraton ini menerima turis setiap hari Senin-Sabtu pukul 09.00-12.00 namun hari Minggu buka agak lama dari jam 09.00-13.00. Jangan dateng jam 3 pagi, jelas nggak bakal dibukain pintu hehehe.

Sebelum memasuki kawasan keraton, kalian akan melihat gerbang di depan alun-alun ini.

100_0487
Gerbang ini dulunya nggak simpel kayak gini. Zaman penjajahan tempo doeloe dulu, gerbangnya lebih meriah, kayak gini.

gerbang-mangku
Wah keren ya. Oya, singa adalah lambang kerajaan buat Keraton Mangkunegaran. Di dalam entar juga ada patung singa yang keren banget (entar kuceritain). Beda sama keraton Yogya dan Kasunanan, di sini nggak ada pohon beringin raksasa. Sebagai gantinya, ada pohon asam yang umurnya sudah sangat tua di sini.

100_0642
Di sini juga ada gedung kavaleri-artileri yang dulu digunakan sebagai markas pasukan berkuda. Bangunannya kolonial banget, sayang terbengkalai gitu. Letaknya menghadap ke barat jadi pas banget kalo mau foto sunrise.

100_0060
Nah, di sini ada gerbang besi yang besar. Dari gerbang itu, kalian sudah bisa melihat joglo keraton yang tampak besar. Namun jalan masuknya bukan dari sini, soalnya gerbangnya selalu tertutup dan hanya dibuka buat masuk tamu penting (backpacker jelas bukan termasuk hehehe). Jadi, masuknya lewat bangunan yang ada di sebelah kiri gerbang ini.

gerbang mangkunegaran
Nah, di sini aku langsung disambut ibu2 resepsionis (sejak kapan ya keraton ada resepsionisnya). Kata ibu-nya, aku entar didampingi sama guide. Tipsnya juga dikasih seikhlasnya (dari pengalamanku, istilah “seikhlasnya” artinya ikhlas nggak ikhlas tetep kudu ngasih). Awalnya sih aku agak keberatan bayar guide segala, tapi begitu ibu-nya memanggil sang guide…wow, ternyata guide-nya adalah anak SMK Pariwisata yang lagi magang dan ehm…ehm…manis banget. Hehehe suit…suit…Boleh nih.

Jantungku langsung dag dig dug begitu Mbak-nya ini mengantarku masuk wilayah keraton (dasar, payah backacker beginian). Anehnya, mbak ini juga membawa serta dua tas kresek item. Ternyata saat memasuki joglo dan bagian dalam keraton, alas sepatu kita kudu dilepas. Nggak heran sih, soalnya di Keraton Kasunanan peraturannya juga sama. Tapi enak kok jalan di dalam joglo, adem.

Beginilah suasana di depan joglo. Ada sebuah air mancur dengan patung putty (bocah kecil yang chubby, hiasan khas di Istana bergaya baroque) menunggangi seekor angsa. Dari jauh kayak angel lho. Duh, romantis banget hehehe. Apalagi guide-ku masih cewek ABG gini. Tinggal lari2 dan jadi film India nih hehehe.

100_0462

100_0472

Dan istananya, buseeeet…ini di Solo apa Perancis? Soalnya arsitektur joglonya gabungan antara gaya tradisional Jawa sama Eropa. Joglonya sih jelas Jawa, tapi detailnya baroque banget. Apalagi bagian depannya dicat emas gini. Ini dia foto-fotonya.

100_0467 (2)
100_0459
100_0451 (2)
Keren khan? Begitu memasuki joglo, aku langsung melihat patung empat ekor singa emas menjaga istana ini dengan gagahnya. Kata mbak-nya, patung2 leo ini buatan Belgia. Hmm…percaya aja deh hehehe.

100_0452
100_0453

Bagian depan joglo ini namanya pendapa. Lantainya asli keramik Italia, sayang warnanya kusam. Setelah dijelasin mbak-nya, dulu warna keramik ini putih, tapi jadi kusam begini setelah terkena bencana banjir besar yang pernah menimpa Solo.

