.

2 Jan 2014

Sanskerta: KARMA) Perbuatan.

Karma

Karma (Sanskerta: karma) berarti perbuatan. Karma merujuk pada perbuatan berkehendak yang kita lakukan dengan tubuh, ucapan, dan pikiran kita melalui berbuat, berkata, dan berpikir. Karma adalah kaidah bahwa setiap perbuatan yang dilakukan, jika kondisinya sesuai, akan menghasilkan akibat tertentu.

Bagaimana Karma Bekerja?

Semua perbuatan meninggalkan jejak atau benih pada kesadaran kita, yang akan masak menjadi pengalaman-pengalaman kita ketika kondisi yang sesuai muncul. Sebagai contoh, jika kita menolong seseorang dengan hati yang tulus, perbuatan ini akan meninggalkan jejak-jejak positif dalam arus pikiran kita. Ketika kondisinya memadai, jejak ini akan masak dalam bentuk kita menerima pertolongan tatkala kita membutuhkannya.
Benih-benih Karma terus mengikuti kita dari satu kehidupan ke kehidupan berikutnya. Bagaimanapun juga, jika kita tidak menciptakan sebab-sebab atau Karma untuk terjadinya sesuatu, kita tidak akan mengalami hasilnya. Jika kita tidak menanam benih tertentu, tanaman tidak akan tumbuh. Buddha mengajarkan:
Sesuai benih yang ditabur,
begitulah buah yang dituai.
Pelaku kebaikan akan meraih hasil yang baik,
Pelaku keburukan akan memetik hasil yang buruk.
Jika engkau menanam benih yang baik,
engkau akan menikmati buah yang baik.

Apakah Pengaruh Karma?

Karma mempengaruhi kelahiran kita yang akan datang dan mempengaruhi apa yang kita alami selama hidup ini: bagaimana orang lain memperlakukan kita, kekayaan kita, status sosial kita, dan sebagainya. Karma juga mempengaruhi kepribadian dan watak kita, bakat kita, perilaku kita, dan kebiasaan kita. Jenis lingkungan tempat kita dilahirkan juga dipengaruhi oleh Karma.
Kita yang sekarang ini sesuai dengan apa yang telah kita lakukan. Kita yang akan datang sesuai dengan apa yang tengah kita lakukan.

Ada Jenis Karma Apa Saja?

Jika suatu perbuatan membawa derita dan sengsara dalam jangka panjang bagi diri sendiri dan makhluk lain, itu adalah Karma yang buruk atau negatif. Sebaliknya, jika suatu perbuatan membawa kebahagiaan, itu adalah Karma yang baik atau positif. Perbuatan pada hakikatnya bukanlah baik atau buruk-mereka hanya sedemikian tergantung pada motivasi dan konsekuensi yang dihasilkannya. Kebahagiaan dan keberuntungan apa pun yang kita alami dalam hidup kita berasal dari tindakan-tindakan positif kita sendiri, sementara masalah-masalah kita datang dari tindakan-tindakan negatif kita sendiri.

Bagaimana Terjadinya Karma Buruk?

Ada sepuluh perbuatan negatif yang seharusnya dihindari jika kita tidak ingin menciptakan Karma buruk, yaitu:
  1. Membunuh
  2. Mencuri
  3. Berzinah
  4. Berbohong
  5. Memfitnah
  6. Berkata kasar
  7. Berbicara yang tak berguna
  8. Serakah
  9. Marah/Membenci
  10. Berpandangan salah

Bagaimana Terjadinya Karma Baik?

Ada sepuluh perbuatan bermanfaat yang seharusnya kita perjuangkan untuk menciptakan Karma baik. Kesepuluh perbuatan baik ini juga termasuk menghindari sepuluh perbuatan buruk. Adapun sepuluh perbuatan baik itu antara lain:
  1. Bermurah hati
  2. Mengendalikan diri
  3. Bermeditasi
  4. Menghormat
  5. Melayani
  6. Melimpahkan jasa
  7. Berbahagia atas jasa pihak lain
  8. Mendengarkan Dharma
  9. Mengajarkan Dharma
  10. Meluruskan pandangan

Dapatkah Karma Diciptakan Secara Bersamaan?

Karma bisa kolektif maupun individual. Karma kolektif adalah perbuatan yang dilakukan bersama-sama dalam sebuah kelompok. Contohnya, sepasukan tentara bersama-sama membunuh. Hasil perbuatan ini dapat dialami bersama-sama sebagai satu kelompok, seringnya dalam kehidupan yang akan datang. Namun setiap anggota kelompok berpikir, berbicara, dan bertindak secara berbeda-beda, hal ini juga menghasilkan karma individual, yang akibatnya akan dialami oleh masing-masing pribadi.

Siapakah yang Mengendalikan Karma?

