.

25 Jan 2013

JUNJUNG DERAJAT

Secara umum yang disebut Keris Junjung Derajat adalah berasal dari jenis keris yang bertuah kerejekian. Istilah Keris Junjung Derajat di atas bukanlah keris-keris berpamor Junjung Derajat, tetapi ditujukan untuk keris-keris kerejekian yang tuahnya diperuntukkan bagi orang-orang yang bekerja sebagai karyawan / pegawai di pemerintahan ataupun swasta, yang penghasilannya terutama berasal dari gaji / upah. Sedangkan keris kerejekian umum atau yang untuk kalangan pedagang / pengusaha, istilahnya bukan keris junjung derajat, tetapi keris yang bertuah untuk menderaskan rejeki.

Pengertian Keris Junjung Derajat di atas adalah keris-keris yang tuahnya dikatakan ampuh dapat menaikkan pangkat / derajat / jabatan kepegawaian yang akhirnya juga akan menaikkan gaji, kekayaan dan kemuliaan seseorang.



Sebenarnya
keris-keris yang bertuah junjung derajat dan yang bertuah menderaskan rejeki bukan hanya berasal dari keris-keris bertuah kerejekian, tetapi keris-keris yang bertuah kesaktian, wibawa kekuasaan, kesepuhan dan keris-keris keningratan juga dapat memberikan tuah junjung derajat dan menderaskan rejeki, tetapi sifat dasar tuah dan auranya berbeda.

Sesuai filosofi dasar pembuatan keris jawa, tujuan sebuah keris dibuat adalah untuk menjadi pendamping pemiliknya dan membantu kehidupannya dalam bidang :
 - Kesaktian / Ksatriaan
 - Wibawa Kekuasaan
 - Kerejekian
 - Kesepuhan

Walaupun masing-masing keris memiliki kekhususan sendiri-sendiri dan sifat karakter sendiri-sendiri, tetapi secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya, terutama jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya.

Jadi, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara manusia si pemilik keris dengan kerisnya, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, secara umum sisi kegaibannya akan mengikuti kehidupan manusia pemiliknya.

Pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat adalah pengertian manusia jaman sekarang yang berorientasi pada kepangkatan / kemuliaan, kemakmuran dan kejayaan ekonomi. Padahal sebenarnya pengertian junjung derajat tidaklah sesempit itu maknanya.


Semua keris, apapun jenis kerisnya dan tuahnya, terkandung di dalamnya tuah untuk kesaktian / ksatriaan, wibawa kekuasaan, kerejekian dan kesepuhan. Artinya, jika dihubungkan dengan pengertian di atas, yaitu tuah junjung derajat, maka apapun jenis kerisnya dan tuahnya, semua keris mengandung tuah untuk menaikkan derajat pemiliknya hingga dapat mencapai derajat yang tinggi dan mencapai kemuliaan, baik sang pemilik keris bergerak dalam bidang kesaktian, wibawa kekuasaan, kerejekian / ekonomi, maupun yang bergerak di bidang kesepuhan.

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak dalam bidang kesaktian / ksatriaan, keris-keris itu akan mengilhami / menuntun pada pembelajaran untuk meningkatkan kesaktian, sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kesaktian yang tinggi dan kejayaan, berwibawa, berkuasa dan dihormati, yang menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris.

Jika si manusia pemilik keris menjadi seorang pejabat di pemerintahan / swasta atau menjadi perwira ketentaraan atau kepolisian, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang wibawa kekuasaan, membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu. Sehingga jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai kepangkatan dan kekuasaan yang tinggi, yang menjadikan derajatnya melebihi orang lain yang tanpa keris. Sekalipun seseorang belum menjadi seorang pejabat, hanya menjadi karyawan / pegawai / staf biasa saja, jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris.

Jika si manusia pemiliknya sekarang bergerak di bidang usaha ekonomi, atau sebagai manusia biasa yang hidup untuk mencari rejeki, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kerejekian, sifat dasar pengasihan dan kewibawaan akan membuat seseorang dikasihi sekaligus dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya, dan juga membantu dalam hubungan sosial. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham pemecahan permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan yang berhubungan dengan pengembangan usaha, memberikan aura yang baik dalam perdagangan, pertanian dan perikanan, dan menjadikannya dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan kerjasama usaha, dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk menangani banyak transaksi dan hubungan bisnis. Kerisnya akan membantunya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati, melebihi orang lain yang tanpa keris.