Ornamennya sangat bergaya Eropa. Bayangin, di atas gamelan yang Jawa banget, ada lampu emas dengan figur malaikat kecil.

100_0458
Di bagian pusat pendapa ini terdapat empat tiang yang dinamakan soko guru. Nah, ukuran soko guru ini cukup besar. Katanya kalo kita bisa memeluk soko guru ini keinginan kita jadi kenyataan. Kata mbak-nya aku disuruh nyobain, tapi nggak ah…malu hehehe (yah, emang suruh meluk apaan???).

100_0456
Nah, soko guru ini menyokong langit2 yang cukup unik karena berwarna-warni. Kata mbak-nya, tiap warna ada filosofinya sendiri2 lho.

  • warna kuning mencegah kantuk
  • warna biru menghalau musibah
  • warna hitam mencegah rasa lapar
  • warna hijau mengobati depresi
  • warna putih meredam nafsu seks (birahi)
  • warna oranye mengatasi ketakutan
  • warna merah menghalau setan
  • warna ungu menghalau segala yang jahat

Wah, mbak guide-nya apal semua….jadi salut (aku-nya manggut2 sambil nyatet2). Konon bagian atap2 ini dilukis oleh pelukis Cina yang dibantu pelukis Belanda bernama Karsten. Oya, ada yang unik juga. Di sekeliling tumpang sari, dilukis lambang2 dari 12 zodiak. Wah, keren.

100_0457
Setelah melewati pendapa, aku lalu sampai di bagian yang dinamakan paringgitan. Detail pilarnya cukup membuatku tercengang.

100_0402
Bagian paringgitan ini juga terbuka, sama kayak pendapa. Kata mbak-nya, tempat ini digunakan untuk pementasan wayang kulit. Yang membuatku tertarik, di sini ada empat patung emas, namun kali bukan patung2 singa melainkan patung cewek2. Dua patung di depan berasal dari cina dan dua patung di belakang dari Eropa. Di atas patung2 ini ada kain ungu yang digunakan untuk menutup patung. Mbak-nya guide juga nggak tau kenapa patung2 itu kadang mesti ditutup.

Oya banyaknya hiasan bergaya Eropa sempat membuatku bertanya2. Keraton ini kan kerajaan Islam dan setahuku Islam melarang penggunaan figur2 manusia dan hewan (yang justru berceceran di istana ini). Nah, jawab mbak-nya, walaupun kerajaan Islam, keraton di Jawa Tengah masih bersifat “kejawen” jadi berakulturasi ama budaya Hindu-Buddha dulu. Tradisi kejawen ini juga masih bisa kita lihat pada pemberian sesaji dsb. Oya, ini foto dua cewek yang tadi kuceritain.

100_0401  100_0403

Begitu nyampe di rumah dan lihat hasil fotonya di laptop, aku langsung nepuk jidat. Bego banget, patungnya bagus gini kenapa nggak aku close up wajahnya. Pasti artistik banget. Padahal dari dulu kepengen foto patung2 angel di Monumen Prasasti (kuburan Belanda) di Jakarta aja belum kesampaian, yang ini mah malah lebih keren, warnanya emas lagi. Aduh, sumpah nyesel banget. Jadi pengen balik lagi, tapi 10 ribunya plus biaya guide-nya…huaaaaaaaaaa (ketauan kere-nya).

Back to keraton. Di paringgitan ini juga terdapat lukisan raja sekarang dan istri beliau. Nah, yang buatku agak serem adalah lukisan ratu (istri sultan) yang bergaya realis. Dah kayak foto beneran. Apalagi busananya Jawa gitu (kayak Susana)…serem ah. Ada juga foto nenek dari sultan yang konon pas dibuat, lukisan itu disebut sebagai lukisan wanita paling cantik di Nusantara. Sayangnya, saat aku memoret lukisan2 itu, hasilnya ternyata agak kabur semuanya. Nggak tahu apakah itu karena ada “something” yang berbau gaib apa tanganku yang keder gara2 megang camdig baru. Coba aja pembaca membuktikannya sendiri.

