.

1 Mei 2014

10 Pertapaan Soeharto untuk Jadi Presiden


 
suharto mistik
Soeharto menjabat sebagai presiden RI ke-2 sejak 1967. Kekuasaan itu tak dia dapat hanya karena peluang di dunia politik saja. Soeharto pun melakoni pertapaan guna memuluskan keinginannya itu.
Dalam artikel Dari Gua Semar, Wangsit itu Berasal, di Edisi Khusus Soeharto Majalah Tempo, 10 Februari 2008, ditulis jika Soeharto setidaknya menjalani 10 pertapaan. Dimulai dari Gua Jambe Lima, Gua Jambe Pitu, dan Gua Suci Rahayu di kawasan Gunung Selok, Cilacap, Jawa Tengah.
”Di Suci Rahayu itulah Soeharto melakukan penyucian awal,” kata Rusmanto, juru kunci Gua Semar. Selama melakoni semadi, Soeharto ditemani juru kunci Darmaji, yang tak lain adalah paman Rusmanto.
Dari Gua Suci Rahayu, Soeharto bergeser ke Gunung Srandil, yang juga ada di Cilacap. Gunung di tepi pantai itu memang terkenal sebagai tempat khusus untuk ziarah. Di sanalah dimakamkan para leluhur tanah Jawa: Eyang Agung Heru Cokro, Eyang Sukmo Sejati, Eyang Kaki Tunggul Sabdo Jaati Doyo Amongrogo, Nini Dewi Tanjung Sekar Sari, dan Eyang Lalangbuono atau lebih dikenal Ismoyo Ratu.
“Kemudian, Soeharto melanjutkan semadi di Gunung Lawu, tempat menghilangnya raga Raja Brawijaya,” kata Rusmanto.
Di Gunung Lawu, Soeharto melakukan empat tahap pertapaan: di Argo Dalam, Argo Tumila, Argo Piruso, dan Argo Tiling. Setelah itu, ia bertapa lagi pada sebuah gunung kecil di Kecamatan Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah. “Selain bertapa, di gunung itu juga ada acara nyekar di makam Syekh Jamu Karang.”
Usai deretan pertapan itu, barulah Soeharto menuju kawasan Dieng. Kala itu, kondisi Dieng belum sebagus sekarang. Jalannya berbatu-batu, menanjak, dan berlubang. Menurut Rusmanto, Gua Semar istana terakhir Mandala Sari alias Semar. Di sanalah Semar bersemadi abadi setelah pertapaan di berbagai tempat. “Menurut kepercayaan, urut-urutan pertapaan di tanah Jawa selalu berakhir di kawasan Dieng.”
Selama menjalani pertapaan, Soeharto hanya ditemani oleh juru kunci Darmaji. Para pengawalnya menunggu pada jarak yang agak jauh. Sebelum bertapa, Soeharto harus melakukan bimolukar atau mandi lulur. “Tujuannya untuk menghilangkan nafsu angkara murka,” ujar Rusmanto.
Sumber : Tempo