Jika si manusia bergerak di bidang kesepuhan, semua keris akan berfungsi sebagai keris yang menunjang kesepuhan. Jika sudah ada penyatuan kebatinan antara si manusia dengan kerisnya, maka kerisnya akan memberikan pengaruh berupa ketenangan hati, pikiran dan batin, membuka pikiran si pemilik dalam pemecahan masalah, membantu memberikan ide-ide dan ilham (atau wangsit), kesehatan dan ketentraman keluarga dan melancarkan segala urusannya yang berhubungan dengan hubungan sosial di masyarakat. Sisi gaib keris ini juga akan membantu dan mendampingi pemiliknya dalam menekuni keilmuan kesepuhan (kebatinan) dan kerohanian dan mendampinginya menjalani dimensi keilmuan yang lebih tinggi. Kerisnya juga akan memberikan aura perbawa dan wibawa seorang tua pengayom. Kerisnya akan mendukungnya mencapai derajat yang lebih tinggi dan dihormati sebagai seorang sepuh, melebihi orang lain yang tanpa keris.


Tetapi masing-masing keris memiliki sifat karakter sendiri-sendiri, yang disesuaikan dengan orang pemiliknya dulu, sehingga dalam memberikan tuahnya seperti diuraikan di atas masing-masing keris akan memberikan sifat tuah dan aura sendiri-sendiri.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kerejekian dan kesepuhan mengandung sifat dasar pengasihan yang membuat seseorang dikasihi oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya, dan juga membantu dalam hubungan sosial. Keris-keris itu juga akan membantu membuka jalan pikiran pemiliknya dan memberikan ide / ilham, sehingga manusia pemiliknya akan mendapatkan ide pemecahan permasalahan yang berhubungan dengan pekerjaannya dan akan dipercaya untuk menangani banyak urusan atau dipercaya untuk memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat menaikkan kerejekian dan kekayaan / kemuliaan yang berasal dari naiknya kepangkatan atau karena kedekatannya dengan atasan.
Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris bertuah kesaktian, wibawa kekuasaan dan kesepuhan mengandung sifat dasar kewibawaan yang membuat seseorang dihormati oleh orang lain, baik yang sederajat, atasannya, maupun bawahannya. Unsur tuah kewibawaan akan membuat seseorang dihormati dan dianggap pantas memegang jabatan tertentu. Yang umum dirasakan oleh orang-orang pemiliknya adalah keris-keris tersebut dapat mengangkat derajat dan kepangkatan pemiliknya, menaikkan wibawanya, dan mengamankan posisinya dari persaingan.

Tuah junjung derajat yang berasal dari keris-keris keningratan ada yang mengandung sifat dasar kewibawaan, ada juga yang mengandung sifat dasar pengasihan, tergantung sifat dasar karakter khodam kerisnya masing-masing apakah bersifat kesaktian ataukah kewibawaan.

Selain sifat dasar tuah yang bersifat pengasihan atau kewibawaan, sifat dasar tuah lainnya dipengaruhi oleh masing-masing sosok karakter gaib keris yang berdiam di dalamnya seperti dituliskan dalam tulisan berjudul Khodam dan Kualitas Tuah.


Mengenai tuah junjung derajat, ataupun tuah menderaskan rejeki, semua keris dapat memberikan tuah itu, tetapi kekuatan tuahnya yang terkait dengan itu sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari manusia pemiliknya, penyatuan antara manusia pemiliknya dengan kerisnya, dan seberapa baik si pemilik keris aktif menunjukkan penyatuan dirinya dengan kerisnya, yang bukan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan dirinya dan memberikan tuahnya kepadanya seperti sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan.

Syarat dasar sebuah keris dapat menjadi optimal manfaat tuahnya :
 - Kerisnya sudah menyatu dengan pemiliknya. Salah satu bentuknya adalah khodamnya sudah mendampingi
   manusia pemiliknya (berlaku seperti khodam pendamping), atau dari dalam kerisnya mengawasi
   kehidupan manusia pemiliknya.

 - Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" kontak / bisikan gaib dari kerisnya dan ide / ilham
   (dan mimpi) yang akan menuntunnya pada perbuatan-perbuatan tertentu atau peluang-peluang tertentu
   yang harus dimanfaatkannya, sehingga setelah menjalankan perbuatan-perbuatan dan peluang-peluang
   yang ditunjukkan oleh kerisnya itu sang pemilik keris bisa mendapatkan manfaat dari tindakannya itu yang
   akhirnya akan mengangkat kehormatan dan citra dirinya.
 - Pemiliknya peka rasa dan firasat untuk mendengarkan petunjuk kerisnya yang akan menjauhkannya dari
   hambatan dan kesulitan.

 - Pemiliknya aktif berinteraksi batin dengan kerisnya, menunjukkan tujuan-tujuan dan posisi-posisi yang
   ingin dicapainya untuk mengsugesti kerisnya supaya memfokuskan perhatiannya untuk membantu
   membukakan jalannya.


Jika si pemilik keris mampu peka rasa dan firasat, bisa "mendengarkan" bisikan / ide / ilham dari kerisnya, maka selain memberikan aura tuah yang akan mendukung aktivitas sang pemilik, kerisnya akan bersikap sebagai sosok pendamping (teman di alam gaib) yang akan memberikan arahan dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya, arahan dan petunjuk tentang hambatan / kesulitan yang harus dihindari dan ide / ilham untuk pemecahan masalah.

Jika syarat dasar di atas tidak terpenuhi, dan jika si pemilik keris tidak mampu peka rasa dan firasat, tidak bisa "mendengarkan" bisikan / ide / ilham dari kerisnya, maka akan ada banyak petunjuk dan arahan yang tidak diketahuinya, akan ada banyak petunjuk peluang dan kesempatan dan ide / ilham pemecahan masalah yang tidak dimanfaatkannya dan akan ada hambatan / kesulitan yang tidak dihindarinya karena petunjuknya tidak didengarnya.

Dengan demikian si manusia pemilik keris tidak akan dapat mengoptimalkan manfaat dari kerisnya, sehingga kerisnya itu tidak dapat dimanfaatkannya untuk membantunya menaikkan derajatnya, menjadi sama saja dengan keris-keris lainnya yang pemiliknya tidak mampu mengoptimalkan manfaatnya. Dalam hal ini si pemilik keris memegang peranan sentral yang menentukan akan menjadi sejauh apa dirinya dengan kerisnya.

Uraian di atas maksudnya adalah kita harus bisa memperlakukan keris kita seolah-olah dia adalah teman kita di alam gaib. Kita bisa berinteraksi, bisa minta ditunjukkan jalan usaha kita, bisa minta diberikan ide-ide untuk pemecahan masalah pribadi, kantor ataupun keluarga, petunjuk mengenai atasan kita, rekan sekerja, rekanan usaha, prospek produk kita, petunjuk ide alternatif usaha, petunjuk cara-cara berhubungan dengan seorang rekanan, dsb. Untuk itu diperlukan kemampuan menyampaikan sugesti (kontak batin) kepada gaib kerisnya dan kemampuan peka rasa dan firasat untuk "mendengarkan" suara gaib kerisnya yang berupa bisikan gaib, ide dan ilham.

Untuk maksud di atas tidak harus kita sering memegang / mengeluarkan keris kita. Cukup asalkan kita bisa fokus batin untuk berinteraksi dengan sosok gaibnya, apalagi kalau sosok gaib kerisnya sudah mendampingi keseharian kita. Dengan demikian perilaku dalam memiliki sebuah keris yang lebih menuntut adanya kedekatan hati dan interaksi batin haruslah dibedakan dengan memiliki sebuah benda jimat yang hanya perlu dipakai saja atau dikantongi untuk dibawa-bawa.

Dengan cara di atas, maka selain tuah asli dari kerisnya, kita juga akan mendapatkan manfaat dari petunjuk-petunjuk yang kita terima yang juga akan menjauhkan kita dari masalah, sehingga kita bisa terus maju naik ke atas, bukannya sekedar jalan di tempat atau malah terjebak di dalam kesulitan.



