.

1 Agu 2015

ruwatan

Ruwatan Kesejahtraan
Terapi Tradisi Mistik untuk membuang kesialan hidup
Banyak orang yang mengaku bisa meruwat, membuka aura atau cakra agar seseorang meraih kesuksesan hidup. Benarkah bisa berhasil? Atau hanya sugesti saja?
Bodoh sekali jika Anda masih tertarik dengan iklan dukun yang menawarkan hal semacam itu. Percayalah, nasib Anda sepenuhnya ditangan Anda. Anda harus mengubahnya sendiri. Jangan terlalu mengandalkan paranormal. Bisa-bisa, Anda tertipu!
Dalam kehidupan ini, kita sering mengalami pasang surut. Keberuntungan hidup menjadi hal yang misterius. Layaknya kupu-kupu yang terbang menjauh ketika kita mengejar-menangkapnya, dan justru hinggap di taman rumah disaat kita diam tak mengejarnya. Menurut orang bijak, rezeki tak dapat diburu, melainkan manusialah yang diburu rezeki.
Mengapa? Andaikan rezeki itu dapat diburu, maka di dunia ini tidak ada orang yang miskin, karena pada hakekatnya tidak ada orang yang ingin hidup miskin. Keberhasilan hidup ditentukan oleh sebab-sebab yang amat kompleks. Ada orang kaya karena sifat licik dan bakhil, ada pula yang kaya karena jujur dan dermawan.
Terlepas dari urusan takdir, keberhasilan lebih berpihak pada orang yang didekati keberuntungan. Karena itu, orang yang merasa dirinya kurang beruntung, berupaya menempuh berbagai cara, termasuk diantaranya adalah ikhtiar batin. Misalnya, dengan berdoa, berpuasa dan melakukan ruwatan yang diyakini mampu menghilangkan banyak hal yang menyebabkan keberuntungan tidak berpihak padanya.
Menghilangkan kesialan hidup dan mengundang keberuntungan harus dilakukan dengan sesuatu yang diyakini. Orang Jawa menghilangkan energi negatif atau kesialan, sukerta dan sengkala dengan menyelenggarakan pagelaran wayang kulit dan memotong rambut. Sedangkan para santri lebih yakin dengan ritual semacam puasa, berdoa dan bersedekah, bahkan dalam upaya membuang sial dan meraih keberuntungan itu ada juga orang yang memilih cara merubah posisi rumah atau tempat usahanya yang diyakininya dapat membawa hoki/keberuntungan.
Tulisan ini membahas cara-cara batin, yaitu, bagaimana mendatangkan keberuntungan dan menjauhkan kesialan hidup. Dengan demikian, seseorang dapat menempuh hidup dengan sejahtera. Cara-cara ruwatan ini sengaja saya tulis di website agar mempermudah siapa saja yang merasa perlu ruwatan dan tidak ingin tertipu oleh paranormal yang mengaku bisa meruwat tapi malah membuat Anda melarat karena untuk ritual ruwatan sang paranormal meminta mahar yang memberatkan.
Berikut ini adalah cara-cara meruwat diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Beberapa pembaca website ini melaporkan setelah 40 hari menjalankan salah satu Terapi Ruwatan dari saya ini, kesejahtraan meningkat, rezeki lancar dan keberuntungan selalu memihak.
Terapi Ruwatan I
Bagi yang meyakini ajaran para leluhur (kejawen) melakukan puasa pada hari weton, diyakini mampu mendekatkan pada keberuntungan dan menjaukan kesialan. Yang dimaksud dengan puasa weton adalah puasa 1 hari pada hari dan pasaran kelahirannya berdasarkan kalender Jawa. Misalnya, orang yang lahir pada hari Senin Pon, maka setiap datang hari Senin Pon dia melakukan puasa.