Tidak ada siapa pun yang menentukan "imbalan dan hukuman" untuk apa yang kita lakukan. Kita menciptakan penyebab-penyebab dari tindakan kita, dan kita akan mengalami akibat-akibatnya. Kitalah yang bertanggung jawab atas pengalaman kita sendiri. Buddha menemukan hukum Karma-Ia tidak menciptakannya (tidak ada satu makhluk pun yang menciptakannya). Dengan mengajarkan hukum Karma kepada kita, Buddha menunjukkan kepada kita bagaimana seharusnya kita bertindak di dalam fungsi sebab dan akibat agar kita mencapai Kebahagiaan Sejati dan terhindar dari penderitaan.

Apakah Segala Sesuatu Terjadi Karena Karma?

Hukum Karma tidak berlaku untuk perbuatan-perbuatan "tanpa kesadaran" seperti berjalan, duduk, atau tidur. Perbuatan-perbuatan seperti itu tidak menghasilkan akibat-akibat selain dari perbuatan itu sendiri (bagaimanapun juga, Karma berlaku pada gagasan-gagasan kita yang didasari kehendak). Begitu juga, kecelakaan dianggap Karma netral karena hal itu tidak disengaja. Bagaimanapun, kita seharusnya selalu berusaha meningkatkan kewaspadaan kita agar kecelakaan tidak terjadi.

Dapatkah Karma Berubah?

Karma bukanlah kartu mati-karma bukan berarti nasib atau takdir. Perbuatan-perbuatan berkehendak pada suatu waktu tertentu akan menghasilkan akibatnya ketika berada dalam kondisi yang sesuai. Walaupun pada kehidupan sekarang kita mengalami akibat-akibat dari perbuatan (Karma) yang silam, kita masih mungkin untuk mengubah, mengurangi atau menambah akibat-akibat dari perbuatan-perbuatan lampau ini melalui perbuatan-perbuatan saat ini, yang akan mempengaruhi masa depan maupun kehidupan yang akan datang. Memahami hukum Karma membantu kita menyadari bahwa kita sendirilah yang menentukan kita akan menjadi seperti apa. Kita sepenuhnya bertanggung jawab atas nasib kita sendiri.

Bagaimana Kita Mengetahui Karma Kita?

Buddha memberikan kepada kita panduan umum mengenai akibat dari berbagai jenis perbuatan. Sebagai contoh, Buddha mengajarkan kepada kita bahwa membunuh akan mengakibatkan umur pendek dan kemurahan hati akan membawa kekayaan. Bagaimanapun juga, hanya pikiran mahatahu Buddha-lah yang mampu memahami bekerjanya Karma secara lengkap.
Ada kelenturan dalam berfungsinya perbuatan dan akibatnya. Sekalipun kita tahu bahwa jika kita terus-menerus menyakiti makhluk lain, contohnya, akan membawa kita pada kelahiran kembali yang kurang menguntungkan, tetap saja kita tidak tahu secara pasti dalam bentuk apakah nantinya kita dilahirkan. Jika tindakan kita sangat berat-misalnya, dengan kemurkaan besar kita terus-menerus menganiaya banyak orang dan merasa puas bahwa kita telah menyakiti orang itu, akibat yang akan kita terima tentu akan lebih tidak menyenangkan dibandingkan jika kita sekadar sembrono mengejek orang lain lalu menyesali kekurangpekaan kita. Berbagai keadaan yang hadir pada saat buah Karma masak, juga mempengaruhi akibat spesifik apakah yang akan terjadi.

Apakah Karma Selalu Adil?

Ketika kita melihat orang yang tidak jujur hidup kaya, atau orang kejam yang penuh kuasa, atau orang baik yang mati muda, kita mungkin jadi meragukan hukum Karma. Namun, banyak sekali akibat yang kita alami pada kehidupan ini merupakan akibat dari tindakan-tindakan kita pada kehidupan lampau kita; dan banyak tindakan-tindakan yang kita lakukan dalam kehidupan sekarang ini hanya akan masak dalam kelahiran yang akan datang-inilah yang disebut Karma jangka panjang (Karma jangka pendek adalah Karma yang berbuah dalam waktu yang relatif singkat). Kekayaan orang yang tidak jujur mungkin saja akibat kedermawanan orang itu dalam kehidupan lampaunya. Bagaimanapun juga, ketidakjujuran orang itu saat ini, meninggalkan benih-benih Karma bagi mereka untuk mengalami kemiskinan dalam kehidupan mendatang. Demikian pula, penghargaan dan kewenangan yang dimiliki oleh orang-orang yang kejam merupakan hasil perbuatan positif yang mereka lakukan pada kehidupan lampau. Pada kehidupan sekarang, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk hal-hal yang tidak baik, hal ini menciptakan sebab bagi penderitaan masa depan. Mereka yang mati muda sedang mengalami akibat perbuatan-perbuatan negatif seperti pembunuhan yang dilakukannya pada kehidupan lampau. Bagaimanapun, kebaikan mereka pada kehidupan saat ini akan menanamkan benih-benih atau jejak-jejak dalam arus kesadaran mereka untuk mengalami kebahagiaan pada masa yang akan datang.