Dengan dasar pemahaman di atas, maka janganlah anda termotivasi untuk mencari dan membeli keris-keris yang dikatakan sebagai keris junjung derajat, atau yang dikatakan sebagai bertuah menderaskan rejeki, karena keris-keris milik anda pun sebenarnya dapat memberikan tuah tersebut, jika anda dapat mengoptimalkan manfaatnya. Keris-keris yang akan anda beli, yang dikatakan sebagai keris junjung derajat atau bertuah menderaskan rejeki, belum tentu nantinya tuahnya akan sama seperti yang anda harapkan, belum tentu hasilnya sama dengan yang diiklankan, karena ada persyaratan seperti tertulis di atas yang harus dipenuhi, lagipula belum tentu keris tersebut cocok untuk anda.

Lagipula keris-keris tersebut, pemiliknya
mungkin tidak dapat merasakan tuahnya yang berupa junjung derajat atau menderaskan rejeki, sehingga keris itu dijualnya. Jika anda membeli keris itu, mungkin anda akan bernasib sama, tidak dapat merasakan tuahnya seperti yang diiklankan.

Sekalipun keris-keris tersebut sudah anda beli dan sudah anda miliki,
kekuatan tuahnya yang terkait dengan junjung derajat atau menderaskan rejeki, sangat bergantung pada penyesuaian si keris terhadap kepribadian dan aktivitas sehari-hari anda pemiliknya, penyatuan antara anda dengan keris anda, dan seberapa baik anda aktif menunjukkan penyatuan diri anda dengan kerisnya, jangan hanya sekedar mengharapkan keris itu menyatu dengan anda dan memberikan tuahnya kepada anda seperti halnya sebuah jimat keberuntungan / kesuksesan.

Dalam hal ini kita perlu belajar bagaimana seharusnya kita memperlakukan keris-keris kita kepada orang-orang sukses / pejabat yang kesuksesannya didampingi oleh keris-kerisnya.
Mereka yang sudah merasakan keris-kerisnya ampuh bertuah junjung derajat atau menderaskan rejeki tidak akan mau menjual keris-kerisnya berapapun harganya.

Jadi jika anda ingin memiliki sebuah keris janganlah karena didasari hasrat yang tinggi akan tuahnya, jangan sekedar mengikuti apa kata orang, jangan termakan rayuan iklan, karena sebuah keris memiliki karakteristik tersendiri yang tidak sama dengan benda jimat atau benda-benda bertuah lain.

Untuk mencoba mencaritahu apakah keris-keris yang sudah anda miliki berpotensi menjadi keris
junjung derajat berikut semua persyaratannya, silakan dicoba keris-keris anda ditayuh seperti contoh dalam tulisan berjudul 

Maksudnya, dengan cara menayuh itu diharapkan kita akan menjadi lebih tahu potensi dari keris-keris kita, bagaimana perlakuan kita supaya potensi itu bisa terwujud, dan bagaimana perawatan dan sesaji yang seharusnya, apakah ada perlakuan dan sikap kita yang kurang, yang menyebabkan potensi itu tidak bisa terwujud, atau apakah ada yang belum kita lakukan sehingga potensi itu belum terwujud.

Jadi tujuan menayuh itu adalah untuk mengenal potensi kerisnya, juga untuk mengenal potensi kita sendiri bersama kerisnya, karena keris itu bersifat mendampingi, jadi kita sendiri harus bisa sejalan dengan kerisnya, bukan sekedar mengharapkan tuahnya seperti sebuah jimat keberuntungan dan kesuksesan. Ibaratnya seperti sahabat seiring sejalan yang saling mengerti dan saling membantu. Kita sendiri harus peka rasa dan firasat, supaya bisa mendengarkan arahan dan petunjuk dari khodam kerisnya yang akan menuntun jalan kita. Kalau kita bisa begitu, kita akan tahu jalan kita ke depan, terbuka atau tertutup, atau apakah ada lubang yang harus dihindari, sehingga akhirnya akan tampak jelas jalan yang harus kita lalui, bahkan seolah-olah menjadi seperti bisa meramal.