Bagi yang mampu, puasa weton dapat ditingkatkan dengan puasa “Apit Weton”. Yaitu, puasa selama 3 hari. Menjelang hari kelahiran, tepat pada hari kelahiran, dan setelah hari kelahirannya. Dalam berpuasa weton atau apit weton itu masih ada tambahan ritual yang apabila dlakukan akan menambah manfaat dari puasa tersebut, yaitu :
• Tidak tidur sore. Tidurlah setelah tengah malam.
• Sahur dan buka dengan makan dan minuman yang tidak mengandung bahan dari binatang (daging, susu, keju, dll).
• Mengasingkan diri untuk lebih memusatkan perhatiannya kepada ibadah (dzikir/wirid) memohon kepada Allah SWT.
Menurut para leluhur jawa, segala hajat insya Allah dapat diraih dengan rajin melakukan puasa weton maupun apit weton ini, baik hajat yang berkaitan dengan ilmu, harta, jodoh, ketentraman batin, derajat dan sebagainya
Terapi Ruwatan II
Cara kedua ini lebih dekat dengan puasa yang dianjuran oleh agama islam. Yaitu, menjalankan puasa sunnah Senin – Kamis atau puasa pada pertengahan bulan, tanggal 13, 14, dan 15 berdasarkan kalender hijriyah.
Puasa Senin–Kamis lebih berat dilakukan karena dalam 1 bulan melakukan puasa 9 hari. Puasa pada pertengahan bulan lebih ringan karena hanya puasa 3 hari dalam sebulan. Ini sebanding dengan puasa apit weton. Sedangkan yang paling ringan adalah puasa weton karena hanya puasa 1 hari dalam 36 hari.
Para leluhur kita sering menasihati anak cucunya untuk tetap bertahan dengan laku prihatin. Karena mereka yakin, dengan laku prihatin itu, seseorang akan ditempatkan oleh Tuhan pada tempat yang terpuji. Tradisi berpuasa untuk mencapai derajat yang lebih mulia adalah tradisi semua makhluk.
Misalnya, ulat, hewan yang gatal dan menjijikkan, ketika ingin merubah nasibnya menjadi kupu-kupu, juga bertapa dalam kepompong. Maka, ulat yang semula berjalan merangkak, gatal dan menjijikkan bahkan makannya pun dari dedaunan, lalu diangkat derajatnya menjadi kupu-kupu yang indah bentuknya, dapat terbang tinggi dan makannya pun dari nektar atau sari bunga. Seharusnya hal ini menjadi pelajaran bagi kita agar kita tidak terbuai oleh impian cepat menjadi kaya tanpa mau bekerja keras.
Nah, manusia yang ingin merubah nasibnya, dari yang semula dibawah hingga dapat terbang tinggi, dari yang semula hanya makan daun berubah makan yang lebih enak, dari yang semula membuat takut (jijik) orang yang memandangnya menjadi yang sedap dipandang, hendaknya rajin berpuasa. Dan ingat hakekat puasa bukanlah sekedar tidak makan dan minum, melainkan mengendalikan segala gejolak emosi, nafsu dan niat jahat yang kadang menyelimuti diri.
Terapi Ruwatan III
Kesialan terjadi karena adanya hijab atau dinding yang menyelimuti hati manusia. Hati yang terdindingi menyebabkan pancaran aura gaibnya tertahan. Dan karena dinding itu pula, potensi alamiah yang ada dalam jiwa manusia itu kurang atau bahkan tidak berfungsi.
Agar hati selalu memancarkan nur atau cahaya yang mengantarkan manusia pada posisi yang baik dan selalu beruntung, dapat diupayakan dengan segala aktivitas yang bertujuan untuk membersihkan hati. Diantara cara itu adalah laku prihatin, semisal puasa sebagaimana sudah dijelaskan pada bab diatas. Namun ada juga ajaran para leluhur untuk menggugah (membangunkan) hati melalui “mantra” sebagai berikut.
Bismillahir rahmaanir rahiim
Ati–ati siro tangi
Amoco layang puspo kati
Sanyang surya sanyang sasi
Byar padhang badan jasmani
Padang saking kersaning Allah
La ilaha illallah Muhammadar rasulullah.