Nah, di dalam pringgitan ada pintu bergaya Perancis yang indah dan terbuat dari kaca.

100_0409
Di situ kita bisa masuk ke bagian dalam joglo yang bernama ndalem. Nah, di ndalem ini, kita dilarang memotret. Kalo ada larangan2 kayak gitu, mending diturutin aja sob. Soalnya aku sering denger cerita2 dari temen, kalo tetep nekad biasanya foto kita bakalan nggak jadi (pengalaman di Bali dulu). Hiiiy….

Bagian ndalem terakhir digunakan untuk pernikahan Mbak Menur dengan Sarwana. Namun saat kukunjungi, bagian ini lebih mirip museum soalnya banyak barang milik keraton yang di-display di sana. Koleksinya ada banyak banget, kayak senjata (keris, pedang, samurai), perhiasan, kristal, miniatur dan masih banyak lagi. Kebanyakan dari barang2 itu adalah pemberian atau hadiah dari kepala2 negara kayak Ratu Yuliana, Raja Thailand, Filipina, dsb. Walaupun nggak bisa foto2, aku tidak kecewa, sebab banyak cerita menarik yang kudapat di sini, kebanyakan cerita mistis.

  • Ada alat unik bernama “badong” yang mirip koteka. Nah, alat ini hanya bisa dipakaikan oleh permaisuri bila takut suaminya berselingkuh saat pergi berperang dsb. Konon, permaisuri akan mengucapkan mantra tertentu dan alat ini akan mengunci secara otomatis. Wow! Alat ini terbuat dari emas dan ada juga yang buat perempuan lho!
  • Ada peralatan menari Bedhaya Ketawang yang hanya bisa ditarikan oleh gadis yang masih perawan. Sebelum menari pun syaratnya kudu puasa 3 hari dulu.
  • Ada mata uang yang unik, bentuknya bulat kecil seperti gotri, tapi terbuat dari emas asli.
  • Ada tiga batok yang dipajang bersama keris2, konon batok ini sangat sakti sebab dapat mengeluarkan mata air.
  • Pada bagian tengah ndalem ada sebuah panggung untuk bersemedi. Di bagian belakangnya terdapat krobongan, yaitu tempat untuk menyimpan barang pusaka. Tempat ini nggak boleh lancang dinaiki (ada  rantai pembatasnya, udah kayak bank aja).
  • Di atas krobongan terdapat bangunan berbentuk matahari yang disebut surya sumirang. Konon, pusaka ini amat sakti sebab bisa mengeluarkan cahaya bak matahari beneran (padahal bukan lampu atau apa).
  • Maklum raja, jadi asbak dan tempat meludah pun dari emas asli (hiks). Di sini juga ada kotak perhiasan yang bagian luarnya juga terbuat dari permata asli (suer, baru kali ini liat permata asli).
  • Ada benda serupa raket ping pong. Ternyata itu tembaga asli dan berfungsi sebagai cermin. Konon dulu nggak ada kaca, jadi kalo mau berias, cermin tembaga itu tinggal diberi air dan langsung bisa buat ngaca. Padahal tembaganya keruh lho, keren,
  • Ada alat bernama cengkalan yang digunakan oleh anak raja sehabis sunat. Sumpah aku nggak pengen tau cara makainya gimana.
  • Ada tongkat aneh dari kayu yang bentuknya berulir. Waktu aku nanya, ternyata itu dinamakan “pring pethuk” dan fungsinya cukup berbau gaib. Kalo ada maling masuk ke keraton, konon benda ini akan membuat maling itu nggak bisa keluar dari kraton dan cuma berputar2 saja nggak bisa nemuin jalan keluar. Kayaknya aku pernah deh denger cerita kayak gini pas kecil.
  • Perempuan di kraton pun boleh pegang senjata. Senjatanya dinamakan cudrik, yaitu sejenis pisau kecil yang multi fungsi, bisa dipakai buat sanggul juga. Wah, senjata rahasia nih.