Pastikah Kita Akan Mengalami Karma Buruk?

Ketika benih sekecil apa pun ditanam di tanah, pada akhirnya mereka akan berkembang-kecuali mereka tidak mendapatkan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan, seperti air, sinar matahari, dan pupuk. Jalan pamungkas untuk mencabut jejak atau benih Karma adalah dengan bermeditasi pada Kesunyaan (kekosongan) keberadaan. Inilah jalan untuk memurnikan kecenderungan dan jejak-jejak Karma yang merugikan. Pada tataran spiritual seperti kita, hal ini mungkin cukup sulit, tetapi kita tetap dapat menghentikan masaknya jejak-jejak merugikan dengan cara memurnikan mereka. Hal ini seperti mencegah benih untuk menerima air, sinar matahari, dan pupuk. Banyak melakukan kebajikan juga dapat "melarutkan" dampak merugikan dari Karma buruk.

Bagaimanakah Kita Memurnikan Karma Buruk?

Pemurnian sangatlah penting karena hal ini mencegah penderitaan pada masa mendatang dan meredakan perasaan bersalah. Dengan memurnikan pikiran, kita akan mampu untuk menjadi lebih tenang dan memahami Dharma dengan lebih baik. Empat kekuatan penangkal yang digunakan untuk memurnikan jejak atau benih negatif adalah:
  1. Penyesalan.
  2. Tekad untuk tidak mengulangi tindakan merugikan itu lagi.
  3. Mengambil Tiga Pernaungan dan membangkitkan Welas Asih kepada semua makhluk.
  4. Melakukan latihan-latihan penyembuhan sebenarnya (perbuatan baik apa pun-termasuk meditasi dan menguncar Sutta/Mantra).
Keempat kekuatan ini harus dilakukan berulang-ulang. Karena kita telah melakukan banyak sekali perbuatan negatif, kita tidak bisa berharap dapat memurnikan Karma-Karma buruk itu sekaligus. Semakin besar kekuatan empat komponen itu, semakin kuat tekad kita untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi, semakin kuatlah pemurnian kita.

Apakah Karma Mempengaruhi Siapa yang Kita Jumpai?

Ya, tetapi ini bukan berarti bahwa semua hubungan telah ditakdirkan. Kita mungkin punya kecenderungan Karma tertentu untuk merasa dekat atau merasa kurang pas dengan orang-orang tertentu. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa hubungan kita dengan mereka harus berlanjut terus seperti itu. Jika kita berbaik hati kepada mereka yang menyakiti kita dan mencoba untuk berkomunikasi dengan mereka, hubungan ini akan berubah, menciptakan Karma positif yang akan membawa kebahagiaan pada masa yang akan datang.
Kita tidak terikat kepada orang lain secara Karma-tidak ada orang tertentu yang khusus hanya untuk kita. Karena kita memiliki banyak kehidupan lampau, kita telah berhubungan dengan semua makhluk pada suatu waktu sebelumnya. Hubungan kita dengan orang tertentu juga terus berubah-ubah. Bagaimanapun juga, hubungan Karma lampau dapat mempengaruhi hubungan kita sekarang. Contohnya, jika seseorang telah menjadi guru spiritual kita pada suatu kehidupan lampau, kita mungkin akan bersua kembali dengan orang itu dalam kehidupan sekarang, dan ketika orang tersebut mengajarkan Dharma kepada kita, hal itu mungkin berpengaruh kuat bagi kita.

Jika Makhluk Lain Menderita Akibat Karma Buruknya, Dapatkah Kita Menolongnya?

Kita semua tahu bagaimana rasanya menderita, dan itu pulalah yang dirasakan makhluk lain ketika mereka mengalami akibat perbuatan buruk mereka. Didasarkan empati dan Welas Asih, sudah semestinya kita menolong mereka! Walaupun mereka menciptakan sendiri sebab-sebab bagi penderitaan mereka, mungkin mereka juga menciptakan sebab-sebab untuk menerima pertolongan dari kita! Kita semua adalah sama dalam hal mengharapkan kebahagiaan dan berusaha menghindari penderitaan. Tanpa pandang penderitaan atau masalah siapakah itu, kita seharusnya mencoba meringankannya. Sebagai contoh, berpikir bahwa "orang miskin itu miskin karena perbuatan lampau mereka sendiri-karena kikir; jika aku menolong mereka, aku akan ketularan miskin", ini merupakan pandangan salah yang kejam. Kita tidak seharusnya merasionalisasi kemalasan, sikap apatis, dan keangkuhan kita dengan salah mengartikan kaidah sebab dan akibat. Welas Asih dan tanggung jawab universal sangatlah penting untuk perkembangan spiritual kita sendiri dan kedamaian dunia.