Doa ini dibaca pagi hari di depan rumah sembari menanti terbitnya matahari dan sore hari sambil menanti datangnya waktu mahrib. Dan orang-orang tua zaman dulu yang mengamalkan Doa Padhang Ati ini mengawalinya dengan puasa mutih selama 7 hari. Mutih adalah tidak makan makanan yang berasal dari mahluk bernyawa/binatang.
Dengan mendahuluinya dengan laku prihatin, sama halnya dengan mempersiapkan dan memebersihkan wadah atau tempat, dengan harapan isi yang akan masuk itu menjadi lebih bersih.
Terapi Ruwatan IV
Cara membuang sial yang ke-empat ini adalah buang terapi ala santri. Caranya jauh lebih sederhana, namun terkadang berat jika mengamalkannya secara rutin, yaitu, melakukan perbuatan yang baik secara istikomah, walau itu perbuatan yang kecil.
Semisal, pada hari Jum’at bersedekah. Walau jumlahnya hanya Rp. 1.000,- Ada yang rutin membaca Surat Yasin, Waqiah, melakukan puasa sunnah Senin–Kamis, bershalawat kepada Nabi, dan itu dilakukan setiap hari, dengan tetap menjaga kerutinan dan keutuhannya, termasuk dalam jumlah yang harus diselesaikannya.
Melakukan kebajikan secara rutin atau istiqomah mencerminkan kesungguhan hati dan dapat mengantarkan seseorang pada tingkat karomah (kemuliaan). Perbuatan itu termasuk yang disukai oleh Allah SWT.
Dalam hadis Nabi SAW bersabda: Allah sangat senang kepada seorang hamba yang bila bekerja ia melakukannya dengan sungguh-sungguh. Dan amal perbuatan yang disenangi Allah adalah yang dilakukan terus-menerus sekalipun kecil (sedikit).”
Banyak orang mencapai keberkahan hidup dan ketika ditanya apakah rahasia sukses yang dipegangnya, ia menjawab: Aku melakukan suatu amalan secara istiqomah. Nah, jika Anda ingin didekati keberuntungan dan dijauhi kesialan, silakan penjelasan ini dikembangkan sendiri. Apakah anda (hanya) mengamalkan sedekah, walau sedikit namun rutin, membaca shalawat Nabi dengan jumlah yang rutin, atau kebajikan lain yang anda yakin dapat merutinkannya.
Terapi Ruwatan V
Cara Ke–5 ini bersumber dari penemuan yang dilakukan oleh para ahli mistik Barat. Menurut penelitian yang dilakukan, ada energi alam yang terdapat dalam bunga-bungaan yang sangat bagus untuk mencerahkan energi batin manusia.
Penelitian dengan foto aura bahwa orang yang melakukan mandi bunga, cakra-cakra sebagai pusat energi menunjukkan adanya perubahan yang positif. Yaitu, yang semula cakra itu acak-acakan, berubah menjadi sempurna (bundar).
Mandi bunga yang benar dilakukan setelah mandi air garam. Bedanya dengan mandi bunga ala tradisional yang lebih menjolkan unsur mistisnya, mandi bunga secara modern diawali dengan aktivitas melayukan bunga itu pada air. Yaitu, memasukkan berbagai bunga dan menjemurnya pada panas matahari minimal 3 jam. Setelah airnya dingin baru digunakan untuk mandi.
Bunga yang layu itu, energinya akan menyatu dengan air. Nah, energi itulah yang difungsikan untuk penenangan dan mencerahkan cakra-cakra. Karena itu, mitos tentang mandi bunga yang diyakini mampu mendatangkan keberuntungan pun dapat diterima menurut versi ini.
Berdasarkan penelitian, mandi air garam yang secara metafisika diyakini mampu membuang energi negatif dan secara biologis dapat mematikan virus dan bakteri, dilanjutkan dengan mandi bunga, sangat bermanfaat bagi orang yang jiwanya terhalangi oleh energi-energi negatif yang menyebabkan auranya tertutup.