Sekeluarnya dari ndalem, aku langsung bisa bebas foto2 dan makai sandal lagi. Bagian ini dinamakan baluwarti dan dilengkapi kursi2. Ini dia foto2nya (dari sini blog-ku berubah dari blog backpacking ke blog desain interior).

100_0415
100_0416

100_0417
100_0418

Di sini juga ada taman yang nyaman banget. Dari sini ada jalan menuju bagian istana yang dijadikan tempat kediaman raja dan keluarganya, tapi tentu kita tidak boleh masuk. Aku terus nanya mbak-nya, selama jadi guide di sini pernah ketemu ama raja nggak. Katanya, walaupun ketemu kita tetep harus menunduk sebab kita nggak boleh menatap langsung wajah raja. Hmm…masih segitunya ya?

Di sini aku juga nemuin linga yoni ini di tengah taman.

100_0420
Mbak guide lalu membawaku ke bangunan yang bernama Pracimayoso. Di depannya ada kolam dengan hiasan patung singa ini.

100_0422
Nah bangsal Pracimoyoso digunakan untuk pertemuan. Banyak kursi2 bergaya Eropa ini.

100_0423
100_0427

Bagian belakang bangsal Pracimoyoso bisa disewakan lho untuk rapat dll bila diinginkan. Di sini ada hiasan kaca patri yang sangat indah dan hiasan ukiran gading yang menceritakan Epos Ramayana. Melihat detailnya aku langsung terkagum2, apalagi setelah dikasi tau ini buatan asli anak bangsa, tepatnya dari Bali.

100_0430
100_0433

Setelah puas berfoto2 di Pracimoyoso, aku lalu melewati lorong yang dipenuhi barang2 antik ini. Nah, ini lho mbak guide yang kuceritain hohoho.

100_0442
100_0440   100_0443

100_0446
Di sini juga ada toko suvenir yang menjual batik2 (dari bau2nya kayaknya mahal). Waktu ditawarin mampir buat beli oleh2, aku langsung menolak (maklum nggak bakat belanja di butik, kalo mau nyari batik biasanya ke Klewer doang hehehe).

100_0445
Setelah melewati toko suvenir itu, kita langsung keluar melalui pintu samping dan ketemu lagi joglo yang tadi. Kata mbak-nya acara jalan2nya dah selesai (yaaaaaaaaah…kecewa mode on). Akhirnya setelah memberikan tips seikhlasnya (jarang lho aku ikhlas ngasih tips hehehe), akhirnya aku pulang dengan hati gembira (kok jadi mirip karangan anak SD gini). Singkat kata, nggak nyesel deh kalian menyambangi keraton ini kalo mampir ke kota Solo.



WARNING! WARNING!

ABIS DARI KERATON MANGKUNEGARAN LANGSUNG PULANG? RUGI BANGET!!!

Yap, emang rugi banget kalo kalian nggak sekalian menyambangi Masjid Mangkunegaran dan Koridor Ngarsopuro. Masjid Mangkunegaran adalah masjid tua yang bisa kalian capai dengan berjalan kaki dari pintu barat keraton. Di sebelah kanan jalan, kalian akan langsung melihat tembok pembatas masjid yang khas banget. Masjid ini adalah salah satu dari masjid2 tertua di Solo dan konon diarsiteki orang Perancis. Kebalikan dengan gedung Belanda kavaleri tadi, bagian depan masjid ini menghadap ke timur jadi pas banget buat foto sunset.

100_0085
Tempat lain yang juga nggak boleh dilewatin adalah Koridor Ngarsopuro. Ngarsopuro adalah jalan yang berada tepat di depan Keraton Mangkunegaran. Di sini terdapat Pasar Windu Jenar yang menjual barang antik. Aura artistik langsung terpancar dari bangunan, penataan, serta art work yang berjajar di sepanjang jalan ini. Kalo pas malam minggu juga selalu diadakan pasar malam di sini. Untuk Ngarsopuro ini, aku pernah membuat postingan khusus di sini. Nah, jadi jangan dilewatkan ya!

100_0488