Menurut ilmu metafisika, ibarat tubuh manusia itu besi yang mulai berkarat, mandi air garam berfungsi untuk melarutkan kerak atau karat itu. Sedangkan mandi bunga berfungsi untuk mengkilatkannya. Karena itu, untuk mendapatkan hasil yang optimal, keduanya harus dilakukan. Untuk sebuah terapi, mandi bunga dan garam dilakukan minimal 3 kali dalam 1 Minggu.
Terapi Ruwatan VI
Orang yang hidup jauh dari keberuntungan, selalu dirudung kesialan, berdagang bangkrut, bertani diserang hama, jadi nelayan tidak dapat ikan, buka praktek tidak ada pasien, dan segala yang tidak menyenangkan itu, agar dapat keluar dari kesialan itu, hendaknya banyak mawas diri.
Kesialan terjadi disebabkan oleh banyak faktor. Selain faktor jatah atau ketentuan dari Tuhan, ada juga karena kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan pada masa yang lalu. Menurut kepercayaan, orang yang didekati kesialan adalah orang yang menjalani hidup secara tidak normal. Diantaranya:
• Durhaka kepada orang tua dan guru.
• Memakan harta anak yatim.
• Merusak ketentraman rumah tangga orang lain.
• Memanfaatkan barang milik umum untuk kepentingan pribadi.
• Menarik harta yang sudah diwakafkan, dan
• Segala hal yang keluar dari garis agama.
Sedangkan hal yang menyebabkan dekatnya seseorang dengan keberuntungan adalah apabila ia melakukan perbuatan yang serba baik. Diantaranya: Berbakti kepada orang tua dan guru, menyantuni anak yatim, menjaga kehormatan dan hak orang lain, berderma bagi kepentingan umum, ikhlas dengan harta yang sudah diwakafkan dan sebagainya.
Idealnya, pembersihan diri hendaknya dilakukan bersamaan antara upaya batin (berupa amalan) dan upaya lahir (tindakan). Dengan demikian, selain rajin puasa, berdoa, harus disertai berbuat yang baik dan menjauhi segala yang dilarang oleh agama. Ritual batin yang tidak diimbangi keinginan merobah prilaku, ibarat baju yang selalu dicuci, namun setiap saat baju itu dikotori dengan tanah.
Konsep apapun, posisinya seperti pil/tablet, yang memberiakan reaksi positif jika disertai dengan keinginan untuk merubah pola hidup lebih baik dan sehat. Ritual apapun jika dilakukan tanpa adanya keinginan untuk memperbaiki diri, ibarat anda mengkonsumsi madu murni, namun jika bersamaan dengan itu anda suka melakukan begadang dan menggunakan obat-obat terlarang, maka madu itu pun tidak ada manfaatnya bagi kesehatan anda.
Rahasia 40 hari
Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa barangsiapa membersihkan dirinya kepada Allah SAW selama 40 hari maka akan memancar dari hati dan lisannya sumber-sumber hikmah.
Cara membuang sial dan meraih keberuntungan dapat dilakukan dengan laku 40 hari, yaitu setiap usai shalat subuh dan isyak membaca wirid, sebagai berikut.
• Ya Allah Ya karim, ya rahman ya rahim, ya qawiyyu ya matin x 41.
• Allahumma shalli ‘alaa Muhammad x 41 x.
• Membaca Alfatihah sekali. Khusus pada kalimat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in diulang 41 kali.
• Hasbunallahu wa ni’mal wakil x 125.
• La haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adziim. x 41.
• Ya Allah, hamba mohon segala persoalan saya beres dan berkah. Amin.
Selama mengamalkan wirid ini disertai dengan menjalani prilaku yang bersih. Selama 40 hari harus banyak berbuat baik, bertobat dan menjauhkan diri dari maksiat. Jika memungkinkan lakukanlah selalu salat berjamah selama 40 hari itu. Insya Allah apa yang anda kehendaki akan berhasil.